PERNAHKAH Anda bertanya: Siapa yang paling bertanggungjawab dalam pembentukan karakter bangsa?
Sederhananya, kepada siapa para orangtua kita mempercayakan pendidikan karakter anaknya?
Karakter seseorang terbentuk dari dua elemen dasar: gen (keturunan) dan milieu (lingkungan).
Faktor gen tidak mudah diubah. Sebab secara genetif anak memperoleh dari kedua orangtuanya.
Faktor milieu relatif masih mungkin dicampur-tangani. Dalam hal ini orangtua dapat memilih dan memilihkan mileu terbaik bagi anaknya. Begitulah konsepnya. Tapi, bagaimana realitanya ?
Milieu
Lingkungan dekat yang di rumah: Asupan pertama dan utama anak, mestinya ASI. Kenyataannya banyak orangtua yang mengganti ASI dengan sufor. Padahal pemberian ASI besar sekali pengaruhnya terhadap kesehatan fisik dan mental anak.
Sebab dalam proses pemberian ASI oleh ibunya, akan terjadi relasi dan komunikasi lahir batin antara orangtua dan anak. Dan itu, kini banyak yang “missed“, tidak terjadi. Akibatnya, transfer nilai dan karakter tak optimal, karena tidak ada jalinan hati lagi.
Yang kedua ada kaitannya dengan gaya, model atau sistem pengasuhan dan pengasihan anak. Kebanyakan anak tidak diasuh, oleh kedua orangtuanya. Di masa emas pembentukan karakter anak, umumnya anak justru dipercayakan ke baby sitter, ART, ke opa-omanya, dan sebagian kecil saja yang diurus sendiri oleh orangtuanya.
Di sini lah masalah dasarnya.
Pertama, bahkan anak yang diasuh sendiri oleh orangtuanya sudah ada persoalan. Para orangtua biasanya belajar mengasuh anak dari tradisi lisan di tengah keluarganya.
Tidak atau belum banyak orangtua yang serius belajar dari ilmu-pengetahuan ilmiah. Lagi pula belum ada kursus atau sekolah menjadi orangtua.
Campus khusus untuk orangtua mempelajari ilmu mengasih-i dan mengasuh anak belum dibangun.
Mindset bagaimana momong anak dengan baik dan benar adalah ketika orang mampu membuat anak diam, tidak menangis. Orang bilang anak tidak rewel.
Itulah tujuan utama momong anak. Sebuah mindset yang irrelevan, bahkan sudah salah “kedadèn“. (Berlanjut)
YR Widadaprayitna
AB 230809 AA
achristianparenting
Baca juga: Mutiara Keluarga – Karakter Anak (2)