Mutiara Keluarga – Karakter Anak (2)

0
83 views
Ilustrasi: Seorang anak Papua di SD St. Michael Hepuba, Wamena, tengah belajar menulis dan membaca. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr/Keuskupan Bandung)

Kedua, ini terjadi kalau yang momong anak itu bukan orangtuanya. Mereka juga sama, belajar dari tradisi lisan yang dilihat di lingkungan mereka. Tak usah bicara soal kualitas, intelektualitas, spiritualitas, tata nilai, dari para pamomong anak ini.

Baru perkara prioritas siapa yang mengasuh anak pun, kita tak punya jawaban yang membanggakan. Karena banyak orangtua yang tak sanggup memilih, memprioritaskan mendidik anak di rumah daripada kerja cari rezeki.

Jujur saja, ilmu mereka yang kini nyata-nyata mengasuh anak, tak lebih baik dari ilmu mengasuh anak para orangtua. Kecuali beberapa penitipan anak atau asrama tertentu, yang memang dibangun dengan tujuan khusus.

Milieu di luar rumah
Lingkungan di luar rumah mana yang menumbuhkembangkan nilai-nilai dasar hidup manusia? Sekolah?

Banyak sekolah yang puas menitikberatkan sisi intelektualitas, bukan integritas. Ada murid yang justru di sekolah mengalami pembulian baik oleh teman maupun oleh gurunya. Bahkan, di sekolah yang berbasis agama, muridnya juga mengalami pembulian pun pelecehan.

Di lingkungan teman sebaya. Teman sebaya mana yang sekarang ini memberi nilai tambah yang positif? Bahkan untuk menemukan teman pun sudah semakin sulit. Teman tetangga rumah yang bernama Andre telah lama mati. Penggantinya, teman baru adalah Andro(id).

Teman baru ini ternyata amat menawan dalam arti aslinya. Membuat anak jadi tawanan. Ia amat mengasyikkan, sekaligus potensial mencelakakan. Dia mengikat dan menjerat secara tak terlihat, dan dapat membuat anak jadi psikopat.

Bahkan kini mulai ada anak yang addicted, kecanduan, ketagihan. Tak dapat pisah dari Andro temannya.

Seingat saya, setiap pasangan yang akan menikah secara Katolik selalu ditanting: sanggupkah untuk mendidik anak secara Katolik?

Maka, untuk orangtua Katolik -dan yang lain juga- iznkan saya bertanya ini:

Yakinkah bahwa tujuan Anda dipertemukan, dipersatukan, dipercaya jadi orangtua, yang pertama dan utama adalah mendidik anak?

Mengasih-i dan mengasuh anak agar karakternya sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Untuk itu, apa yang sudah, sedang dan akan Anda lakukan demi anakmu?

Ingat, sekaya apa pun hartamu, tak dapat untuk membeli karakter anakmu. Lagi pula, bukankah hartamu yang paling berharga adalah anakmu?

YR Widadaprayitna
AB 230809 AA

achristianparenting

Baca juga: Mutiara Keluarga – Karakter Anak (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here