Mutiara Keluarga – Ukuran Itu adalah Diam

0
140 views
Ilustrasi: Seorang suster OSA menjadikan pelajaran itu menyenangkan. (Dok. OSA)

ANDA mungkin bertanya apa contoh tradisi lisan yang pantas kita ulas di sini. Saya akan mulai dengan ukuran pengasuhan.

Seseorang dianggap piawai dan sukses dalam mengasuh anak adalah ketika anak asuhannya “diam” alias “tidak rewel”.

Terkait dengan hal ini ada dua hal yang dapat kita perhatikan.

Untuk mencapai target tersebut biasanya kita akan menggendong si anak. Dan cara kedua ialah memberi sesuatu yang menyenangkan anak.

Konsep dan tindakan tersebut adalah contoh tradisi lisan yang diturunkan bahkan sudah menjadi mindset (pola pikir) orangtua atau siapa pun yang mengasuh anak.

Sebetulnya ada pertanyaan penting di sini: mengapa anak harus diam – “meneng lan anteng” (diam berkata-kata dan tidak melakukan gerakan fisik berlebihan)

Bukankah anak ceriwis dan aktif itu pertanda dia sehat dan cerdas? Bukankah anak yang banyak gerak itu tanda bahwa dia punya banyak ide, alias kreatif?

Pertanyaannya: apa salahnya orang yang berpikir dan bertindak berdasarkan mindset tersebut? Karena, segala sesuatu yang sudah menjadi mindset itu biasanya sulit diubah.

Zaman sudah berkembang bahkan berubah. Mindset pun mestinya juga berubah.

Zaman dulu untuk men-diam-kan anak, orang akan berpikir keras untuk mencari atau membuat sesuatu mainan anak. Misalnya membuat kereta dari kulit jeruk Bali atau dari sabut kelapa.

Ilustrasi: Anak-anak berdialog dan bermain tanpa pretensi. (Ist)

Cara itu membuat anak menunggu, memperhatikan bagaiman cara membuatnya. Dan ketika akhirnya selesai, anak menjadi sangat senang serta menikmati mainan buatan orang tercintanya. Jadi ada proses bersama baik pengasuh maupun anaknya.

Nah di zaman sekarang. ketika zaman sudah berubah, ternyata mindset-nya banyak orangtua tidak berubah. Akibatnya, supaya anak diam maka anak diberi HP.

HP adalah temuan paling ajaib. Tapi menggunakan HP untuk mendiamkan anak adalah salah besar, sebab HP akan membuat anak pasif.

Dengan HP anak kehilangan kebiasaan berpikir. Anak juga kehilangan kemampuan berimaginasi, dlsb .

Lalu apa yang mesti kita lakukan untuk mengasuh anak?

Ilustrasi: Anak-anak bermain game dengan HP. (Ist)

Pikirkan dan lakukan segala sesuatunya, semata-mata demi anak. Misalnya demikian:
a. Ubah mindset
Buang jauh mindset mengasuh anak itu bertujuan untuk membuat anak diam (meneng lan anteng). Ganti tujuannya menjadi: teman bermain anak, berproses bersama anak dalam proses tumbuh kembang jiwa raganya. Makin anak aktif, kreatif, makin baik untuk anak.
b. Buang jauh istilah anak “rewel”. Ganti dengan istilah yang lebih positif. Misalnya: “anak istimewa”.
c. Jangan memberikan HP ke anak, apalagi tanpa batasan waktu dan konten.
d. Jadilah teman bermain anakmu, dan jangan diganti dengan aneka mainan, apalagi mahal harganya. Anakmu tidak butuh itu. Biasanya yang butuh mainan mahal itu orangtuanya.
e. Tolong biasakan anak tidak gendongan, kecuali anak lagi sakit atau bepergian.

YR Widadaprayitna
H 230812 AA

achristianparenting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here