LAMA dikecam dunia internasional karena menerapkan rezim otoriter di Myanmar, tiba-tiba saja penguasa negeri pagoda ini diberitakan membuka pinta lebar-lebar untuk sebuah grasi massal. Menurut laporan BBC semalam, penguasa militer Myanmar –negeri kaya beras yang dulu populer dengan sebutan Birma—akan memberi grasi massal untuk 6.300 narapidana politik.
Ini tentu berita besar untuk Myanmar yang selama bertahun-tahun lamanya dikecam oleh dunia internasional karena menyekap pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi selama lebih dari satu dekade. Sampai saat ini pun, peraih hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991 masih tetap dikenai aturan tahanan rumah.
Entah apa yang mendorong Jenderal Than Shwe dan penggantinya Thein Sein secara tiba-tiba menerapkan kebijakan super mengejutkan ini. Betapa tidak. Hampir selama berkuasa memerintah Myanmar (1992-2011), Jenderal Shwe memang menerapkan sistem pemerintahan dengan kontrol ketat atas segala bidang. Ia pun tak ragu memberlakukan undang-undang darurat dan memberi komando kepada militer Myanmar untuk menggilas semua aksi protes menentang kebijakannya.
Kerusuhan massal yang dipicu oleh demo ribuan bhiksu Buddhis bulan September 2007 adalah contohnya. Dalam insiden berdarah ini, ratusan orang kena pukul dan tembakan timah panas militer. Korban tewas dan luka-luka pun berjatuhan.
Disambut gembira
However, the show must go on … dan Jenderal Than Shwe tetap berkuasa hingga akhirnya beberapa bulan lalu memutuskan lengser keprabon dan menyerahkan tongkat komando kekuasaanya kepada Thein Sein.
Yang pasti, berita gembira itu muncul tak lama setelah lembaga hak-hak asasi manusia Myanmar menyebut bahwa para narapidana politik itu tak membahayakan negara. “Mereka justru pahlawan-pahlawan nurani,” demikian isi pernyataan lembaga HAM ini.
Menurut laporan beberapa penggerak HAM internasional, di penjara-penjara Myanmar saat ini masih meringkuk tak kurang 2.000 napol terdiri dari para aktivis HAM, wartawan, bhiksu, tokoh-tokoh LSM.
Laporan televisi pemerintah Myanmar menyebutkan, gelombang pembebasan napol itu akan berlangsung mulai Rabu besok. Juru bicara tokoh karismatik Aung Saan Suu Kyi menyambut pengumuman ini sebagai “kehebohan” besar yang layak disyukuri.