Nasi Bungkus

0
554 views
Ilustrasi: Ist.

Renungan Harian
Kamis, 27 Januari 2022
Bacaan I: 2Sam. 7: 18-19. 24-29
Injil: Mrk. 4: 21-25
 
SEORANG teman bercerita tentang kegiatan berbagi nasi bungkus selama pandemi.

Melihat situasi yang sulit pada masa pandemi secara khusus berkaitan dengan masa pandemi sehingga banyak orang yang kesulitan untuk mendapatkan makan, maka ibu itu mencoba untuk berbagi.

Sepekan sekali, ibu itu memasak sendiri dan membungkus sendiri nasi bungkus. Awalnya tidak banyak yang disediakan mengingat tenaga dan juga kemampuannya.

Nasi bungkus itu diletakkan di depan rumahnya dan diberi tulisan: “Yang membutuhkan, silahkan mengambil”.

Nasi itu diberikan gratis kepada siapa saja yang membutuhkan dan kebetulan lewat di depan rumahnya.
 
Nasi bungkus yang disediakan dalam waktu singkat sudah ludes. Maka dari waktu ke waktu, ibu itu berusaha menambah jumlah nasi bungkus yang dibuatnya agar lebih banyak orang yang terbantu.

Beberapa kali, ibu itu mengintip dari rumahnya, melihat orang-orang yang mengambil nasi bungkus itu.

Ibu itu terkejut sekaligus terharu, ternyata mereka yang mengambil nasi bungkus itu tidak menggunakan kesempatan mengambil sebanyak-banyaknya.

Orang mengambil satu bungkus, dan paling banyak tiga bungkus itu pun kemudian dibagikan ke teman yang lain.

Nampaknya orang yang membutuhkan tetap memikirkan orang lain yang membutuhkan.

Tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.
 
Namun demikian ibu juga melihat keanehan yang menimbulkan keprihatinan.

Di antara orang-orang yang mengambil nasi bungkus itu, ada tetangganya yang ikut mengambil. Tetangganya itu dari sisi ekonomi bukanlah keluarga yang berkekurangan bahkan dapat disebut lebih dari cukup.

Namun tetangganya itu justru ikut mengambil nasi bungkus. Dan yang memprihatinkan tetangga itu mengambil lebih banyak dari pada orang-orang yang membutuhkan yang bisa mengambil.

Tetangga itu menyuruh anak-anaknya dan ART (asisten rumah tangga) untuk mengambil nasi bungkus itu.

Sehingga kalau dijumlahkan tetangga itu mengambil 10 bungkus.

Aneh, orang yang seharusnya mampu berbagi tetapi justru memanfaatkan kesempatan yang seharusnya disediakan bagi mereka yang membutuhkan.

Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran orang itu sehingga berbuat demikian.
 
Cerita teman itu membuat saya berpikir: “Apa yang ada dalam pikiran orang itu dan apa yang menjadi pertimbangan orang itu.”

Tentu saja orang itu tidak salah mengambil nasi bungkus, karena memang nasi bungkus itu disediakan untuk setiap orang; sehingga siapa pun berhak untuk mengambilnya.

Namun persoalannya adalah orang itu adalah orang yang mampu dan bahkan punya kemampuan untuk berbagai.

Bukannya menggunakan kemampuannya berbagi untuk membantu orang lain, tetapi justru memanfaatkan kesempatan yang seharusnya diperuntukkan bagi yang kurang mampu.
 
Jangan-jangan sikap-sikap seperti tetangga teman saya itu dalam banyak hal dilakukan oleh banyak orang.

Orang-orang yang mempunyai kemampuan, tetapi tidak mau untuk berbagai kemampuannya demi kehidupan bersama.

Orang memilih untuk menyimpan kemampuan untuk diri sendiri; bahkan kalau perlu merebut hak orang lain untuk bisa menjadi penikmat.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Markus:

“Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu; dan malah akan ditambah lagi.

Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi, tetapi siapa yang tidak mempunyai apapun juga yang ada padanya akan diambil.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here