DEMI projek pembangunan renovasi Gua “Maria Bunda Segala Bangsa” di Padang Bulan, Pringsewu, Lampung, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono Pr dengan senang hati memenuhi permintaan untuk melelang suaranya. Permintaan ini datang dari salah para penonton dan terjadi dalam acara amal (charity music concert) yang berlangsung di Dom Harverst, Lippo Karawaci, Tangerang, Sabtu (28/5).
Meski mengaku tidak bisa menyanyi karena sulit untuk menghafal, lantunan suara Mgr. Yohanes Harun Yuwono bernilai Rp 50 juta saat menyanyikan lagu Ndherek Dewi Maria. Dengan mengenakan pakaian kebesaran Uskup, Mgr. Yuwono dengan mantap dan nyaring menyanyikan bait demi bait Ndherek Dewi Maria, senandung pujian yang sangat terkenal dalam devosi masyarakat katolik Jawa kepada Bunda Maria.
Baca juga:
- Konser Amal untuk Dana Renovasi Gua Maria Padang Bulan, Pringsewu, Lampung
- Charity Music Concert untuk Gua Maria Padang Bulan Pringsewu: Derita bukan Halangan
Tidak tanggung-tanggung dalam menyanyikan lagu, Mgr. Yuwono diiringi oleh Musica Sacra Orchestra yang didirikan oleh T. Hary Dwi Atmoko,yang juga Ketua Panitia malam amal tersebut.
Namun kerendahan hati nampak dalam kata pembuka Uskup Tanjung Karang tersebut sesaat sebelum lantunan dimulai.
“Saya sebenarnya tidak bisa menyanyi karena untuk menghafal lagu yang singkat pun sulit sekali. Bahkan untuk menyanyikan lagu ini saya harus membuat contekan. Namun bagi saya, sekalipun tidak bisa menyanyi dengan baik, saya harus melakukannya demi menghargai banyak orang yang dengan tulus telah bekerja bagi pembangunan dan renovasi Gua Maria Bunda Segala Bangsa yang terletak di wilayah Keuskupan Tanjungkarang,” ujarnya.
Lourdes van Lampung
Gua Maria Padang Bulan merupakan salah satu destinasi wisata reliji bagi umat Katolik Indonesia dan yang sering disebut dengan nama “Lourdes van Lampung”.
Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh mending Uskup Tanjung Karang Mgr. Andreas Henrisoesanta SCJ, tempat didirikannya Gua Maria Sendang Padang Bulan pada mulanya adalah tempat persembunyianpara imam dan masyarakat sekitar dari kejaran tentara Jepang di tahun 1942. Lahan sama dipakai lagi sebagai lokasi persembunyian aman dari kejaran tentara Belanda di tahun 1949 saat terjadi agresi Belanda di Pringsewu.
Tempat ini menjadi lokasi bagi para gerilyawan untuk menyusun siasat dan beroperasi bahu-membahu berjuang melawan penjajah. Pada masa itu, air sebagai kebutuhan vital sangat sulit didapat, namun di lokasi ini ada sebuah mata air atau sendang yang tidak pernah kering. Akhirnya untuk menjawab kerinduan umat kristiani akan sebuah tempat ibadah, dibangunlah Gua Maria di lokasi tersebut dan diberi nama Gua Maria Sendang Padang Bulan.
Dalam menyanyikan lagu Ndherek Dewi Maria, Uskup Tanjungkarang itu diiringi Musica Sacra Orchestra serta didampingi artis penyanyi Lisa A. Riyanto, bintang tamu di acara malam dana tersebut.
Kredit foto: AM Putut Prabantoro
[…] AM Putut Prabantoro DEMI projek pembangunan renovasi Gua “Maria Bunda Segala Bangsa” di Padang Bulan, Pringsewu, […]