Hari ini nenek Kristina dikebumikan. Ia meninggal di usianya yang hampir 100 tahun. Usia yang sangat langka untuk manusia zaman ini.
Ternyata Tuhan itu baik, sehingga memberikan banyak kesempatan kepada Nenek Kristina untuk berbenah diri sebelum dipanggil Tuhan.
“Saya cukup kenal nenek ini, karena beliau adalah seorang nenek yang selalu rajin ke gereja, walau pun jarak gereja dan kampungnya sangat jauh. Ketika musim penghujan tiba, nenek ini selalu dengan caranya yang unik menghadiri perayaan ekaristi di gereja. Sikap inilah yang patut dicontoh kita. Nenek ini mampu keluar dari himpitan kesulitan. Saya secara pribadi, banyak belajar dari nenek ini tentang makna hidup.” Ucap Pastor Lukas Uran, SVD dalam misa requim di Desa Lookeu, Paroki Santu Antonius Padua Nela, Keuskupan Atambua, belum lama ini.
Menurut sang pastor, bila Desa Lookeu mendapat tugas untuk membersihkan gereja dan sekitarnya serta tanggung koor, Nenek Kristina selalu hadir.
Padahal, kalau mau dilihat dari usianya, sangat tidak memungkinkan lagi. Tetapi karena semangat misionernya yang luar biasa, beliau mampu berjalan kaki yang jaraknya hampir mencapai puluhan kilo meter hanya untuk ke gereja.
Ini tanda dan bukti bahwa nenek Kristina sangat menghayati imannya sebagai orang Katolik. Berjalan di tengah-tengah hutan belantara hanya untuk ke gereja tak masalah baginya.
“Bayangkan, dulu belum ada ojek tapi beliau tetap ke gereja. Kalau kita yang lain, mampu seperti beliau atau tidak?” tanya Pastor Lukas.
Nenek Kristina sangat dikenal di paroki dengan sebutan nenek paroki dari Desa Lookeu. Karena beliau selalu menemani para Suster dan Frater ketika melakukan patroli katekese di desa Lookeu dan sekitarnya.
“Apakah kita sekalian yang hadir pada misa requim ini, bersedia dan mampu berbuat seperti beliau?? Tantang Pastor hitam manis yang menerima tahbisan imamatnya di Flores.