DOA serial bertajuk novena untuk para arwah di Api Pencucian sudah berakhir pada hari Rabu, tanggal 9 November. Menjelang berakhirnya novena itu, anak saya berkomentar setelah selesai berdoa, “”Ma tinggal sehari besok ya doanya?”.
Mereka senang, karena malam itu kami bisa mendoakan almarhum PaPa Jojo, anak kelas VI yang dipanggil Tuhan Selasa sore jam 4.
Pada saat berakhirnya novena itu, Gereja juga merayakan peringatan pemberkatan Gereja Basilika Lateran. Kendati dua hal berbeda, yakni novena untuk arwah kaum beriman di Api Pencucian dan Pemberkatan Gereja, saya melihat ada yang menarik untuk direnungkan.
Basilika Lateran atau sering disebut Gereja Santo Yohanes Lateran adalah Katedral Keuskupan Roma dan merupakan kedudukan resmi Gerejawi Uskup Roma, yakni Paus. Nama resmi dari Basilik ini adalah Basilika Agung Penyelamat Mahakudus, Santo Yohanes Pembaptis dan Santo Yohanes Penginjil di Lateran.
Gereja ini diberkati oleh Paus Silvester I (314–335) pada tahun 324. Oleh karena menjadi kedudukan resmi Paus sebagai Uskup Roma, basilika ini juga menjadi Gereja Paroki bagi seluruh umat Katolik di dunia. Jika melihat sejarah Gereja, dimana selama tiga abad lebih pada permulaan tahun Masehi, Gereja dianiaya, terutama oleh para kaisar Roma, Basilik ini menjadi lambang kemerdekaan dan perdamaian Gereja.
Imam Agung Basilika Lateran sekarang adalah Kardinal Agostini. Sedangkan Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, adalah ex officio dari “yang pertama dan satu-satunya yang terhormat kanonik” (first and only honorary canon), sebuah gelar yang diwarisi dari para raja Perancis, sejak Henri IV.
Bacaan-bacaan peringatan Basilik Lateran tanggal 9 November mengingatkan kita akan cinta Tuhan pada GerejaNya yang tidak hanya berupa sebuah gedung gereja tetapi juga kita semua umat yang telah dibaptis. Pembangungan atau renovasi gedung gereja dengan segala upaya pencarian dana hendaknya selalu diiringi pertumbuhan iman para umatnya.
Bacaan Injil hari ini yang bertajuk peristiwa kemarahan Yesus terhadap para pedagang di depan Bait Allah mengingatkan kembali pada kita apa tujuan semua ‘jualan’ rutin dan pencarian dana sementara di pelataran gereja di paroki-paroki. Apakah juga untuk pertumbuhan iman kita? Atau hanya untuk kebutuhan jasmani semata.
Nah, dalam konteks peringatan para arwah, tentu kita harus mengingat diri kita sendiri sebagai “Gereja.” Bagaimana diri kita menyucikan diri kita, menjadi lebih bersih, agar kita menjadi “Gereja” yang suci di hari akhir nanti.
Gereja yang adalah diri kita akan menjadi selamat, jika kita terus berusaha membersihkan diri kita. Marilah pada peringatan hari ini kita juga menjaga kesucian Bait Allah yang ada pada diri kita masing-masing dengan doa, dan senantiasa memohon perlindungan para kudus, malaikat pelindung dan Tuhan Yesus Kristus juru selamat kita. Amin