MISA malam Paskah 2019 merupakan malam Paskah yang sangat berkesan dan pasti tidak terlupakan seumur hidup oleh Pasutri Bapak Andreas Andiono Sunartho dan Ny. Anastasia Clara Tjia, pasutri asal Surabaya.
Biasanya pada malam Paskah seperti tahun-tahun sebelumnya, Bu Anastasia hanya bisa menemani suaminya Andreas Andiono dan anak mereka bernama Adeline Margareth pergi ke gereja untuk merayakan Malam Paskah.
Itu karena ia sendiri belum pernah dipermandikan secara Katolik.
Namun, pada Perayaan Ekaristi Vigili Paskah di hari Sabtu malam tanggal 20 April 2019 lalu, Ny Anastasia Clara mendapat anugerah yang tidak pernah dia sangka. Ia boleh menerima Sakramen Permandian (Sakramen Baptis) pada Misa Malam Paskah 2019 itu. Yang lebih membuatnya gembira tiada terkira adalah pastor yang akan membabtisnya adalah Bapa Suci Paus Fransiskus.
Rasanya campur baur
“Bersyukur, terharu, bahagia. Semuanya telah bercampur menjadi satu,” katanya.
Ny. Anastasia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang di bulan April 2019 lalu telah dibaptis di Basilika Santo Petrus pada Malam Paskah itu.
Usai dibaptis, ia langsung mendapat pesan masuk dari puterinya. “Mami, sekarang kita sudah menjadi satu keluarga utuh, satu keluarga Katolik yang akan bersama-sama ke gereja untuk merayakan Perayaan Ekaristi.”
Momen malam Paskah ini tidak terlepas dari dorongan sang suami.
“Saya merasa doa saya yang sekian lama ini akhirnya didengarkan oleh Tuhan, dan malam ini isteri telah dibaptis oleh Paus Fransiskus,” kata Pak
Andreas Andiono Sunartho sambil tersenyum, sesaat setelah usai Perayaan Ekaristi Malam Paskah.
“Mendapat izin atau diperbolehkan dibaptis oleh Paus Fransiskus di Malam Paskah merupakan anugerah luar biasa dari Tuhan buat saya,” kata Ny. Anastasia Clara yang sehari-hari dipanggil Ibu Vivi.
Proses “menjadi” Katolik
“Menjadi orang Katolik yang dipermandikan setelah dewasa bukanlah hal yang mudah bagi saya,” kenangnya.
“Saya harus mengikuti pelajaran agama Katolik sebagai katekumen dewasa di bawah asuhan para Suster Misionaris Claris di tengah kesibukan saya yang sangat menyita waktu. Maka, kalau katekumen lainnya bisa memenuhi syarat tepat waktu, saya memenuhi persyaratan hampir dua tahun lamanya,” tuturnya.
Selanjutnya diuraikan, “Namun saya tidak patah semangat. Saya berjanji dalam hati bahwa saya akan belajar sungguh-sungguh bagaimana menjadi orang Katolik, baru saya mau dibaptis. Akhirnya, melalui perjuangan yang luar biasa, saya memenuhi tahapan persyaratan untuk dibaptis.”
“Suster yang mengajar menyatakan bahwa saya sudah siap dibaptis di Malam Paskah 2019,” katanya sambil terseyum lega.
Lebih lanjut dikisahkannya sebagai berikut.
“Setelah mendapat berita bahwa saya sudah boleh dibaptis pada Misa Malam Paskah 2019, saya juga mendengar bahwa di Malam Paskah, Paus Fransiskus juga membaptis beberapa katekumen dewasa. Saya bertanya-tanya bagaimana caranya untuk bisa bergabung bersama katekumen dewasa lainnya untuk dibaptis di Vatikan. Walaupun prosedurnya sulit, saya berusaha memenuhi semua dokumen yang diminta dengan bantuan beberapa kenalan.”
“Terimakasih Tuhan. Terimakasih kepada suami dan keluarga. Juga terimakasih kepada Suster pembina katekumen saya dan para suster yang telah melancarkan pembaptisan saya oleh Bapa Suci Paus Fransiskus. Terimakasih sahabat kenalan yang telah hadir bersama saya pada Misa Malam Paskah 2019 di Vatikan. Tidak lupa saya mohon doa dari semua untuk perjalanan iman saya seterusnya,” harap Bu Vivi.
Yesus ahlinya ahli
Dalam homili misa Malam Paskah itu, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa Yesus adalah ahlinya ahli yang mampu mengubah kematian menjadi kehidupan. Dengan wafat di salib, Yesus menebus dosa manusia. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus telah mengalahkan maut.
Bagi Paus Fransiskus, Paskah adalah pesta terangkatnya batu kubur, tergulingnya batu karang. Allah telah mengangkat batu-batu yang paling sulit yang menghancur-leburkan harapan kita yakni maut, dosa, ketakutan, dan keduniawian.
“Dalam Paskah ini Tuhan menunjukkan kepadamu betapa Ia sangat mencintai kehidupan. Yesus adalah seorang ahli dalam mengubah kematian kita menjadi kehidupan, dukacita kita menjadi tarian. Bersama-Nya, kita juga dapat mengalami Paskah, yaitu ‘keluaran’ (exodus) dari egoisme menuju persekutuan, dari kehancuran menuju penghiburan, dari ketakutan menuju percaya diri,” tutur Bapa Suci asal Argentina ini.
Paus Fransiskus mengajak kita agar tidak menundukkan wajah kita dalam ketakutan, tetapi mengangkat mata kita kepada Yesus yang bangkit. Kita bisa belajar dari pengalaman para perempuan yang datang ke kubur Yesus. Awalnya para perempuan itu kehilangan harapan. Akhirya, berkat penampakan Yesus yang bangkit, mereka menjadi pewarta dan saksi kebangkitan yang luar biasa.
“Kembali ke cinta yang hidup akan Tuhan adalah penting. Kalau tidak, iman kita adalah sebuah iman ‘museum’, bukan iman Paskah,” tegas pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini.
Berkat “Urbi et Orbi”
Dalam Pesan Paskah dan berkat “Urbi et Orbi” di Lapangan Santo Petrus Vatikan pada hari Minggu, 22 April 2019, Paus Fransiskus menyerukan kembali pesan perdamaian kepada seluruh dunia.
Paus yang getol membangun dialog antar agama ini menegaskan bahwa Kristus hidup dan Ia tetap beserta kita pada zaman sekarang ini.
Sekarang saatnya, menurut Paus Fransiskus, untuk memperbarui tanggungjawab guna penyelesaian politik yang mampu menanggapi harapan yang masuk akal untuk kebebasan, perdamaian, dan keadilan, menghadapi krisis kemanusiaan dan mendukung terjaminnya kepulangan orang-orang yang tanpa tempat tinggal.
“Ia menunjukkan terang wajah-Nya kepada kita, dan Ia tidak meninggalkan semua orang yang sedang mengalami kesulitan, penderitaan dan kesedihan. Semoga Dia yang hidup, menjadi harapan bagi rakyat Suriah yang terkasih,” tegas Paus Fransiskus.
Bapa Suci juga mendorong para pemimpin negara yang tengah berkonflik untuk segera duduk bersama mengupayakan perdamaian. Disebutkan oleh Bapa Suci beberapa negara yang sedang dilanda konflik dan perang, antara lain Yaman, Israel, Palestina, Libya, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, Kamerun, Sudan, wilayah timur Ukraina, Venezuela, dan Nikaragua.
Paus Fransiskus juga mengharapkan agar semakin banyak orang mau menjadi pembangun jembatan, bukan pembangun tembok.
“Semoga Tuhan sang empunya kehidupan tidak mendapati kita dingin dan acuh tak acuh. Semoga Ia menjadikan kita pembangun jembatan, bukan pembangun tembok,” harap Bapa Suci.
Seusai memberikan berkat “Urbi et Orbi”, Sri Paus juga menyampaikan keprihatinannya sekaligus belarasa atas peristiwa peledakan bom yang terjadi di Srilanka yang mengakibatkan ratusan korban nyawa dan yang terluka.
Sumber foto: Vatican News dan dokumen pribadi Ny. Anastasia Clara.