Senin, 23 September 2024
Ams 3:27-34
Mzm 15: 2-3ab-3cd.4ab-5
Luk 8:16-19
PERBUATAN baik yang kita lakukan bagi orang yang menderita bagai cahaya terang di malam gulita. Menolong atau membantu sesama dengan ketulusan hati akan menjadi pijar bagi membutuhkan.
Kebaikan itu mesti bernyala seperti lilin, lebur dan memberi terang tanpa berharap mendapat imbalan apa pun dari orang yang kita tolong.
Sebagai manusia yang memiliki hati nurani mestinya kita harus tahu diri, kita harus berusaha membalas kebaikan yang orang lain berikan kepada kita. Sehingga cahaya terang itu tidak padam di tangan kita.
Cara membalas kebaikan bisa bermacam-macam. Kita bisa menularkan kebaikan tersebut, dengan melayani sesama, bersikap baik, dengan menebar kebaikan terhadap orang lain. Perlu diketahui, satu di antara perasaan terbaik di dunia adalah memberi.
Seorang sahabat bercerita,” Ada seorang tuna netra berjalan di malam hari. Tangan kirinya memegang tongkat, sementara tangan kanannya memegang lampu. Orang disekitarnya menatapnya heran. Mengapa pria buta ini membawa lampu, sementara matanya tidak bisa melihat.
Begitu orang orang d isekitarnya berpikir tentang dia. Dalam rasa heran dan penasaran, seseorang bertanya. Mengapa Anda berjalan membawa lampu? Orang buta menjawab: Sebagai penerang.
Dengan tersenyum ramah orang buta itu berujar: Meski saya tidak bisa melihat, tapi orang lain bisa melihat saya, hingga mereka tidak menabrak saya. Selain membuat jalan menjadi lebih terang, hal ini juga menghindari orang untuk menabrak saya,” ujar sahabatku
Di saat kita melakukan sesuatu untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Perbuatan baik itu, ternyata justru menyelamatkan diri, keluarga bahkan tetangga kita.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tidak ada seorang pun yang menyalakan pelita dan menyembunyikannya dalam wadah, atau menaruhnya di bawah tempat tidur, melainkan menaruhnya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk dapat melihat terang itu.”
Yesus menggunakan gambaran pelita untuk menunjukkan bahwa terang yang kita miliki bukanlah untuk disembunyikan. Ketika kita menerima kasih dan kemurahan hati dari Tuhan, kita dipanggil untuk menyalakannya dan membagikannya kepada sesama.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menyalakan pelita kita dengan menunjukkan kasih kepada sesama. Tindakan kecil seperti membantu orang lain, memberi dukungan, atau hanya sekadar tersenyum dapat menjadi terang yang sangat dibutuhkan orang-orang di sekitar kita.
Yesus menekankan bahwa pelita harus diletakkan di atas kaki dian agar semua orang dapat melihatnya.
Kita tidak hanya dipanggil untuk bersinar di tempat yang aman, tetapi juga di tempat yang bisa dilihat oleh orang lain meski ada rintangan dan ancaman. Kita harus berani menunjukkan iman kita, bukan hanya di gereja, tetapi juga di tempat kerja, sekolah, dan komunitas kita.
Setiap kali kita menunjukkan iman kita, kita memberi orang lain kesempatan untuk melihat kasih dan kebenaran Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sudah menyalakan pelitaku, atau justru menyimpannya di tempat yang gelap?