Nyanyian Rindu Simeon

0
310 views
Simeon dan Hana menanti harapan. (Ist)

Jumat 29 Desember 2023.

  • 1Yoh. 2:3-11.
  • Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6.
  • Luk. 2:22-35

SETIAP saat dalam diri manusia itu bergejolak rasa rindu akan orang, tempat, keadaan indah, yang baik, yang menyenangkan. Rindu orang tua. Rindu kekasih. Rindu kampung halaman. Rindu itu tertuju kepada orang yang dikasihi. Rindu pada Sang Maha Pencipta.

Rindu bertemu. Rindu berada dalam suasana indah yang pernah dialami. Manusia hidup dari rindu ke rindu. Sesudah kerinduan itu terpenuhi, berlanjut lagi dengan kerinduan baru.

Naluri kita terheran-heran dengan datangnya sapaan dari anggota keluarga yang sudah lama terpisah lewat telepon genggam dan rasa rindu terobati sehingga hati melonjak kegirangan. Atau jika kerinduan yang lama terpendam terpenuhi dalam sebuah kesempatan perjumpaan.

“Ibuku begitu merindukan kakakku yang pergi merantau,” kata seorang bapak. “Dalam sakitnya, sering nama kakakku di sebut ibu sambil berurai airmata,” ujarnya

“Kami tak berdaya, karena kami kehilangan kontak, sudah kami usahakan untuk mencari informasi melalui sahabat dan orang lain namun tidak kunjung mendapatkan kontaknya,” ujarnya.

“Kepada teman-temannya kami selalu menitipkan pesan, bahwa ibu sakit dan ingin bertemu dengannya,” lanjutnya.

“Kami berharap dan merindukan dia khususnya ibu, semoga ada mukjizat kakakku mendengar suara kerinduan ibu dan kami,” sambungnya.

“Waktu terus berlalu raga ibu semakin lemah, namun terlihat bahwa harapan berjumpa dengan kakakku masih membara di wajah ibu. Cinta, rindu, harapan membuat ibu bertahan meski raganya lemah,” tegasnya.

“Hingga suatu hari kakakku datang, dan rindu ibu dan kami terobati, bahkan setelah perjumpaan itu, dua hari kemudian ibuku meninggal dunia,” lanjutnya.

“Ibuku menghembuskan napas terakhirnya diperlukan kakakku yang lama dirindukannya. Ada kedamaian dan ketenangan di wajah ibu,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,”

Simeon menantikan Mesias dengan kerinduan yang mendalam.

Dalam nyanyian Simeon, Simeon memuji Allah dan mengakui bahwa matanya telah melihat keselamatan Allah dalam diri Yesus.

Ruang lingkup keselamatan diperluasnya dengan memasukkan orang-orang bukan Yahudi atau bangsa-bangsa lain. Keselamatan Allah yang dibawa Yesus terbuka bagi semua orang, tidak hanya bagi orang Israel.

Nyanyian pujian Simeon membuat Maria dan Yusuf terheran-heran. Reaksi seperti ini umumnya muncul ketika orang berhadapan dengan kehadiran kuasa ilahi.

Simeon lalu memberkati mereka, sama seperti berkat yang diberikan Imam Eli kepada orang tua Samuel Ia berkata, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.”

Kata-kata berkat ini sejajar dengan gagasan tentang penerimaan dan penolakan terhadap Yesus di antara orang Israel. Perbantahan terjadi karena sebagian orang Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias dengan penuh iman, tetapi sebagian yang lain menolak-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menantikan Mesias dengan kerinduan atau hatiku tertutup akan kehadiran-Nya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here