Ojigi, Budaya Hormat ala Jepang

0
64 views
Ilustrasi - Cara orang Jepang menghormati orang dengan membungkukan badan (Inside Japan Tours)

Puncta 25.06.24
Selasa Biasa XII
Matius 7:6.12-14

PENDIDIKAN anak-anak di Jepang sungguh luar biasa. Bukan soal intelektualitas yang diprioritaskan, tetapi kemandirian, kedisiplinan dan hormat serta empathy terhadap sesama.

Salah satu sikap penting yang diajarkan pada anak-anak sejak kecil adalah Ojigi atau sikap hormat sekaligus salam kepada orang lain.

Sejak kecil anak-anak sudah diajari hormat pada sesama. Mereka selalu membungkukkan badan untuk memberi hormat pada orang lain. Kita lihat Naomi Osaka, pemain tenis dunia, ia selalu membungkukkan badan tanda hormat kepada lawan dan juga penonton di tribune.

Pada Piala Dunia di Rusia 2018 suporter Jepang membersihkan sampah-sampah plastik dan botol di arena penonton setelah pertandingan usai. Kebersihan adalah bagian dari pendidikan, dan ini sudah menjadi gaya hidup di Jepang. Walau tidak ada tempat sampah, jalan-jalan dan kota-kota di Jepang sangat bersih.

Budaya itu tidak haya dilakukan di rumah sendiri, tetapi di mana pun mereka berada, kebersihan dijunjung tinggi. Mereka mulai dari diri sendiri, keluarga, komunitas dan meluas menjadi budaya nasional.

Hormat tidak hanya diberikan kepada manusia, tetapi juga kepada alam semesta.

Yesus berkata, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi.”

Kalau kita ingin dihargai orang, maka perbuatlah itu dengan menghargai mereka. Anak-anak di Jepang itu selalu diajari berterimakasih kepada siapa pun. Ketika mereka menyeberang jalan, mereka akan berbalik dan membungkukkan badan kepada para pengendara yang berhenti.

Kalau kita ingin orang lain berbuat baik, maka lakukanlah kebaikan itu mulai dari diri kita sendiri.

Budaya bersih para suporter Jepang itu akhirnya menular, ditiru oleh negara lain. Suporter Senegal, tuan rumah Rusia akhirnya juga gotong royong membersihkan arena pertandingan.

Mari kita menularkan kebaikan. Pasti kebaikan itu akan kembali kepada kita juga. Yang menabur kebaikan akan memetik buah-buah keutamaan.

Semua dimulai dari diri kita sendiri.

Menikmati sinar pagi di Gunung Lawu,
Sambil memandang langit berwarna biru.
Apa yang ingin orang perbuat padamu,
Lakukanlah itu juga kepada sesamamu.

Cawas, salam Ojigi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here