Puncta 13 November 2024
Rabu Biasa XXXII
Lukas 17: 11-19
ORANG Jepang, kendati negara mereka sangat maju dan modern, tetapi tidak meninggalkan tradisi-tradisi nenek moyang yang luhur. Salah satu nilai tradisi yang terus dijaga adalah hormat dan berlaku sopan terhadap orang lain.
Sejak anak usia dini, mereka sudah diajarkan sikap hormat dan berterimakasih pada orang lain. Mereka selalu membungkukkan badan sambil menganggukan kepala kepada orang lain sebagai tanda hormat dan terimakasih.
Tradisi ini disebut Ojigi. Ojigi adalah tanda kesopanan, berterimakasih, dan meminta maaf. Ojigi menjadi tradisi yang selalu dan terus menerus diajarkan mulai dari anak-anak, kaum dewasa bahkan orangtua juga melakukan.
Ojigi mengajarkan kita untuk berlaku hormat, sopan dan berterimakasih kepada orang dan lingkungan sekitarnya.
Ada sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka diminta memperlihatkan diri kepada imam, sebab imamlah yang berhak mengumumkan bahwa mereka telah tahir.
Hal ini berhubungan dengan aturan Taurat tentang najis dan tidaknya seseorang.
Dari sepuluh orang itu, hanya satu, bahkan dia adalah orang Samaria, yang kembali mengucapkan terimakasih kepada Yesus. Yang Sembilan lainnya tidak kembali.
Yesus tidak mengharapkan ucapan terimakasih atau balasan apa pun. Tetapi kita harusnya tahu diri karena sudah ditolong dan disembuhkan.
Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari kutipan Injil ini. Pertama, kita mudah lupa untuk berterimakasih kalau sedang mengalami sukacita. Saking gembiranya sampai lupa berterimakasih kepada Tuhan.
Kedua, kita sering salah duga. Kita sering menilai orang lain jelek, kotor, kafir dan merasa diri paling benar. Kita mudah menganggap orang lain rendah atau hina.
Tetapi justru mereka menunjukkan sikap dan tindakan yang baik. Contohnya orang Samaria yang sakit kusta itu. dialah satu-satunya yang tahu berterimakasih dan kembali untuk memuliakan Tuhan.
Marilah kita memperbaiki diri dengan membiasakan berterimakasih dan menghormati orang lain kendati mereka berbeda dengan kita.
Ke toko membeli kain,
Untuk dirangkai menjadi topi.
Hormatilah orang lain,
Jika engkau ingin dihormati.
Wonogiri, hormatilah sesamamu manusia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr