BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN
Jumat, 18 Juni 2021
Bacaan:
- 2 Kor 11: 18, 21b-30.
- Mat. 6: 19-23.
DUNIA ini, tempat yang indah bagi manusia. Diciptakan dan diperuntukkan juga bagi manusia.
Manusia diberi tugas memelihara dan mengembangkan dunia. Menjadikan rumah indah bagi semua orang.
Tetapi juga ada bahaya. Karena kemajuan ilmu dan teknologi, maka hal itu malah menyebabkan mental konsumtif.
Muncul pula gejala kesedihan dan kecemasan. Itu lahir dari hati puas diri, namun sejatinya tamak. Pengejaran akan kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul.
Tapi tunggu dulu. Tidak semua orang begitu adanya. Dan inilah kisah sederhana.
“Apa kabar, Mam?”
“Baik. Sekalian sarapan bersama ya, Romo.”
Hari itu, sebagai pastor paroki, saya menyempatkan diri datang berkunjung ke seorang ibu. Ia sudah sangat berumur. Dengan ciri khas penampilannya sehari-hari. Mama ini selalu memakai jarik dan kebaya sederhana.
Wajahnya membersitkan aura kelembutan, keramahan. Atmosfir keibuan terpancar kuat dari penampilan roman mukanya yang kalem, sederhana, dan polos.
“Mam, apa yang membuat mama kini merasa bahagia?,” begitu tanyaku kepo.
“Anak-anak dan menantu, Romo. Mereka sayang aku. Mereka cukup berada dalam materi dan ‘takut’ akan Tuhan Yesus. Cucu-cucu juga baik dan perhatian.
Saya merasa, hidupku tidak gagal. Mereka semua rukun dan semuanya juga sudah Katolik Romo. Hidup serba berkecukupan.”
“Hebat e Mam, bagaimana bisa ngedidik anak-anak jadi seperti itu?”
“Romo, saya itu dulu jualan kue. Naik sepeda ontel. Keluar masuk kampung. Saya membuat kue jajanan yang sederhana. Keadaan saat itu memang hanya bisa begitu. Saya harus kerja keras, supaya anak-anak dapat pendidikan yang baik. Saya ingin anak-anak pada akhirnya mempunyai kehidupan yang lebih baik.
Pagi-pagi, saya sudah berjalan mengedarkan kue. Dari rumah satu ke rumah yang lain; dari ruko satu ke yang lain dan dari gang satu ke gang yang lain.
Ada roti yang buat sendiri atau ada yang ambil dari bandar roti.
Memang capek, Romo. Tapi harus saya lakukan demi anak-anak. Saya terus berusaha apa pun untuk hidup berkecukupan. Maka saya berjanji dengan keras mau mendidik anak-anak supaya sekolahnya lancar.
Saya berharap mereka menjadi pedagang yang sukses.
Saya hanya berdoa memasrahkan keluarga saya kepada Tuhan. Saya rajin berdoa, tetapi yang saya bisa hanyalah Doa Bapa Kami, Salam Maria, dan Angelus. Selebihnya, aku tidak tahu.”
“Bagus dan betul sekal, Mam.”
Dalam suatu rapat pembangunan dibahas soal dana untuk membeli sebidang tanah di samping gereja. Cukup mahal saat itu. Tim pembangunan sudah bergerak dan mencari cara-cara bagaimana dapat mengumpulkan dana.
Siapa pun dengan gembira dipersilahkan menyumbang seberapa pun. Semangat dan kegembiraan umat luar biasa.
Dari sekian banyak kegiatan kasih, ada yang mula-mula memang niatnya memberi pinjaman (ngutangin).
Setelah tenggang waktu pencairan pinjaman, beberapa dari mereka berkata demikian. Sesuatu yang tidak disangka-sangka.
“Romo, nomor pinjaman dari saya tidak usah dikembalikan ya. Anggap saja sumbangan Mo. Biar lancar dan cepat selesai,” ungkap seorang bapak muda.
Seksi Dana Pembangunan langsung keok.
Saat rapat, dikembangkan pikiran bagaimana pencarian dana, tiba-tiba seorang bapak berkata, “Romo tidak usah pusing. Saya pinjami dulu dan dilunasinya nanti saja.”
“Lalu, pengembaliannya?”
“Nggak usah pusing Romo. Tuhan pasti buka jalan. Tidak usah buru-buru dipulangkan. Nanti kalau gereja sudah bernafas dan memiliki dana lebih, barulah boleh dilembalikan. Pelan-pelan aja, Mo.”
Sang bapak dermawan ini adalah putera dari mama yang diceriterakan di atas.
Kebaikan, ketulusan, dan kesahajaannya tercermin dalam olah spiritual mereka.
Kendati banyak pelayanan, tetaplah perhatian, kasih dan waktu bagi orangtua mereka selalu ada.
Kebaikan itu selalu menyebar dan turun-temurun bagi mereka yang mencintai Tuhan.
Kisah mama di atas menjadi sebuah pembuktian, betapa karya Roh Kudus ajaib.
Selalu ada pribadi-pribadi yang mengagumkan tampil tak terduga.
Yesus berkata, “Kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada ada.” ay 20-21.
Tuhan, tumbuhkan rasa memiliki akan Gereja-Mu dalam diriku. Amin.