OMK Bandung Belajar Menjadi Agen Kabar Baik

0
497 views
Tenaga Ahli di Kantor Staf Presiden Aloysius Wisnuhardana. Media Sosial bakal jadi paspor / Fotografer : Abdi Susanto

BANDUNG merupakan kota keempat yang disambangi Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menggandeng Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyebarkan virus-virus bermedia sosial yang baik dan beradab.

Setelah Jakarta/Bogor, Malang, dan Medan, selama dua hari hingga Minggu (15/10) siang ratusan orang muda Katolik (OMK) mendengarkan beberapa materi yang disampaikan para pembicara dan belajar bermedia sosial yang baik dan cara-cara menangkal hoaks .

Di sesi pertama, Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia RD Kamilus Pantus mengajak OMK untuk menjadi agen kabar baik.

“Semua orang tanpa pandang bulu harus menjadi agen kabar baik. Dengan kaca mata Yesus dalam melihat salib, kita harus berani dan tidak takut menghadapi hoaks,”kata Kamilus di Hotel Pesona Bamboe, Lembang, Sabtu (15/10).

Dunia baru yakni dunia virtual yang kita hadapi sekarang, menurut Kamilus harus dihadapi dengan keyakinan bahwa Allah selalu menyertai kita dan tidak pernah membiarkan manusia sendirian.

Demikian juga dengan situasi yang terjadi di Indonesia, Direktur Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri Kombes Pol Ibnu Suhendra menyebutkan bahwa OMK harus berani melawan berbagai propaganda antipersatuan, antipancasila dengan narasi-narasi yang positif.

“Media sosial jelas menjadi salah satu sarana yang paling ampuh bagi para teroris di luar negeri untuk menyebarkan paham-paham radikal dan antipancasila,”tegas Ibnu.

Lewat media sosial juga, para tokoh ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau jihadis seperti Bahrun Naim merekrut ibu-ibu dan anak-anak remaja menjadi orang-orang yang berani mati dan mencelakai orang lain dengan bom bunuh diri.

“Bahrun bahkan mengajari mereka bagaimana membuat bom sendiri dan mengubah serta mempengaruhi orang-orang ini dengan seruan-seruan provokatif melakukan amal (membom) di negara masing-masing,”ujar Ibnu.

 

Situasi inilah yang kemudian membuat Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan berbagai langkah penting. “Salah satunya dengan forum dialog dan literasi media ini,”ujar Tenaga Ahli Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Hendrasmo.

Menurut Hendrasmo, peran anak muda dalam hal ini OMK menjadi penting karena sasaran paham-paham radikal dan antipancasila adalah anak-anak dan remaja. Kondisi Indonesia yang penuh warna beragam budaya juga menjadi tantangan sekaligus kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan baik.

“Literasi media sangat penting, khususnya saat masyarakat kebanjiran informasi,”ujar Hedrasmo.

Literasi ini, kata Hedrasmo menjadikan masyarakat sadar dan kritis terhadap isi yang tersaji dan beredar dalam berbagai media. Masyarakat juga mampu menggunakan media sesuai etika, serta melakukan cek dan recek sebelum menyebarkannya.

Sebelum berlatih membuat video blog (vlog) dan meme serta merancang hal-hal positif di dunia maya, para OMK Keuskupan Bandung ini mendapat penegasan sekali lagi dari Tenaga Ahli di Kantor Staf Presiden Aloysius Wisnuhardana.

Mantan wartawan ini menyebutkan bahwa media sosial punya kekuatan besar dalam mengubah sebuah bangsa. “Kalau teks saja gampang dimanipulasi, sekarang ini sudah ada teknologi yang bisa memanipulasi video,”ujar Wisnu.

Dengan media sosial, sebuah bangsa bisa menjadi maju atau sebaliknya hancur seperti Suriah. “Apakah kita mau membiarkan negara kita seperti Suriah? Tidak bukan,?”tanya Wisnu.

Karena itu, Wisnu menyebutkan agar OMK mulai membangun literasi media dan menyebarkan hal-hal positif di media sosial. Selalu menyaring semua informasi dengan hati-hati dan bijaksana, juga mesti menjadi prosedur yang harus dijalankan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here