OMK Gereja Santa Maria Assumpta Paroki Gamping di Jalan Gamping Tengah RT 03 RW 15, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta baru saja menggelar forum sharing dan diskusi lintas agama di Panti Paroki Gereja Santa Maria Assumpta Gamping, Kamis 27 Oktober 2016. Sharing dan diskusi ini mengusung tema “Kaum Muda Memperdalam Iman”.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Romo Martinus Joko (Romo Paroki Gamping), Ustadz Zaen Musyirifin (UIN Sunan Kalijaga), Jekonia Tarigan (UKDW).
Jumlah peserta yang menghadiri acara ini adalah 27 orang. Mereka datang dari berbagai universitas dan komunitas di Yogyakarta . Acara sharing dan diskusi lintas agama dimulai pukul 19.00 WIB hingga rampung.
Perbedaan itu indah
Dalam paparannya, Romo Martinus Joko memberi pengertian mengenai agama Katolik dan agama lain agar dapat dipahami bahwa perbedaan itu memang indah dan menjelaskan mengenai empat relasi manusia, yaitu diri sendiri, Allah, sesama, dan alam.
Keprihatinan terhadap terorisme yang terjadi melalui media apa pun, demikian kata Romo Martinus Joko, maka kaum muda harus jadi bisa menjadi aktor perubahan masyarakat di tengah-tengah krisis toleransi. Hari ini saatnya membangun counter story, aksi menggagalkan terorisme dengan perdamaian.
Agama membawa damai
Sesi kedua diisi oleh Ustadz Zaen Musyirifin. Ia menjelaskan mengenai munculnya kekerasan terorisme yang disebabkan oleh dendam antar umat beragama. Agama mengajarkan pesan-pesan damai, namun kaum ekstrimis dan teroris memutarbalikkan kedamaiaan.
Ustadz Zaen Musyirifin memberi pesan bahwa kita harus jadi promotor perdamaian antar umat. ”Pluralisme tidak berarti meniadakan perbedaan, tetapi memeliharanya,” imbuhnya.
Semangat Bhinneka Tunggal Ika
Paparan terakhir disampaikan oleh Jekonia Tarigan. Ia membahasKetuhanan Yang Maha Esa sebagai jalan masuk teologi agama-agama di Indonesia. Salah satu keberagaman kita adalah agama.
Para Bapak Pendiri bangsa ini sungguh sadar akan fakta sosial yang bisa menimbulkan dua potensi. Yakni, pertama bangsa ini menjadi sangat erat namun pada saat bersamaan juga bisa bersikap negatif dan merusak keberagaman. Maka, kata dia, bangsa ini harus diikat dalam satu prinsip yaitu Sila Pertama dari Pancasila.
Makna sila pertama telah mengalami erosi dalam hidup keberagaman; jangan memaksa untuk sama karena nyatanya kita ini memang beragam dan biarkan masing-masing memelihara keasliannya. Sila pertama menjadi pedoman untuk kita sebagai bentuk merangkul semua agama dan kepercayaan di Indonesia.
Dengan diadakannya sharing dan diskusi lintas agama ini diharapkan kaum muda menyadari dan tergerak untuk menjadi promotor perdamaian di tengah-tengah masyarakat saat ini.Kaum muda juga harus mampu menepis pandangan buruk terhadap agama tertentu. Itu karena kita semua adalah sama di mata Tuhan dan semua orang bergerak bersama menuju ‘puncak kehidupan’ yang sama. Hanya caranya saja yang berbeda-beda.
Pancasila menyelamatkan kita, karena semangat Bhinneka Tunggal Ika