BERIKUT ini catatan serpihan refleksi Paroki Krapyak Semarang.
Euforia kedatangan Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia masih meletup-letup. Bahkan hingga sampai sekarang, ketika catatan refleksi personal ini mengemuka di pikiran dan kemudian dicoba dituangkan dalam berbagai tulisan.
Berbagai media sosial masih saja ramai dibanjiri konten yang isinya seputar refleksi dan pengalaman orang-orang yang memiliki kesempatan untuk hadir langsung di Stadion Utama GBK (Gelora Bung Karno) maupun komentar orang-orang yang ikut merasa bangga dan berbahagia, meskipun hanya bisa mengikuti perayaan ekaristi live streaming.
Seperti telah diketahui, sejumlah 90.000 umat Katolik dari berbagai penjuru Indonesia telah hadir mengikuti perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus di GBK. Mereka itu datang dari seluruh Keuskupan di Indonesia. Tampil sorak-sorai dan menawan; sesuai dengan jatah pembagian kuota untuk masing-masing keuskupan. Mereka datang dan dengan lancar bisa diatur dengan rapi oleh panitia.
Menarik menyimak dinamika paroki-paroki atau komunitas-komunitas dalam “menyeleksi” orang-orang yang mendapat kesempatan untuk berangkat mengikuti misa bersama Bapa Suci di GBK. Ada paroki-paroki yang membagikan informasi langsung kepada umat, dan memberikan kesempatan tersebut untuk mendaftar berdasarkan ketentuan “siapa cepat dia dapat”.
Ada juga paroki yang menggunakan cara penawaran secara langsung untuk para aktivis parokinya. Namun ada juga yang menggunakan model “undian”, sehingga siapa pun memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.
Apa pun cara dan metode yang dipilih oleh setiap paroki (dan komunitas), pasti sudah dicerna melalui berbagai pertimbangan yang matang; lalu diputuskan oleh Romo Paroki atau pemimpin komunitas. Guna menghindari perselisihan dan iri hati antar umat. Namun demikian, tentu masih ada saja umat yang mengalami kekecewaan, karena tidak mendapat kesempatan untuk berangkat secara langsung menuju GBK. Hanya karena keinginan kuat bisa melihat sosok Paus Fransiskus “dari jarak dekat”.
Serpih refleksi Paroki Krapyak
Gereja St. Ignatius Paroki Krapyak merupakan sebuah paroki kecil di tlatah pastoralKeuskupan Agung Semarang. Paroki ini memiliki keunikan dalam menentukan siapa 25 orang yang “beruntung” karena bisa mendapat kesempatan bertemu dengan Bapa Suci Paus Fransiskus. Saat diumumkan bahwa setiap paroki di Keuskupan Agung Semarang memiliki kuota 25 orang, tentu seluruh umat bertanya-tanya: siapa yang akan mendapat kesempatan berangkat ke GBK mengikuti perayaan bersama Bapa Suci Paus Fransiskus?
Dalam rapat DPPH (Dewan Pastoral Paroki Harian), Romo Paroki mengusulkan untuk mengutus OMK (Orang Muda Katolik) sebagai perwakilan umat yang berangkat ke GBK. Pertimbangan yang disampaikan adalah bahwa anak-anak muda Katolik inilah yang kelak akan menggantikan generasi tua untuk memimpin Gereja.
Pertemuan dengan Bapa Suci Paus Fransiskus ini merupakan sebuah pengalaman iman sangat berharga sebagai pelayan-pelayan Gereja. Maka kesempatan yang diberikan bagi OMK merupakan sebuah warisan kekuatan iman yang bernilai tinggi bagi orang muda. Untuk menapaki masa depannya sebagai penerus Gereja.
Syukur kepada Allah, seluruh anggota DPPH menyepakati usulan ini. Maka terjadilah, 25 OMK Gereja St. Ignatius Paroki Krapyak diberangkatkan ke GBK.
Respon komentar atas keputusan berangkatkan OMK ke GBK
Beberapa komentar anggota DPPH terkait dengan keberangkatan 25 OMK ke GBK berikut ini sungguh menunjukkan kelapangan hati dan menjadi bukti. Yakni, bagaimana umat Paroki Krapyak telah menjalankan fungsi sebagai ‘orangtua’ dengan jiwa keibuan dan kebapaan seperti teladan Bapa Suci Paus Fransiskus sendiri.
- “Saya sama sekali tidak kecewa. Bagi saya malah ini keputusan yang baik untuk memberi kesempatan OMK menemukan pengalaman iman dengan bertemu Bapa Paus Paus Fransiskus secara langsung melihat sosok fisik beliau di Jakarta. Harapanku, dengan pengalaman ini para OMK menjadi semakin beriman tangguh, berani bersaksi dan mengabdi untuk gereja.”
- “Perasaanku biasa saja; bahkan sangat mendukung usulan itu. Secara jujur ada rasa kecewa tapi kecil sekali, mungkin hanya 10%. Mengatasi rasa kecewa itu dengan menyadari bahwa yang muda lebih membutuhkan pengalaman itu untuk bekal perjalanan iman mereka yang masih panjang.”
- “Sangat setuju, tidak ada rasa kecewa. Kaum muda sebagai pewaris dan juga penerus pengelola Gereja dalam melayani umat. Ssemog semakin dimantapkan dalam pondasi keimanan yang lebih kokoh setelah perjumpaan dengan Bapa Suci Paus Fransiskus, dan semakin meneladani ajaran Bapa Suci.”
- “Biasa saja dan tidak ada sedikit pun rasa kecewa. Karena menurut saya, OMKl-ah yang harus diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman iman dan kebanggaan sebagai umat Katolik, sekaligus menjalin persaudaraan di antara mereka.”
- Harapan ke depan
Para anggota DPPH memiliki harapan bahwa melalui perjumpaan dengan Bapa Suci ini, OMK mempunyai semangat dalam menatap masa depannya. Juga akan menjadi semakin tangguh menghadapi dinamika perjalanan iman Gereja di masa mendatang.
Ada harapan agar api semangat sebagai pelayan dalam hidup menggereja di Paroki Krapyak dapat diperbaharui melalui teman-teman muda yang tersentuh karena mendapatkan pengalaman iman dalam kesempatan perjumpaan: menyaksikan sosok fisik Bapa Suci Paus Fransiskus “dalam jarak sangat dekat”.
Keputusan ini sekaligus juga menjadi pembelajaran bagi seluruh umat Paroki Krapyak tentang kerelaan dan kerendahan hati. Dengan mengutus OMK, diharapkan akan mengeliminasi letupan-letupan umat yang ingin ikut berangkat ke GBK, namun ternyata malah tidak mendapat kesempatan.
Gayung pun lantas bersambut. OMK yang mendapat kesempatan berangkat pada umumnya merasa tidak percaya, bahwa mereka inilah yang justru diberikan kesempatan untuk berangkat. Beberapa orang merasa tidak pantas, karena merasa tidak punya sejarah memberikan banyak kontribusinya di paroki. Namun demikian, semua OMK yang berkesempatan berangkat menyatakan bersyukur. Karena telah mendapat kesempatan ini, seperti salah satu komentar berikut ini:
“Sesungguhnya saya termasuk kelompok kecil orang yang bersikap indifferent akan kedatangan Bapa Suci Paus Fransiskuske Indonesia. Bila mendapat kesempatan berjumpa, tentu saja saya mau banget. Namun bila tidak, ya sudahlah.
Sampai ketika Bapa Suci Paus Fransiskus akhirnya benar-benar telah tiba di Indonesia, saya mengetahui betapa besar antusiasme umat. Bagaimana mereka berjuang untuk mendapat berkat atau sekadar berjumpa.
Saat itulah saya sadar diri. Betapa besar berkat karunia bernama kesempatan emas yang akhirnya saya terima ini. Karena bisa menjadi satu dari sejumput ribuan umat Katolik di tanahair yang dapat mengalami secara langsung perayaan ekaristi yang dipimpin langsung oleh Bapa Paus Paus Fransiskus dan Kardinal Ignatius Suharyo.
Bahkan kesempatan itu datang sekonyong-konyong; seolah jatuh tepat dalam genggaman. Tanpa perlu berebut tiket seperti yang beberapa teman yang harus mereka jalani.”
Bertemu dan mengenal Paus Fransiskus dari “jarak sangat dekat”
Harapan-harapan yang didaraskan oleh umat yang diwakili oleh DPPH nampaknya terjawab dengan refleksi yang dituliskan oleh beberapa OMK selepas bertemu dengan Bapa Suci Paus Fransiskus berikut ini:
“Aku ingin menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Juga ingin menjadi orang yang selalu percaya dan mengandalkan Tuhan di dalam hidup. Menjadi orang yang akan selalu berusaha menjadi manusia sabar, tidak menyimpan dendam kepada orang yang pernah berbuat salah kepadaku.
Ini beneran masih belajar sih; buat gak benci dan dendam sama orang… Dan yang paling penting, menjadi orang yang akan selalu mencintai agama Katolik. Juga tidak akan mengulang kisah yang sama lagi. Yakni, berpacaran dengan yang beda keyakinan …
Karena Katolik sungguh seindah itu. Sayang banget, kalo dapet pasangan yang beda keyakinan lagi.”
“Dengan melihat beliau yang murah senyum itu, pemandangan jarak dekat itu sungguh telah sangat menyentuh hati saya. Juga menjadi pengingat saya untuk lebih bersemangat lagi dalam menjalani hidup, menebar senyum dan perdamaian di antara kita umat antar beriman. Juga memperoleh semacam motivasi untuk mempraktikkan banyak kebaikan lagi di sekeliling saya.
Sungguh saya sangat berterimakasih, karena saya sudah diberi kesempatan luar biasa ini. Dan pengalaman ini akan terpatri di hati saya untuk selalu menjadi pengingat saya. Yang saya percaya, Tuhan Yesus sungguh hadir di sana, di GBK, di Indonesia, di antara kita semua yang percaya pada-Nya.”
“Kesan saya yang amat mendalam adalah: sentuhan Tuhan Yesus pada hati saya melalui kedatangan Paus. Lewat di antara kami – ribuan orang jumlahnya- dan beliau selalu tersenyum bahagia. Senyum beliau sungguh tampak tulus yang menandakan kasih sayang kepada semua orang.
Saya merasakan betapa kecilnya saya, siapalah saya Tuhan? Tetapi Engkau telah memilih saya menjadi bagian teramat penting di tempat itu. Menjadi saksi kebaikan-Mu.
Saya sontak teringat akan sosok Yesus yang diagungkan di Gerbang Yerusalem. Saya membayangkan bahwa umat begitu memuji nama Yesus. Namun nama Yesus tidak hanya berhenti di situ saja.
Harapan terbesar adalah ketika setiap hari-harinya saya ingin menjadi orang yang mudah tergerak hatinya. Untuk semakin berbelarasa dan mampu menjadi pelayan Tuhan. mampu menjadi perpanjangan Tangan Tuhan untuk kemuliaan nama Tuhan.
Saya bertekad bahwa di mana saya berada, di situlah saya hadir untuk memuliakan nama Tuhan. Untuk menjadi pelaku firman melalui perbuatan-perbuatan yang baik yang Tuhan kehendaki untuk hidup saya.
Saya berharap dan berserah pada Tuhan. Semoga seluruh hidup saya selalu dipenuhi oleh Roh Kudus. Seperti Bapa Suci Paus Fransiskus sebagai teladan kebaikan.”
Baca juga: Lanjutkan Decak Kagum Paus Fransiskus, Baca Buku “Kata Bertuah Paus Fransiskus”
OMK Goes to GBK dan FIBB
Berita-berita dan video yang banyak beredar tahun lalu mengenai gereja-gereja di Eropa yang akhirnya telah berubah fungsi menjadi bar atau tempat bermain skateboard menjadi alarm yang cukup mengagetkan bagi umat Katolik di Indonesia.
Perubahan fungsi bangunan bekas gereja dan biara-biara itu terjadi karena semakian berkurangnya jumlah umat gereja-gereja tersebut. Dikutip dari CNN Indonesia dan juga diberitakan oleh Deutsche Welle, di tahun 2022 tercatat bahwa jumlah jemaat yang telah meninggalkan Gereja Katolik di Jerman telah melonjak sampai merujuk pada angka 522.821. Angka ini meningkat dari jumlah semula ‘hanya’ sebanyak 359.338 jemaat di tahun 2021: yakni mereka yang meninggalkan Gereja.
Tahun Katekese Formation Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB)
Gereja Keuskupan Agung Semarang mencanangkan tahun 2024 sebagai Tahun Katekese dalam rangka menyukseskan program Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan.
Dalam Temu Pastoral Kevikepan Semarang, 21 November 2023, Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr. Rubiyatmoko, menyatakan bahwa tujuan pertama FIBB adalah menciptakan lingkungan pembelajaran:
- Yang mendukung pertumbuhan rohani.
- Yang berkesinambungan hingga umat memiliki iman yang semakin kokoh sepanjang rentang kehidupannya.
Tujuan kedua adalah membentuk pribadi:
- Yang memiliki dasar iman kokoh-kuat dan tidak tergoyahkan.
- Yang sungguh-sungguh memahami betul yang diimani.
- Yang menghidupi imanya dan mewujudkan imannya dalam keseharian.
- Yang mempertanggungjawabkannya.
- Yang mewartakannya melalui kesaksian yang transformatif.
Mgr. Rubiyatmoko juga menyebut tentang tugas Romo Paroki dalam melakukan katekese FIBB tersebut yang meang harus dilakukan sesuai dasar hukumnya yakni Hukum Gereja Kanon (baca: Pasal) 777. Bunyinya sebagai berikut:
“Dengan tetap memperhatikan norma-norma yang ditetapkan oleh Uskup Diosesan, secara khusus hendaknya pastor paroki berusaha:
- Satu, supaya diberikan katekese yang sesuai untuk perayaan sakramen-sakramen.
- Dua, supaya anak-anak, dengan pengajaran kateketik selama waktu yang cukup, disiapkan dengan semestinya untuk penerimaan pertama Sakramen-sakramen tobat dan Ekaristi Mahakudus serta untuk penerimaan Sakramen Penguatan.
- Tiga, supaya anak-anak itu, sesudah penerimaan komuni pertama, dikembangkan dengan pengajaran kateketik yang lebih melimpah dan mendalam.
- Empat, supaya pengajaran kateketik diberikan pula kepada mereka yang menyandang cacat fisik atau mental, sejauh keadaan mereka mengizinkannya.
- Lima, supaya iman orang muda dan orang dewasa diteguhkan, diterangi dan diperkembangkan dengan bermacam-macam bentuk dan prakarsa.”
Tanpa disadari, Romo Paroki dan DPPH sudah menjalankan katekese untuk meneguhkan, menerangi, dan memperkembangkan orang muda. Dilakukan dengan memberi kesempatan OMK untuk bisa bertemu Bapa Suci Paus Fransiskus secara langsung. Juga dari “jarak sangat dekat”.
Ini sungguh merupakan satu keputusan out of the box. Diputuskan demikian adanya, karena didasari oleh keterbukaan-kerendahan hati. Yang diinisiasi oleh Romo Paroki. Juga sangatdidukung oleh seluruh umat di Paroki Krapyak melalui DPPH.
Ini sungguh merupakan suatu langkah kecil, namun strategis dalam menyukseskan Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan di Paroki Krapyak.
Penghargaan kepada Romo dan Umat Paroki Krapyak
Romo Paroki mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada umat (DPPH). Karena mereka telah mampu berdiskresi telah “melawan” keinginan-keinginan pribadi. Dan akhirnya bisa menjadi “satu bahasa” untuk menghadiahkan kesempatan bagi OMK Paroki Krapyak Semarang bisa bertemu Bapa Suci Paus Fransiskus. Dan yang beruntung ini adalah 25 OMK.
Romo Paroki merasa bangga kepada seluruh umat. Karena dengan segenap sadar, umat yang diwakili oleh DPPH melepas semua keinginan pribadi untuk bertemu Bapa Suci demi mewujudkan cinta kepada anak-anak kita yang kelak akan menggantikan kita memimpin Gereja.
Umat Paroki Krapyak juga merasa bangga dan bersyukur kepada Tuhan. Jarena memiliki Romo Paroki yang senantiasa mengutamakan kepentingan umat. Pada saat momen bersama-sama mengikuti gelaran Perayaan Ekaristi bersama Paus Fransiskus di GBK, Romo Paroki Krapyak bersama-sama seluruh umat -di dalam gereja yang penuh sesak- mengikuti misa live streaming– ikut melakukannya dengan konsekrasi langsung.
Semangat solider dan belarasa yang nyata dicontohkan oleh seorang Romo Paroki itu larut bersama umat dalam haru. Semua bisa merasakan kasih Tuhan yang melimpah. Melalui kunjungan Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia, meskipun hanya mengikuti jalannya Perayaan Ekaristi itu secara live streaming.
Romo dan Umat Paroki Krapyak pantas diberi apresiasi dan penghargaan, karena telah menunjukkan keikhlasan dan kerendahan hati. Berani dan berhasil melepaskan ambisi-ambisi dan keinginan pribadi. Dengan merelakan OMK mendapatkan kesempatan emas yang mungkin hanya dapat diperoleh seumur hidup satu kali.
Bagi OMK Paroki Krapyak yang telah diberi kesempatan berangkat ke GBK bertemu dengan Bapa Suci Paus Fransiskus, semoga peristiwa ini dan segala dinamika yang terjadi, tidak berhenti sekedar menjadi romantisme kenangan yang manis. Namun sungguh dapat menjadi bekal kekuatan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan beriman dalam menapaki arus zaman yang semakin berat oleh tantangan. Semoga demikian adanya.
PS:
- Paparan catatan refleksi mengikuti rangkaian perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus di GBK dan melalui tayangan live streaming di Gereja St. Ignatius Paroki Krapyak Semarang ini dirangkup oleh Elisa Rinihapsari.
- Penulis adalah anggota Tim FIBB Paroki Krapyak; koordinator Tim Pastoral Keluarga Paroki Krapyak; sehari-harinya dosen Politeknik Katolik Mangunwijaya Semarang.