SUDAH pasti sangat beruntung. Juga super bahagia. Emosi sukacita itu selalu menggelayuti hati saya. Sepanjang perjalanan panjang naik bus dari Krapyak Semarang menuju Gelora Bung Karno (GBK) Senayan di Jakarta.
Mendapat akses tiket masuk GBK
Ini jelas bukan perjalanan biasa. Tapi membawa emosi bahagia bukan kepalang. Betapa tidak. Saya mungkin menjadi salah satu Orang Muda Katolik (OMK) di seluruh Indonesia yang harus merasa bahagia. Karena mendapat kesempatan luar biasa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya: melihat Paus Fransiskus dari ”jarak sangat dekat”. Yakni, karena Bapa Suci Paus Fransiskus tidak berada di Vatikan, melainkan saat sekarang dan di sini – beliau sekarang ini sudah berada di Indonesia.
Pada kesepatan menghadiri perayaan ekaristi meriah bersama Paus Fransiskus di GBK Senayan itulah, saya berkali-kali mengucap syukur dan berterimakasih. Karena Pastor Paroki Romo Yohanes Sunardi Pr bersama semua jajaran DPH Paroki Krapyak Semarang telah memberi kesempatan kepada para OMK untuk pergi ke GBK menghadiri perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus, Kamis petang 5 September 2024.
Undian berhadiah dari Paroki Krapyak Semarang
Tidak ada kata lain yang mampu melukiskan perasaan saya saat itu, selain emosi sukacita. Yang pasti, juga super bahagia. Benar-benar tak pernah menyangka, kalau dalam ”undian berhadiah” siapa OMK bisa menghadiri perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus, ternyata saya terpilih menjadi anggota rombongan OMK Paroki Krapyak Semarang.
Pengalaman itu benar-benar merupakan sebuah kesempatan luar biasa dalam hidup saya. Tidak hanya sebagai OMK. Lebih dari itu, saya meresapinya sebagai anak muda Katolik – bagian penting dari masa depan Gereja Katolik Indonesia.
Awalnya, saya harus mengakui serba kikuk dan grogi menerima ”durian runtuh” berupa kesempatan mengikuti perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus di GBK. Siapakah saya ini? Kok tahu-tahunya bisa mendapat ”undian berhadiah” boleh pergi ke GBK untuk melihat Bapa Suci Paus Fransiskus – sungguh-sungguh dari ”jarak sangat dekat”.
Awalnya pesimis, penuh ragu
Juga karena alasan teknis. Sudah pasti, sebagai karyawan, saya bisa saja tidak mendapat izin boleh meninggalkan kantor untuk sesuatu yang mungkin tidak terlalu ”penting” bagi kantor. Maka dari itu, sejak awal saya sudah merasa pesimis. Dan ingin menolak ”undangan” istimewa yang luar biasa tersebut.
Namun, orangtua memberi nasihat yang bijak. ”Ini berkat dari Tuhan. Jadi, kenapa harus ditolak?” tanya orangtua mencoba membuka kesadaran hati saya agar membuang jauh-jauh keraguan tersebut.
”Ini bukan kesempatan biasa loh. Bertemu Paus Fransiskus di Indonesia sungguh merupakan kesempatan emas dan kamu terpilih untuk pergi ke sana – dari sekian ribu OMK yang juga berharap bisa pergi tapi tidak mendapatkan akses tiket ke GBK,” begitu orangtua selalu memberi dorongan untuk membuang jauh-jauh emosi negatif.
”Kalau ini memang kehendak Tuhan, pastilah ada jalan keluarnya,” kata orangtua saya.
Dan ternyata solusi cepat itu tersedia di depan mata. Saya minta izin cuti kerja selama beberapa hari. Puji Tuhan, pimpinan kantor pun langsung memberi ”lampu hijau”.
”Sebaiknya kamu pergi saja. Ini kesempatan langka bagi setiap umat Katolik Indonesia. Dan kamu sangat beruntung telah mendapatkan akses tiket masuk ke GBK,” ungkap pimpinan kantor yang ”merestui” kepergian saya ke GBK.
Sukacita di perjalanan
Jadinya saya berangkat ke GBK Senayan Jakarta dengan perasaan super bahagia. Meski harus juga berani jujur katakan, sepercik keraguan masih saja membayang-bayangi emosi jiwa. Seakan tidak percaya, sebentar lagi saya akan bisa melihat dan bertemu Bapa Suci Paus Fransiskus dari ”jarak sangat dekat”.
Euforia massa
Gugah rasa rohani juga mulai membuncah ria. Mengisi hati saya. Karena perjumpaan dengan Paus Fransiskus ini terjadi dalam sebuah perayaan ekaristi. Bersama Bapak Ignatius Kardinal Suharyo dan para uskup dari seluruh Indonesia dan 10 uskup lainnya dari kawasan Asia.
Bahkan sudah sampai di pelataran GBK Senayang – di antara ribuan umat Katolik Indonesia yang menyesaki semua kursi di tribun stadion- hati saya masih dirundung sebuah keraguan. Benarkah saya sekarang ini sudah ada di GBK Senayan dan sebentar lagi akan bisa melihat ”dari jarak dekat” Bapa Suci Paus Fransiskus?
Keraguan hati itu pun mendadak sirna. Hilang langsung. Berganti dengan euforia massa yang juga mulai ”menyesaki” isi hati saya. Betapa tidak. Bapa Suci Paus Fransiskus sekarang ini dan di sini pula, sudah datang memasuki stadion utama GBK Senayan.
Mendadak sontak, hati saya berteriak senang. Tanpa sadar, lelehan airmata bahagia mulai menetes. Membasahi pipi saya.
Ini tangis bahagia
Sungguh betapa indahnya pengalaman spiritual saya. Sebagai OMK dari sebuah paroki kecil di Kota Semarang, Jateng, saya sekarang ini bisa melihat Paus Fransiskus dari ”jarak sangat dekat”.
Yang semula pesismis, kiblat hati dan emosi sudah berubah menjadi sangat optimis. Hati gundah penuh ragu berganti jadi penuh percaya diri – karena di depan mata saya melihat Paus Fransiskus ”ada di situ”.
Berterimakasih atas kesempatan luar biasa
Saya lalu hanyut dalam emosi sukacita. Juga bersama ribuan umat Katolik di seluruh Indonesia yang pasti merasakan getaran frekuensi gelombang sukacita yang sama.
Dalam hati, saya mengucap syukur. Juga berterimakasih bahwa Paroki Krapyak bersama pastor paroki dan jajaran DPPH sudah membuka jalan lapang bagi saya bersama OMK lainnya untuk hadir mengikuti perayaan ekaristi meriah bersama Paus Fransiskus di GBK.
Saatnya mengikuti prosesi perayaan ekaristi bersama Paus Fransiskus dan Bapak Kardinal Suharyo. Saya merasakan degup jantung berdetak hening. Merasakan betapa sungguh indahnya perjamuan ekaristi di GBK di mana tak kurang 90-a ribu umat Katolik di seluruh Indonesia bisa tumpleg bleg di stadion olahraga ini.
Gereja Katolik sungguh indah dan keren
Kalau ada tambahan emosi sukacita, maka itu tak lain adalah karena suguhan tontonan yang menarik dari duet nyanyian oleh Lyodra Ginting bersama alunan saksofon seorang Romo Alexander Sisko MSC, pastor Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus.
Ternyata Gereja Katolik itu sungguh indah. Juga keren banget. Semua tertib mengikuti aturan.
Saatnya pulang meninggalkan GBK. Masih butuh waktu lama untuk bisa menemukan di mana bus yang mesti membawa kami pulang bersama ke Semarang.
Waktu tunggu sebegitu lama tak membuat saya capai atau merasa lelah. Masih saja berselimut sukacita meriah – karena telah melihat Paus Fransiskus dari ”jarak sangat dekat”.
Setelah meninggalkan kompleks GBK dan berada kembali di dalam kabin bus yang membawa kami pulang, saya pun merasa diri harus berterimakasih kepada Paroki Krapyak. Karena telah memberi kami kesempatan emas luar biasa yang mungkin belum jelas kapan bisa berulang kembali. Terutama suasana seperti di GBK ini.
Deo gratias. Syukur kepada Tuhan. (Berlanjut)
Baca juga: Paus Fransiskus, berkatnya untuk orang-orang pinggiran (15)