DI Tanah Parahyangan, sebuah acara sarasehan lintas iman digelar di Bandung. Hajatan dialog lintas iman ini dimulai dari halaman parkir Gereja St. Paulus Bandung, Minggu tanggal 26 Agustus 2018 lalu.
Acara diawali dengan doa bersama dan sambutan panitia dari OMK Paroki St. Paulus, lalu berlanjut dengan pengarahan Ketua Komunitas Bhinneka Ali Abdullah dan Pastor Paroki Romo Adiatna Pr.
80 peserta OMK
Acara itu dihadiri tak kurang oleh 86 Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Paulus, enam pendamping OMK beserta beberapa anggota panitia, 9 orang anggota Peace Generation, dan lima pendamping dari Komunitas Bhinneka. Mereka adalah Ali Abdullah, Aripin Ali, Susen Suryanto, Pdt. Budi Haha, dan penulis: Sr. Theresina CB.
Dengan menggunakan tiga unit bus, rombongan besar ini meninggalkan lapangan parkir Gereja St. Paulus pada pukul 07.00 WIB menuju Pesantren Assuruur Pamempeuk Banjaran. Kami tiba di sana dan disambut dengan semangat persaudaraan.
Sambutan hangat
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh penulis, acara berlanjut dengan doa hening dan sambutan oleh Uztad Nurbayan.
Atas nama pimpinan Pondok Pesantren Assuruur, ia mengungkapkan rasa syukur dan bahagia atas kehadiran Orang-orang Muda Katolik Paroki St. Paulus Bandung bersama Komunitas Bhinneka dan Kelompok Peace Generation.
Walau beda keyakinan iman, kata Uztad Nurbayan, namun Pesantren berkenan menyambut mereka dengan sukacita. Pak Uztad dan seluruh penghuni pesantren, kata dia, sungguh merasa terhormat karena di momen bersejarah itu mereka mendapat kunjungan dengan jumlah tamu paling banyak dalam sejarah.
Pak Uztad berharap, semoga tali silahturahi ini semakin berkembang dan tetap berlanjut disertai keinginan agar pondok pesantren ini juga bisa semakin maju, dan makin berkualitas. Menurut dia, pesantren ini adalah pondok pendidikan bagi santri-santriwati Muslim yang tidak memandang latar belakang apa pun dalam menjalin silahturahmi sosial.
Acara bersambung dengan sambutan dari perwakilan OMK dan dibawakan oleh Fr. Toto Pr.
Ini semua bisa terjadi dan berawal dari kecintaan akan kebhinnekaan kaum muda yang amat mendambakan terjadi tali silaturahmi dengan sesama kaum muda lintas iman.
Merajut jalinan persaudaraan
Menurut mereka, tali silahturahmi ini menjadi penting karena semuanya diharapkan bisa saling memahami dan menghargai. Utamanya adalah gerakan dan semangat bersama untuk memperjuangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Demikan inti harapan perwakilan OMK Paroki St. Paulus sehingga mereka jadi tergerak ingin melakukan kunjungan persahabatan yang terus berkelanjutan.
Acara perkenalan dengan Kelompok Peace Generation (PG) diwakili oleh Pak Suka. Karena cinta akan ke-Indonesia-an yang tidak pilih-pilih, maka PG terus merasa dipacu menggelorakan semangat keberagaman sembari menangkis isu-isu rasialis yang tujuannya memecah kesatuan NKRI.
PG selalu berkomitmen menggelorakan semangat perdamaian sembari mempopulerkan semangat yang berbunyi “Peace Generation, Yes we are.”
“Kita ingin membaur dalam tata pergaulan sosial tanpa perlu membawa atribut yang sifatnya membeda-bedakan,” demikian sambutan Pak Suka penuh semangat dengan pandangan mata berbinar plus ajakan gerakan-gerakan tubuh yang menunjukkan keramahan, sapaan akrab, dan salam hangat kepada sesama.
Ketua Komunitas Bhinneka Pak Ali Abdullah dalam sambutannya menyampaikan hal ini. Komunitas Bhinneka menjembatani kegiatan anta umat beragama dan hal ini sudah beberapa kali dilakukan. Itu antara lain dengan kegiatan acara kunjungan wisata ke sejumlah rumah ibadat di Bandung dan Jakarta dengan membawa peserta dari kalangan murid-murid SD, SMP, SMA.
Perjalanan wisata religius ini terjadi dengan niatan ingin membawa kebaikan dan kedamaian denga menciptakan ruang bisa saling bertemu dan bersilaturahmi. “Mari kita lanjutkan persahabatan ini sampai akhir,” demikian serunya sebelum menutup sambutannya.
Acara-acara permainan yang dikemas dengan apik dan menarik dari PG disertai kegiatan berkelompok campuran berbagai agama ini sungguh bisa menghangatkan suasana.
Keterangan data
Adapun jumlah kelas di pesantren ini adalah sebagai berikut:
- MI (Madrasah Idtidaiyah) setingkat SD.
- MTs Madrasah Tsanawiyah) setingkat SMP.
- MA (Madrasah Aliyah) setingkat SMA berjumlah total kurang lebih 325 orang dari bebagai wilayah. Murid yang terjauh datan dari Provinsi Lampung.
- Total Uztad dan Uztadjah ada sebanyak 45 orang.
- Pesantren ini berdiri sejak 2005 dengan jumlah murid awal sebanyak 16 orang, mayoritas berasal dari Garut, Jabar.
- Mereka menjalankan sistem pendidikn yang ketat, tegas dan disiplin.
Misinya adalah keiklasan, kesederhanaan, kemandirian, kemasyarakatan dan berjiwa bebas terbatas tidak terikat partai, golongan, dan kelompok tertentu. Demikian wawancara penulis dengan sejumlahUztad pengasuh Pondok Pesantren Assuruur.
Berdirinya lembaga pendidikan ini, kata Pak Uztad, berawal dengan tahajud. Itu karena ketiadaan dana dan fasilitas. Jugaa dikelola dengan konsep penghayatan agama yang damai dan nonpartisan. Demikian kata Pak Uztad Nurbayan.
Sanksi fisik
Hukuman fisik masih diberlakukan antara lain dengan cara mencukur rambut santri dengan sampai botak. Bisa juga santri-santriwati dipaksa pulang, apabila kelakukan mereka tidak bisa diperbaiki dan sikapnya tidak jera.
Di sini tidak ada TV dan para santri tidak boleh membawa perangkat HP. “Sesekali kita putarkan film bermutu dan ditonton secara bersama-sama,” ungkapnya kepada penulis.
Wawanhati
Setelah berkeliling area yang memang sederhana namun rapi dan bersih dan sesuai kelompok yang telah dibentuk, serta berbagai permainan yang seru dari PG, maka acara berlanjut dengan wawanhati.
Perwakilan siswa mengatakan, ia merasakan manfaat atas kunjungan ini. Antara lain semangat untuk belajar kearifan, motivasi untuk makin bersemangat belajar. Wawanhati lainnya adalah paparan tentang hidup suka-duka di pondok pesantren.
Suasana pedesaan yang sederhana menjadi semakin terasa luwes dan ramai dalam bingkai kebersamaan, ketika acara lanjutannya disertai gelak tawa lepas namun tetap santun. Itu terjadi, ketika mereka dan kami bersama-sama menyaksikan tayangan foto kegiatan dan video.
Menghancurkan prasangka
Penampilan paduan suara kelas 1 SMP yang melantunkan puji-pujian bernada meditatif sungguh terasa damai. Sementara kelompok PG melantunkan hal ini: “We are in the train of peace …” sembari membentuk kelompok kereta api dengan gerakan yang kocak namun kompak
Yang menarik adalah sesi akhir: Breaking the wall. Tiap kelompok kereta maju berurutan menuliskan suatu prasangka sebelum terjadi perjumpaan; lalu usai mengalami perjumpaan. Pada umumnya, sebelumnya banyak prasangka negatif satu sama lain;
Setelah terjadi perjumpaan, barulah disadari bahwa ternyata yang sebenarnya ada adalah tidak perlu memunculkan berbagai prasangka. Semua itu ditulis di secarik kertas dan kemudian ditempelkan pada kertas klat besar.
Acara berikutnya adalah deklarasi “Salam Damai dalam Kebhinnekaan”. Lalu empat orang mewakili berbagai kelompok mulai menghancurkan klat-klat kertas berisi prasangka negatif. Aksi teatrikal ini digelar sebagai ungkapan bahwa kita semua harus dapat menghancurkan prasangka dan perilaku yang merusak kesatuan.
Ini dilakukan guna bisa membangun semangat generasi muda yang cinta damai. Juga sekaligus ingin membangkitkan optimisme di hati mereka untuk terus tanpa henti membangun toleransi.
Akhirnya Fr. Toto mewakili OMK Paroki St. Paulus menyerahkan sedikit dana bantuan kepada perwakilan Pesantren Assuruur dan langsung diterima oleh Uztad Nurbayan dengan penuh haru.
Acara berakhir dengan foto bersama.