Orang Baik Meninggal Terlalu Cepat

0
325 views
RIP by SoundCloud

BAPERAN-BACAAN PERmenungan hariAN.

Selasa, 4 Januari 2022

Tema: Keberlangsungan hidup.

Bacaan

  • 1 Yoh. 4: 7 – 10.
  • Mrk. 6; 34 – 44.

“Selamat pagi Romo. Kami ingin mengenang tujuh tahun meninggalnya almahum suami saya. Kalau mungkin, kami minta perayaan ekaristi. Kebetulan keluarga besar kami berdua bisa berkumpul.”

“Baiklah.”

Yang datang cukup banyak. Yang menarik, mereka memasang tenda di depan rumah. Yang lebih mengesankan, di luar begitu banyak pegawai atau orang lain yang tak seagama datang.

Sementara di dalam rumah sudah berkumpul kurang lebih 50 orang yang baik saudara maupun anggota komunitas setempat.

Sebelum misa, sang isteri bersama empat orang anaknya berdiri di depan rumah; memberi kata pengantar.

Seingat saya mereka bicara seperti ini.

“Terima kasih atas kehadiran bapak, ibu untuk mengenang kepergian suami saya. Tujuh tahun almarhum telah pergi, bapak ibu masih tetap hadir. Semoga doa-doa bapak ibu berkenan kepada Allah. Kami sekeluarga juga mau berdoa dengan cara kami. Mohon ridhonya.”

Ekaristi pun dimulai. Anaknya yang nomor dua, bermain orgen. Anggota komunitas, koor. Sungguh sebuah perayaan Ekaristi yang dipersiapkan dengan kesadaran.

Saya bangga. Saya percaya dengan perayaan ekaristi yang dipersiapkan dapat menjadi sebuah kesaksian akan iman, harapan dan kasih yang Tuhan anugerahkan kepada kita.

Seperti biasa, setelah doa, para hadirin disuguhi minuman dan roti dan aneka  kue jajanan lain. Kiranya itu saja sudah cukup sebagai makan malam.

Saat pulang mereka  membawa nasi kotak, suvenir, buah dan makanan lain. Semuanya dibungkus di dalam sebuah tas kecil yang menarik.

“Kenapa yang datang banyak ya? Hebat e,” celetukku.

“Iya Romo. Saya pribadi sangat bersyukur atas kehidupan almarhum. Saya pernah ‘dibenarkan’ untuk tetap berbuat baik. Awalnya saya tidak begitu saja menerima. Ada pertengkaran.

Saya hanya mengundang anggota komunitas, semua pegawai toko, dan tetangga sekitar rumah.”

“Mengagumkan lo ce. Banyak yang tidak diundang, tapi datang. Dan keluarga sudah mengantisipasi kedatangan mereka. Itulah yang terjadi setiap tahun.”

“Hebat ya. Sudah tujuh tahun masih dikenang dan mereka datang mendoakan. Adakah kisahnya?”

“Begini Romo. Pada awal perkawinan, saya tidak menyangka almarhum koko punya karakter yang berbeda.

Kami meneruskan toko mertua. Almarhum adalah anak tunggal. Kami punya anak empat. Syukurlah papa ama mertua pernah menemani kelahiran anak-anak kami. Mereka sangat bergembira. Anak-anak kami menyayangi oma opanya. Kami terberkati.

Tapi, beberapa kali kami ribut.”

“Yak opo. Opo masalah e?”

“Ketika anak ketiga lahir, sebagai ibu pasti akan memberi pendidikan yang baik, kesehatan prima dan makanan bergizi bagi anak-anak. Faktor ekonomi yang penting.

Saya mengelola keuangan toko. Almarhum koko tangani soal pengadaan barang dan penentuan harga.

Saya irit. Menabung demi masa depan dan pendidikan anak-anak. Almarhum suami setuju dan sangat setuju.

Almarhum selalu bilang, ‘Jangan sampai orangtua, mertua mengeluh tidak punya uang. Kita harus memberi mereka tiap bulan diminta atau tidak. Kami bersepakat jumlahnya. Karena semua ini juga pemberian mereka juga.

Toko ramai. Karyawannya setia. Mereka dulu bekerja sejak mertua buka toko. Beberapa dilanjutkan dengan anak mereka. Semua baik. Kami memberi mereka makan siang. Mereka dapat ambil sendiri pada jam makan di dapur umum.

Beberapa kali saya bertengkar. Ada kebiasaan yang mengkhawatirkan.”

“Misalnya?”

“Ada orang beli tetapi uangnya kurang. Almarhum suami selalu bilang, ‘Ya sudah enggak apa-apa. Bawa aja dulu barangnya.’ Kadang kurang belasan ribu.

Ada pelanggan lama masih punya utang. Almarhum tak pernah nagih atau mengungkit-ungkit. Dan kalau dengar anak pelanggan sakit, diberi uang obat.

Demikian dengan tetangga. Saat mau meninggal, almarhum bilang, ‘Hapus ya atau jangan singgung utang mereka. Kita masih untung kok. Kalau ada rezeki pasti mereka ingat dan nyicil.’

Itu romo. Saya lakukan pesan almarhum. Herannya toko lebih ramai. Aman. Pelanggan lama juga tidak lari.

Yohanes mengajarkan, “Kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” ay 7b.

Yesus bertindak, “Iya menengadah ke langit dan mengucap berkat.

Tuhan, jadikan keluarga kami berkat bagi sesama. Engkau yang mencukupi segalanya. Kami bersyukur dan percaya. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here