[media-credit name=”google” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]SUATU hari ada seorang pemuda yang datang kepada seorang guru bijaksana. Ia mengaku ia sedang punya persoalan yang sangat sulit ia pecahkan.
Persoalannya, ia harus menjalani studi yang tidak ia sukai. Studi yang sekarang ia jalani itu dipaksakan oleh orangtuanya. Karena itu, ia meminta nasihat kepada guru bijaksana itu untuk memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya itu.
Ia berkata, “Guru, saya tidak bisa mengikuti paksaan orangtua begitu saja. Saya ingin studi menurut apa yang saya kehendaki. Jurusan yang saya geluti sekarang tidak saya sukai. Saya mengalami kesulitan yang luar biasa.”
Guru bijaksana itu memandang pemuda itu dengan wajah sedih. Ia menatap dalam-dalam mata pemuda itu. Dalam hati ia bertanya, “Mengapa pemuda ini begitu resah dengan hidupnya?”
Setelah beberapa lama terdiam, pemuda itu berkata, “Guru, bantu saya untuk keluar dari persoalan saya ini. Saya ingin pindah jurusan. Saya tidak kuat lagi.”
Sambil menatap matanya, guru bijaksana itu berkata, “Anakku, saya mengerti sekarang ini Anda sedang menghadapi persoalan. Tetapi apakah Anda tidak berpikir sebaliknya? Kalau dulu Anda sekolah di jurusan ini berdasarkan kehendak orangtua, sekarang Anda mesti berpikir bahwa studi Anda saat ini berdasarkan kehendak Anda. Mengapa? Karena saya tidak ingin Anda lari dari persoalan Anda. Anda mesti menyelesaikannya dengan bijaksana.”
Sahabat, sering orang mudah lari dari persoalan-persoalan yang dihadapinya. Orang tidak berani menghadapi persoalannya itu. Sebenarnya ketika seseorang melarikan diri dari persoalannya, persoalan itu tetap ada dalam dirinya. Persoalan itu akan tetap menjadi ganjalan bagi hidupnya. Karena itu, cara yang terbaik adalah menghadapi persoalan itu hingga tuntas.
Orang yang sering lari dari persoalannya menunjukkan bahwa orang itu tidak bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Orang seperti ini lebih mudah meninggalkan setiap persoalan yang dihadapinya. Sebenarnya hal ini merugikan dirinya sendiri. Mengapa? Karena persoalannya menjadi banyak dan bertumpuk-tumpuk. Ia dililit oleh persoalan demi persoalan. Ia menjadi tidak tenang.
Karena itu, orang beriman itu mesti berani menghadapi setiap persoalan yang dihadapinya. Orang beriman itu mesti berani menyelesaikan persoalan demi persoalan yang dihadapinya. Hanya dengan cara ini, orang bertanggungjawab atas hidupnya. Orang tidak gampang melarikan diri dari persoalan-persoalan.
Mari kita berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan yang kita hadapi dengan lapang dada. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan bahagia. Tuhan memberkati.
Romo, ijinkan saya bertanya. Tertulis…..”Sebenarnya ketika seseorang melarikan diri dari persoalannya, persoalan itu tetap ada dalam dirinya. Persoalan itu akan tetap menjadi ganjalan bagi hidupnya. Karena itu, cara yang terbaik adalah menghadapi persoalan itu hingga tuntas”.
Apa ukuran bahwa persoalan itu diselesaikan dengan tuntas? seringkali kita tidak tahu sampai dimana akhir/penyelesaian dari suatu persoalan. sehingga seringkali juga melarikan diri dari persoalan dilakukan tanpa kesengajaan.
Terima kasih.
Wati yang baik, menurut saya,tidak ada ukuran suatu persoalan sungguh-sungguh diselesaikan. Yang ada adalah kita berusaha berjalan dalam proses penyelesaian persoalan-persoalan kita. Kita tidak perlu tergesa-gesa menyelesaikan persoalan yang kita hadapi. Kita tidak perlu ambil jalan pintas atau cara instan. Sering kita ingin selesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi dengan cepat dan cespleng. Tetapi kemudian kita temukan bahwa masih ada pihak-pihak yang merasa belum puas. Kita merasa kecewa terhadap situasi seperti ini. Kita merasa seolah-olah usaha kita sia-sia. Saya mengajak kita untuk mencoba tekun dan berharap bahwa suatu saat kita akan selesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi. Kita tidak perlu lari dari persoalan-persoalan itu. Seorang guru bijaksana mengatakan, “Hendaknya kamu cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti merpati.” Artinya, kita tetap mencari cara-cara atau jalan-jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup kita. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas dalam upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Sampai kapan? Masing-masing kita buat penilaian sendiri soal ukuran tuntasnya suatu persoalan. Mengapa? Karena kita masing-masing punya persoalan sendiri-sendiri dengan cara penyelesaian kita masing-masing. Demikian tanggapan saya. Maaf, kalau tidak memuaskan. Tuhan memberkati.
Real brain power on display. Thanks for that asnewr!
Terima kasih Romo atas penjelasannya.