Akhir tahun 1999 yang lalu saya berada di kota Timika, Papua. Suatu sore, di tempat saya tinggal didatangi seorang pilot asal Belanda. Ia sudah fasih berbahasa Indonesia. Istrinya adalah seorang Indonesia asal Solo. Sudah lima tahun ia menerbangkan pesawat-pesawat twin otter milik AMA atau Asociation Mission Aviation.
Sore itu, ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya menuju Biak. Bersama pesawatnya, ia sudah berada di ketinggian. Namun dari kejauhan ia melihat awan hitam yang sangat pekat. Ia kembali ke bandara intenasional Moses Kilangin Timika.
“Saya tidak mungkin melanjutkan perjalanan. Langit sangat gelap. Di depan saya ada begitu banyak gunung yang tinggi. Saya tidak mau ambil resiko. Jadi saya kembali ke Timika,” kata pilot itu.
Pilot itu bisa mengambil keputusan seperti itu, karena ia sudah berpengalaman menerbangkan pesawat-pesawat kecil. Ia tahu daerah mana yang membahayakan dirinya. Ia mengerti betul ada berapa rintangan yang ada di hadapannya. Keputusan yang dia ambil bukan hanya untuk keselamatan dirinya sendiri. Tetapi keputusan itu demi keselamatan orang lain, yaitu para penumpang dan orang-orang yang mencintainya.
Pilot itu berani mengalah demi kebaikan. Itulah tindakan heroik yang telah dibuatnya. Tindakan heroik itu bukan hanya berani mengorbankan hidup. Tetapi juga dalam hal-hal yang membawa keselamatan bagi banyak orang.
Jangan gegabah
Sahabat, sering kita menyaksikan ada orang yang bertindak begitu berani. Atau sebenarnya adalah tindakan yang gegabah. Orang mau membuktikan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang sangat sulit. Padahal mereka tidak punya ketrampilan untuk itu. Akibatnya, kecelakaan yang justru mereka alami.
Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi, karena orang ingin dipuji. Orang ingin mendapatkan pengakuan dari pihak lain. Berapa banyak nyawa kaum remaja yang mesti melayang karena kebut-kebutan di jalan?
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kita tidak boleh gegabah dalam hidup ini. Kita mesti memperhitungkan segala sesuatu yang akan kita lakukan untuk hidup kita. Mengapa? Karena keputusan yang kita ambil untuk melakukan sesuatu itu bukan hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Keputusan itu juga untuk banyak orang lain.
Akibat dari keputusan gegabah yang kita ambil dapat berakibat bagi orang lain. Karena itu, suatu keputusan mesti diambil dengan cara yang secermat-cermatnya. Jangan asal buat keputusan yang hanya untuk menyenangkan diri sendiri.
Kita hidup dalam dunia di mana pujian sangat dikejar oleh manusia. Banyak orang mengejar pujian untuk sesuatu yang sangat sepele. Misalnya, orang berani terjun dari tebing yang tinggi hanya untuk dikatakan ia orang yang hebat dan pemberani. Ini sesuatu yang sepele, namun membahayakan nyawa. Namun orang mau melakukan itu. Bukankah ini suatu kebodohan? Bukankah yang menderita adalah dia sendiri?
Sebagai orang beriman, kita mesti cermat dalam hidup ini. Apa yang kita lakukan itu tidak hanya berakibat pada diri kita sendiri. Tetapi juga berakibat pada orang-orang yang ada di sekitar kita. Tuhan memberkati.