Krisis yang terjadi sejak tahun 2008 tampaknya berpengaruh atas sikap orang Katolik Amerika kepada orang miskin. Sekitar 60% sepakat bahwa orang dapat menjadi Katolik yang baik tanpa harus berderma bagi orang miskin. Angka ini naik dari 44% saat survey yang sama diadakan tahun 2005.
“Naiknya angka ini merupakan bukti hilangnya rasa akan kewajiban orang Katolik untuk berderma bagi orang miskin. Namun mungkin juga karena faktor lain,”demikian kata Michelle Dillon, dari fakultas sosiologi Universitas New Hampshire. “Ini mungkin terjadi, misalnya, karena orang Katolik, seperti orang Amerika lain, mengalami kesulitan ekonomi akibat resesi yang muncul sejak tahun 2008. Mereka bereaksi atas keadaan itu dengan tidak memprioritaskan derma bagi orang miskin. Mereka sendiri harus berjuang untuk mencukupi kebutuhannya.”
Hasil survey ini sejalan dengan menurunnya sikap tentang pentingnya memberikan derma bagi Gereja Paroki. Hanya 58% menjawab pentingnya memberi derma, turun dari 71% di tahun 2005.
Survey ini dilakukan kepada sekitar 1,442 orang Katolik. Responden terdiri 63% orang Amerika Katolik kulit putih, 54% menikah, 34% di atas usia 55 tahun, dan 10% berusia sekitar 18-24 tahun. Survei ini diadakan oleh “Knowledge Networks” untuk majalah NCR (National Catholic Reporter).
Survey yang diadakan sejak tahun 1987, dan merupakan yang pertama, sejak tahun 2005, ketika Paus Benediktus XVI menggantikan Paus Paulus Yohanes II sebagai paus, memiliki 3.5% margin error.
Survey ini juga menanyakan tentang kurangnya imam di Amerika, kontrasepsi, perceraian dan pernikahan kembali, serta skandal seks para klerus
Sumber: www.catholicnews.com, Photo credit: www.shutterstock.com