
DENGAN segala dinamikanya, anak muda memiliki peran penting dalam perkembangan gereja dan negara. Dalam setiap kesempatan, peran serta orang muda selalu muncul dan mewarnai perjalanan sejarah.
Hal ini disampaikan oleh Romo Paulus Susanto Prawirowardoyo Pr, Pastor Paroki St. Yohanes Paulus II Brayut, dalam sambutan pembukanya.
“Anak muda selalu berani tampil dan tidak mudah patah semangat untuk menata asa serta mengambil peran dalam sejarahnya. Sejarah terus mencatat peran anak muda dan akan selalu berulang,” ujarnya.
Sarasehan berlangsung HARI Minggu 2 Maret 2025 di Pastoran St. Yohanes Paulus II Brayut, Sleman, dengan tema “Menjadi Agen Negara, Menjadi Agen Gereja Membangun Indonesia”.
Acara diawali dengan Tarian Angguk yang dibawakan dengan apik oleh tiga anggota OMK Brayut. Hadir dalam sarasehan tersebut utusan dari berbagai paroki Kevikepan Jogja Barat Rayon Sleman, Pemuda Katolik Kabupaten Sleman, serta FMKI DIY.

Romo Rosarius Sapto Nugroho Pr dari Komisi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan Kevikepan Yogyakarta Barat, dalam paparannya menyampaikan bahwa anak muda dapat menjadi trendsetter yang menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya.
“Anak muda sangat dinamis. Terkadang tanpa disadari, mereka berkontribusi besar dalam perkembangan sejarah Gereja dan negara,” tegasnya.
Menurutnya, pola-pola perubahan yang kadang dianggap tidak wajar dalam norma sosial justru dapat menjadi katalis positif dalam dinamika sejarah. Oleh karena itu, peran anak muda selalu dicatat dalam perjalanan bangsa dan Gereja.


Lebih lanjut, Romo Sapto menyampaikan bahwa anak muda terus dipanggil untuk berkontribusi dalam membangun Gereja, masyarakat, dan negara. Keputusan yang mereka buat saat ini masih bersifat dinamis dan akan terus berkembang sesuai dengan kesadaran dan lingkungan mereka. Anak muda tidak perlu ragu untuk mengoreksi keputusan mereka, terutama jika situasi yang ada tidak menguntungkan.
“Gereja ingin menjadi rumah kedua bagi anak muda, tempat di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang. Gereja hadir untuk mendampingi dan menyiapkan generasi muda agar mereka siap berperan di tingkat nasional dan menjadi tanda keselamatan bagi masyarakat,” ujar Romo Sapto.

Y. Gustan Ganda, Ketua DPRD Kabupaten Sleman, dalam kesempatan sama menyampaikan bahwa membangun Indonesia melalui pembangunan Kabupaten Sleman bukanlah hal yang mudah.
“Butuh ketekunan dan konsistensi pribadi untuk terus berkembang dan siap berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Peran senior atau generasi sebelumnya tidak bisa diabaikan karena melalui merekalah estafet kepemimpinan dilanjutkan,” katanya.
Ia menegaskan bahwa partisipasi dan peran anak muda akan selalu ada dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, mereka harus mengasah diri agar siap mengambil peran yang lebih besar di masa depan.
Nilai-nilai kasih yang diajarkan gereja menjadi landasan yang baik bagi orang muda untuk membentuk karakter yang unggul dan tangguh. Dengan demikian, ketika saatnya tiba, mereka siap menjadi agen perubahan dalam membangun bangsa dan negara.
Tanggungjawab anak muda
Pro Ecclesia et Patria —Demi Gereja dan Tanahair—adalah semangat yang dipegang oleh GM Totok Hedi Santosa, anggota DPR RI Komisi VI.
Ia menekankan bahwa Orang Muda Katolik memiliki tanggungjawab besar dalam menjaga keutuhan bangsa dan kehidupan gereja. Gereja menjadi tempat bagi anak muda untuk membentuk karakter, memahami nilai-nilai kehidupan, serta mengembangkan keterampilan dalam berbagai bidang, seperti seni budaya, kemasyarakatan, dan tata kelola organisasi.

“Untuk menumbuhkan rasa cinta tanahair, kita harus memahami bahwa negara ini berdiri atas dasar kesepakatan para pendiri bangsa. Para Bapa Bangsa telah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, Mgr. Soegijapranoto menggaungkan semangat ‘100% Katolik, 100% Indonesia’ dalam mempertahankan keutuhan bangsa,” tutur Totok Hedi.
Ia juga berpesan agar anak muda selalu memiliki etos kerja yang baik dalam membangun bangsa.
“Cita-cita besar akan terwujud melalui tindakan kecil yang dilakukan dengan hati yang besar. Kepercayaan akan datang dari kerja keras dan ketekunan,” tambahnya.

Dalam sesi penutupan, Vikaris Episkopalis Kevikepan Yogyakarta Barat, Romo AR Yudono Suwondo Pr, menegaskan bahwa gereja hadir dengan spiritualitas kasih dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.
“Gereja tidak boleh menutup diri dari realitas sosial. Meski tidak mudah, Gereja harus tetap menjadi kontrol sosial dalam masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik,” pesannya.
Ia mengakhiri pernyataannya dengan mengutip Injil dan tema Paskah 2025: “Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dan kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.” (1 Tim 4:12).*
“Dan tetaplah bersekutu dalam doa, pertobatan, dan pengharapan.”