Film berjudul The Vow garapan Michael Sucsy mengisahkan dua sejoli Leo (Channing Tatum) dan Paige (Rachel McAdams) sebagai sepasang suami istri yang amat harmonis. Karena kecelakaan fatal, sang istri menderita amnesia (hilang ingatan). Bahkan ingat siapa suaminya. Berbulan-bulan, Leo membimbing Paige untuk menemukan dirinya kembali. Tentu butuh kesabaran luar biasa. Pepatah Latin “patientia vincit omnia” atau kesabaran mengalahkan segalanya tepat jika disandangkan pada Leo. Akhir dari kisah nyata itu, Leo bisa mengajak kembali istrinya di rumahnya dan memiliki dua orang anak.
Sikap tidak sabar sering kita jumpai dalam hidup sehari-hari. Saat di jalan mengendarai mobil dan diserempet makian muncul. Gara-gara uang Rp. 10.000,00 orang bisa baku bunuh. Salah bicara sedikit, timbul konflik berkepanjangan.
Orang Jawa memiliki ungkapan ‘dowo usus’ atau panjang ususnya yang berarti panjang sabar. Orang yang kurang sabar atau mudah marah diibaratkan sebagai orang yang pendek ususnya atau pendek sumbunya. Seseorang yang memiliki sumbu pendek, tentu mudah tersulut api. Orang mudah ngamuk jika harapannya tidak dipenuhi. Rupanya orang Inggris terkesan dengan istilah amuk ini, sehingga kata amuk masuk dalam perbendaharaan kata (vocabularium). Bangsa Indonesia menyumbangkan kata amok itu ke dalam kancah internasional.
Sayang, orang Indonesia yang terkenal ramah dan sabar rupanya perlu refleksi diri. Kesabaran dan keramahan itu sudah mulai luntur dan menghilang. Orang sudah tak lagi sungkan menyerobot saat antri, ngurus KTP atau SIM dan masih banyak lagi contoh.
Koentjaraningrat (1923 – 1999) menyebutkan ini sebagai mental menerabas, nafsu untuk mencapai tujuan secepatnya tanpa usaha dan proses. Sikap mental ini diikuti pula oleh sifat-sifat buruk lainnya seperti tak berdisiplin, suka mengabaikan tugas, meremehkan kualitas serta tidak peduli pada aturan-aturan yang berlaku, kata pakar budaya ini.
Aesop (620 – 564 SM), pendongeng fabel dari Yunani Kuno, menulis cerita ‘The goose and the golden eggs”. Kisah ini merupakan permenungan tentang sifat tidak sabar manusia. Angsa yang bertelurnya tiap hari dianggap lambat. Karena itu disembelihlah angsa itu. Si pemilik angsa berpikir bahwa dalam tubuh angsa terdapat banyak telur. Tetapi tak ada telur emas itu dan angsa itu mati. Orang ini telah membunuh modal utama karena tidak sabar menunggu bunga yang didapat setiap bulannya.
Beda dengan Tuhan yang sangat sabar. Kesabaran Tuhan dapat kita lihat pada perumpamaan lalang di antara gandum. Pada waktu itu, kebun gandum dipenuhi dengan lalang. Tuan tanah berkata, ‘Biarkanlah keduanya tumbuh bersama-sama sampai waktu menuai’ (Mat. 13: 30). Sabda ini menggambarkan betapa Tuhan begitu sabar terhadap umat-Nya.
Pada Rasullulah Nabi Muhammad pun kita bisa belajar. Ketika Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya Ali berjalan bersama-sama, ada seorang pria yang menghina Ali dengan kata-kata kasar. Ali yang bernama asli Haydar bin Abu Thalib tidak tahan kemudian membalas perlakuannya. Namun sang Nabi meninggalkan dia.
Kemudian ketika Ali berjumpa sang Nabi, ia menggerutu, “Mengapa Rasullulah pergi dan meninggalkan saya sendirian menghadapi penghinaan tadi?”
Nabi Muhammad pun menjawab, “Sahabatku, ketika orang berwatak kasar itu menghina engkau dan engkau diam, ada sepuluh malaikat melindungi engkau dan berpihak padamu. Tetapi ketika engkau mulai berbalik dan menghina, malaikat-malaikat itu meninggalkan engkau dan begitu juga saya memutuskan untuk meninggalkan engkau”