Orangtua, Model bagi Anak untuk Belajar Mencinta

0
770 views

ALLAH menciptakan manusia sebagai citra-Nya. Menganugerahkan jati diri – eksistensi – kepadanya karena cinta-Nya, dan sekaligus memanggilnya untuk mencinta. Dia terus memeliharanya dalam cinta, dan menanamkan benih panggilan pada pria dan wanita, untuk hidup bersatu dalam cinta, saling mencintai dengan segenap jiwa dan raga. Cinta mengkhamiri jati diri manusia, termasuk tubuhnya. Cinta merupakan panggilan fundamental bagi manusia.

Panggilan hidup berkeluarga adalah panggilan bagi dua pribadi, untuk menyerahkan diri kepada Allah dan ikut ambil bagian dalam penciptaan dan penyempurnaan dunia. Kedua pribadi bersatu , saling memberikan dan mewujudkan inti kepribadiannya.

Panggilan ini merupakan persatuan dua keilahian, sehingga yang ketiga lahir di dunia. Itulah persatuan dua jiwa dalam kekuatan cinta guna melebur keterpisahan. Itulah persatuan yang lebih luhur, yang mempersenyawakan perbedaan dua jiwa (Kahlil Gibran, Suara Sang Guru, Pustaka Jaya, 1984).

Tugas keluarga untuk saling menyempurnakan diri, dan ikut ambil bagian dalam penciptaan dan penyempurnaan dunia, khususnya pendampingan anak, berasal rencana Allah sendiri. Namun, keluarga tetap harus berusaha, melakukan olah kepribadian dan ketrampilan dalam menjawab tugasNya.

Olah kepribadian dan ketrampilan yang secara konsisten dan konsekuen kami jalan sungguh menarik, walau penuh onak. Ketika anak kami lahir, kami berdua menyadari, mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk pembentukan kebersamaan pribadi dalam keluarga. Hari-hari kami diwarnai dengan sikap rendah hati dalam mendampingi anak.

“Pendampingan yang semestinya menurut sudut pandang anak. Siapa anak kita dan apa yang dihadapinya serta bagaimana ia menghadapi. Dan, bagaimana kita mendampinginya“ begitu kesepakatan kami.

Di kesempatan lain, kami disemangati untuk menghargai dan menerima anak sebagaimana adanya. Sikap altruis, meletakkan kebutuhan anak di atas kebutuhan diri kami, kami perjuangkan agar sikap ini semakin bulat. Anak adalah unik, dan setiap anak mempunyai kebutuhan yang unik.

Semangat untuk merekam dan membatinkan citra dan keunikan anak menjadi tugas yang menarik kendati penuh tantangan. Sikap tegas dan jelas yang mengalir dari sikap murah hati, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian terhadap anak, suatu ketika harus kami terapkan dalam pendampingan
(bdk.Myla Kabat- Zinn & Jon Kabat – Zinn, Kanisius, 2004 ).

Sebagai model anak dalam belajar mencinta, orang tua semestinya terpanggil untuk memberikan yang terbaik dan terbesar bagi anak. Hal ini berarti, bagian dari pekerjaan kita sebagai orang tua adalah semakin memperkembangkan olah kepribadian dan ketrampilan diri. Ini pekerjaan yang tak berkesudahan. Membudayakan kontemplasi dan mencintai keheningan sangat membantu menggapai ideal kepribadian dan ketrampilan.

Kita dianugerahi waktu untuk mendampingi anak kita. Marilah kita manfaatkan sebaik-baiknya, untuk kita dan untuk diri kita. Karena anak membutuhkan kita sebagai model dalam belajar mencinta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here