Puncta 09.04.21
Jum’at Oktaf Paskah
Yohanes 21: 1-14
SEBUAH teka-teki untuk menantang orang berpikir out of the box. Pertanyaannya: Jika perlu waktu 1 menit untuk merebus 1 telur, berapa waktu yang diperlukan untuk merebus 5 telur?
Umumnya atau kebanyakan orang akan menjawab 5 menit.
Itu adalah logika umum yang muncul di pikiran. Otomatis orang akan memperhitungkan, kalau satu telur butuh satu menit, maka kalau 5 telur berarti butuh 5 menit.
Namun orang yang berpikir di luar kebiasaan umum, dia akan menjawab cukup satu menit.
Tidak ada keharusan untuk merebus telur satu per satu. Ia bisa merebus 5 telur itu bersamaan dalam waktu satu menit.
Kelihatannya sepele dan sederhana, tetapi ada saja yang terkecoh.
Mengapa? Karena otak kita sudah tergiring ke dalam sebuah kotak, lalu menjadi kebiasaan atau rutinitas.
Bagaimana kita bisa berpikir out of the box?
Lihatlah segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Jangan hanya ikuti pendapat umum.
Beranilah untuk mengubah rutinitas yang monoton. Kebiasaan yang monoton cenderung tidak membuat kita berkembang.
Berani beda dan kreatif menciptakan hal baru. Itulah berpikir out of the box.
Para murid kembali ke tugas rutin mereka menangkap ikan. Tetapi mereka tidak mendapat apa-apa.
Terbukti ketika Yesus bertanya, “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk?”
Mereka menjawab, “Tidak ada.”
Mereka hanya melakukan rutinitas, kebiasaan yang dulu. Tidak mencoba hal yang baru dan menantang.
Maka kata Yesus kepada mereka, “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Ide Yesus ini sangat kreatif dan out of the box.
Para murid biasanya menebarkan jala ke arah kiri perahu. Itu sudah kebiasaan, rutinitas.
Yesus mengajak mereka keluar dari rutinitas. Berani mencoba hal yang baru.
Jangan terkurung oleh rutinitas yang monoton.
Lalu mereka menebarkannya, dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
Yesus mengajari kita untuk berpikir dan bertindak out of the box agar kita semakin maju. Jangan merasa puas dengan hal-hal yang biasa saja.
Bapak tua namanya Pak Arif.
Kalau tertawa giginya tinggal dua.
Mari kita berpikir yang kreatif.
Tidak hanya buat yang gitu-gitu saja.
Cawas, cinta dan pesona…