Padepokan Argakilasa

0
226 views
Hati Itu Ruang tanpa Batas, Disempitkan oleh Irihati

Puncta 04.01.23
Rabu Biasa Masa Natal
Yohanes 1: 35-42

PRABU Duryudana merasa gundah karena di perbatasan Astina ada padepokan baru bernama Argakilasa. Begawan Bimasuci sangat bijak dan sakti, sehingga banyak murid yang berguru kepadanya.

Murid-murid Pandita Durna juga beralih ke Argakilasa. Hal ini yang membuat Duryudana marah. Dia irihati. karena merasa tersaingi.

Raja memerintahkan Begawan Durna membubarkan Padepokan Argakilasa dan Patih Sengkuni untuk menyerang Amarta yang “gothang” tak punya kekuatan karena Bima dan Arjuna pergi tanpa diketahui rimbanya.

Irihati dan takut tersaingi membuat Kurawa kalap dan murka. Argakilasa menjadi pusat pendidikan baru. Banyak murid belajar pada Begawan Bimasuci.

Bahkan Hanoman, si Kera Putih pun jadi siswanya. Karena kalah pamor, Durna dan Kurawanya ingin membubarkan Padepokan Argakilasa.

Yohanes sebagai guru tidak merasa tersaingi oleh kehadiran Yesus. Dia justru menunjukkan kepada para muridnya bahwa Sang Guru Sejati sudah muncul, yaitu Yesus dari Nasaret.

Kepada dua orang muridnya, Yohanes berkata, “Lihatlah, Anak Domba Allah.” Dua orang murid itu lalu pergi mengikuti Yesus.

Andreas, salah satu dari mereka, setelah tinggal bersama dengan Yesus, pergi kepada Simon saudaranya dan ia bersaksi, “Kami telah menemukan Mesias.”

Andreas membawa Simon kepada Yesus. Kepada Simon, Yesus berkata, “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya Petrus).”

Kerendahan hati seorang guru seperti Yohanes sangat nampak. Ia tidak memandang Yesus sebagai saingan atau musuh seperti sikap Kurawa kepada Pandita Bimasuci yang ingin menghancurkan.

Tetapi Yohanes berani menunjukkan kepada para muridnya Guru Sejati yang harus diikuti.

Tugas Yohanes adalah menghantar para muridnya mengenal Yesus, Sang Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.

Ia tidak mengklaim diri yang paling benar, paling hebat atau paling pandai. Tetapi Yohanes menunjukkan kerendahan hati dan ketulusannya sebagai pewarta sejati.

Ia dengan rendah hati berkata, “untuk membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Yohanes konsekwen dan konsisten pada pengutusannya.

Ia diutus untuk mendahului-Nya dan membuka jalan bagi Sang Mesias. Maka dia berkata, “Ia (Yesus) harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”

Yohanes berbeda jauh dengan Durna dan Kurawanya. Kalau Yohanes memandang orang lain dengan semboyan “Homo Homini Salus”. Manusia menjadi keselamatan bagi manusia lain.

Kalau Durna bersemboyan, “Homo Homini Lupus”. Manusia menjadi serigala bagi manusia lain.

Mari kita meneladan semangat Yohanes Pembaptis yang rendah hati, tulus ikhlas dan memandang orang lain sebagai kawan karib yang membawa damai.

Malam tahun baru penuh kembang api,
Menghiasi malam dengan warna warni.
Yohanes adalah guru yang rendah hati,
Ia tidak merasa iri hati dan disaingi.

Cawas, belajar rendah hati…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here