Pak Pandji Wisaksana, Hidup yang Purna (2)

0
284 views
Prof. Bernadette N. Setiadi sebagai Ketua Pembina Yayasan Bhumiksara bicara tentang sosok tokoh filantropis Indonesia: Alm. Paulus Pandji Wisaksana (1925-2022). Disampaikan saat ekaristi peringatan setahun meninggalnya Pak Pandji di Kampus Atma Jaya Jakarta, Jumat 24 Februari 2023. (Stefanus Budi Handoyo/Titch TV)

PERKENALAN saya pertama kali dengan Pak Pandji terjadi pada tahun 1990, ketika saya menjadi anggota Pengurus Yayasan Bhumiksara.

Bhumiksara adalah yayasan nirlaba Katolik yang berkiprah di bidang pendampingan orang-orang muda yang diharapkan dapat menjadi pemimpin di masa depan.

Bhumiksara didirikan tahun 1988 oleh beberapa tokoh masyarakat yang sebagian juga merupakan pendiri Unika Atma Jaya seperti Pak Frans Seda, Pak Anton Muliono.

Selain itu juga tokoh Gereja Katolik Indonesia seperti Mgr. Hadisumarta O’Carm dari KWI dan Romo Kuylaars Kadarman SJ.

Pak Pandji menjabat bendahara I Yayasan Bhumiksara sejak tahun 1989.

Tak pernah berubah

Perjumpaan saya dengan Pak Pandji meninggalkan kesan pertama yang tidak berubah sampai akhir hidup beliau. Beliau adalah sosok pribadi yang berpenampilan tenang, selalu berbicara dengan tutur bahasa halus, volume suaranya juga lembut dan memberi kesan tulus.

Saat beliau mengusulkan ide atau hal penting yang perlu kami perhatikan sebagai peserta rapat, sikap tenang dan halus tersebut tidak pernah berubah.

Pak Pandji adalah seorang yang punya komitmen tinggi terhadap apa yang dilakukannya dan juga seorang yang setia kawan.

Walaupun sudah lama tidak menjadi anggota Pengurus Yayasan Bhumiksara karena persyaratan usia, tali silaturahmi dengan anggota pengurus terus tetap berlanjut; termasuk dengan anggota pengurus baru yang relatif jauh lebih muda.

Beliau selalu menyempatkan hadir pada peristiwa-peristiwa penting yang diadakan Bhumiksara.

Saya ingat, ketika Pak Pandji mendengar cerita rekan-rekan di Sekretariat bahwa komputer inventaris kantor yayasan sudah tidak memadai untuk keperluan operasional sehari-hari. Dan beberapa hari kemudian, beliau memberitahukan akan mengirimkan satu set komputer baru.

Komitmen pribadi jangka panjang

Bagi saya yang luar biasa adalah ketika Pak Pandji mau melibatkan diri dalam suatu organisasi atau kegiatan sosial, maka keterlibatannya itu merupakan komitmen pribadi jangka panjang. Beliau tidak hanya urun ide, tetapi juga serius urun tenaga, urun dana, serta urun jejaring.

Keterlibatan Pak Pandji di berbagai kegiatan sosial ini juga menjadikan beliau selalu dilirik panitia penggalangan dana untuk dimintai bantuan mendukung dan nyatanya Pak Pandji selalu dengan ikhlas membantu.

Cukup banyak gedung sekolah, rumah sakit, universitas, dan lain sebagainya yang telah menikmati kebaikan hati Pak Pandji.

Saya sebagai bagian dari Universitas Katolik Atma Jaya mengucapkan terima kasih karena Atma Jaya termasuk lembaga yang mendapat limpahan rahmat dari Pak Pandji.

Ketika Pak Pandji mendapat penghargaan Satya Lancana Pembangunan dari pemerintah di tahun 1983, beliau mengucap syukur dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan Rumah Sakit Pendidikan Atma Jaya di Pluit, Jakarta Utara.

Waktu itu, sumbangan dana dari Pak Pandi langsung diterima oleh Pak Frans Seda. 

Pak Pandji juga menyumbangkan gagasan agar program beasiswa Bhumiksara dan Atma Jaya bisa semaju Universitas di Singapura. Baik dari pengumpulan dana maupun pengelolaan secara profesional.

Beliau beberapa kali bertemu dengan Pengurus Yayasan Bhumiksara, pihak Yayasan dan Rektor Atma Jaya untuk diskusi informal.

Teladan dari muda

Saya kagum sekali, ketika mendengar bahwa pada saat pembangunan Monumen Nasional di awal tahun 1960-an, Pak Pandji muda ikut menyumbang 2 kg emas murni untuk puncak Tugu Monas.

Dalam banyak kegiatan sosial lain, Pak Pandji sering merupakan satu dari sedikit orang Tionghoa yang terlibat. 

Beberapa yang saya ingat adalah keterlibatan beliau sebagai pemrakarsa Gerakan Mata Hati, pengurus Lions Club, Association of Fund Raising Professionals dan banyak yang lainnya.

Hangat dan ramah terhadap siapa saja

Pak Pandji tidak saja dikenal oleh pejabat atau orang terkenal lainnya, tetapi juga oleh orang-orang sederhana yang pernah berhubungan dengan beliau. Dalam beberapa peristiwa, saya berkesempatan bisa duduk makan bersama beliau di Restoran Ah-Yat Abalone.

Saya sangat terkesan karena di restoran dimana kami makan, Pak Pandji dikenal dan disapa oleh semua karyawan, mulai dari manajer sampai dengan petugas yang melayani kami.

Sebagai pribadi dan mewakili Yayasan Bhumiksara, saya ingin menghaturkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Pak Pandji.

  • Untuk berbagai pengalaman berharga yang dapat kami petik dalam berinteraksi dengan Bapak.
  • Untuk perjuangan bersama menjalankan program kaderisasi Bhumiksara.

Perhatian besar terhadap program kaderisasi

Program kaderisasi merupakan gerakan yang belum dianggap vital di masyarakat. Jauh lebih mudah untuk mengumpulkan dana membangun gedung ibadah dibanding dengan membuat kegiatan kaderisasi pemimpin-pemimpin masa depan yang punya integritas.

Pak Pandji termasuk yang memahami urgensi dari program kaderisasi seperti ini. Beliau beberapa kali berdiskusi dengan kami di Bhumiksara. Sebenarnya kami telah menjadwalkan bertemu kembali tetapi pandemi melanda sehingga pertemuan tersebut tertunda, dan tidak terlaksana dengan berpulangnya Pak Pandji.

Saya yakin Pak Pandji sudah bahagia, damai abadi bersama Ibu Trijuani Pandji dan Charles Pandji di surga.

Pak Pandji, doakan kami yang masih berjuang memantapkan gerakan kaderisasi Bhumiksara untuk menghasilkan kader bangsa yang berintegritas, unggul, berbelarasa, melayani dan inklusif, yaitu semua nilai-nilai yang ada dalam diri Bapak.

Semoga banyak orang muda yang terinspirasi dan bisa meneladani Bapak.

Bernadette N. Setiadi

Ketua Pembina Yayasan Bhumiksara

Baca juga: Harry Tjan Silalahi Usulkan Paulus Pandji Wisaksana Layak Jadi Pahlawan Nasional Kemanusiaan (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here