Pakde Suhir

0
334 views
Kerbau by Pos Kota

Puncta 28.09.22
Rabu Biasa XXVI
Lukas 9: 57-62

KAKAKNYA ibu saya yang laki-laki namanya Suhirno. Kami sering memanggilnya “Pakde Suhir.” Entah kenapa dia tidak menikah, hidup melajang.

Adik-adiknya semua menikah dan punya anak. Dia tinggal bersama kakek-nenek saya di kampung.

Dia memelihara beberapa ekor kerbau. Binatang itu sering dipakai untuk membajak sawah. Kalau liburan sekolah, kami sering ke rumah kakek dan diajak Pakde Suhir ke sawah. Pakde Suhir orangnya rajin, pekerja giat, tidak banyak bicara.

Pagi-pagi kami diajak pergi ke sawah. Saya menggiring kerbau dan Pakde memikul “luku” atau alat untuk membajak.

Luku itu terbuat dari kayu panjang. Di depan ada pengait untuk pasangan kerbau yang menariknya. Di belakang ada pegangan untuk mengarahkan mata bajak.

Kalau membajak harus melihat lurus ke depan, mengendalikan jalannya kerbau dan mengarahkan mata bajak agar mengeruk tanah yang subur ke permukaan sehingga tanahnya menjadi gembur.

Saya kadang mengikuti di belakang Pakde Suhir yang membajak tanah sambil mencari belut dari gumpalan tanah.

Sambil mengayunkan “pecut” ke pantat kerbau Pakde Suhir memaksa kerbau terus maju ke depan.

Injil hari ini berbicara tentang panggilan mengikuti Yesus. Hal ini disebut panggilan karena tidak setiap orang bisa menjalaninya.

Ada orang yang berminat sungguh-sungguh. Tetapi ada juga yang mesti dipanggil dan diarahkan.

Syaratnya mengikuti Yesus harus berani lepas bebas terhadap segala sesuatu dan tidak “tolah-toleh” ke belakang.

Ketika ada yang berminat dengan semangat, “Aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi,” Yesus mengingatkan syaratnya, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Harus siap menghadapi segala kemungkinan.

Ketika orang masih terbelenggu dalam relasi hubungan keluarga, Yesus mensyaratkan, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati, tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”

Siap meninggalkan relasi-relasi emosional dengan keluarga.

Juga ketika ada yang masih terikat pada keluarganya, “Aku akan mengikuti Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku,” Yesus dengan tegas menjawab, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Dunia modern ini menawarkan godaan yang banyak untuk mengikuti Yesus. Ada imam yang menolak ditugaskan di luar Jawa karena medan sulit dan tidak ada signal internet.

Tidak jarang kita ini terjebak pada kelekatan-kelekatan material, relasi pribadi atau kenyamanan hidup.

Orang yang sudah masuk zona nyaman dengan segala kemanjaan tidak berani ambil resiko untuk maju.

Kita sering membuat syarat-syarat untuk diri kita sendiri. “Saya mau ditugaskan ke sana, asal…..” ada banyak persyaratan yang diajukan.

Ada juga yang membuat alasan kesehatan. “Saya mudah sakit perut kalau airnya tidak bersih. Nanti malah tidak bisa melayani atau memperberat keuskupan dengan biaya kesehatan yang tinggi.”

Kalau Tuhan mengutus, pasti Tuhan akan mengurus. Kalau Tuhan memanggil, pasti akan berhasil. Jalani saja Tuhan sudah menyiapkan segalanya dan semua akan baik-baik adanya.

Berlayar ke Bali dengan kapal fery,
Merapat sebentar di dermaga Benoa.
Menjawab panggilan dengan berani
Selalu siap sedia diutus kemana saja

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here