Puncta 12 April 2025
Sabtu Prapaskah V
Yohanes 11: 45-56
BEBERAPA waktu lalu, kantor redaksi Majalah Tempo menerima paket berisi kepala babi. Kemudian disusul lagi paket bangkai tikus yang terpotong kepalanya. Alamat yang dituju adalah “Cica” anggota redaksi “Bocor Alus Politik.”
Bisa dipastikan paket itu adalah bentuk teror dan intimidasi. Ada pihak-pihak yang tidak senang dengan kerja jurnalistik Tempo yang membeberkan berbagai berita sensitif di negeri ini. Pihak-pihak itu mengirim teror sebagai peringatan kepada Tempo.
Namun Pemimpin Redaksi Tempo mengatakan bahwa dia tidak gentar menghadapi teror dan intimidasi. Setri Yasra mengatakan kiriman kepala babi dan tikus adalah teror terhadap kerja-kerja jurnalistik dan kebebasan pers.
Kebenaran akan selalu berhadapan dengan banyak tantangan. Mereka yang takut akan kebenaran berusaha untuk membungkam melalui teror, intimidasi, ancaman dan ketakutan-ketakutan.
Yesus mengalami intimidasi dan teror dari kaum Yahudi yang tidak suka Dia membuat berbagai mukjizat. Makin lama makin banyak orang yang percaya kepada-Nya bahwa Yesus adalah Mesias.
Hal ini akan merongrong kewibawaan para pemimpin dan tua-tua Bangsa Yahudi. Maka mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Yesus.
Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.”
Maka mereka mencari kambing hitam untuk menyelamatkan muka mereka. Yesus diancam dan dicari untuk dikorbankan.
“Bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa,” Kata Kayafas, Imam Agung.
Apakah kita lebih suka memilih cara bertindak seperti Kayafas, yang senang mencari kambing hitam untuk membenarkan diri sendiri?
Ataukah kita memilih kebenaran walau harus berjalan dan berjuang sendiri?
Ada orang suka masak kepala babi,
Tetapi perilakunya seperti tikus-tikus.
Bertindaklah dengan suara hati,
Jangan bertindak dengan akal bulus.
Wonogiri, tegakkan kebenaran
Rm. A. Joko Purwanto, Pr