TANJUNG Selor sudah lama menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Utara atau Kaltara. Namun, jangann tanya seberapa “besar” Ibukota provinsi ini.
Masih sederhana dan juga masih minim fasilitas. Jangan dibayangkan mirip Ibukota Provinsi lain atau bahkan pusat kota besar di Jawa.
Penulis bersama Sr. Kristina Fransiska CP dari Malang datang sejenak mengunjungi Tanjung Selor awal Februari 2019 lalu.
Dengan ditemani Bruder Sigid MSF yang menjemput kami di dermaga pelabuhan sungai Tanjung Selor, kami berdua sejenak berkeliling melihat sana-sini pemandangan umum Ibukota Provinsi Kaltara ini.
Kesan sekilas, Tanjung Selor ini sunggh lebih mirip sebuah kota kecamatan di Jawa.
Naik kapal dari Tarakan ke Tanjung Selor
Akses penerbangan dengan pesawat jet –setidaknya waktu itu– belum ada. Jalur penerbangan dari Tanjung Selor menuju sejumlah kota di Kaltim –misalnya ke Balikpapan– hanya bisa dilayani dengan pesawat baling-baling ATR.
Akses paling gampang dan lebih “ramai” adalah Tarakan yang sekilas memang tampak lebih “maju” karena bisa pesawat jet bisa mendarat.
Barulah dari Tarakan, orang bisa “menyeberang” melalui laut dan sungai menuju Tanjung Selor dengan pelayaran kurang lebih satu jam.
Tanjung Selor berada di Pulau Kalimantan yang luar biasa besar. Sedangkan Tarakan ada di luar “pulau besar” ini dan hanya sebuah pulau kecil di luar daratan Pulau Kalimatan.
Namun, Tarakan dengan sangat cepat bersolek karena di sana ada ladang-ladang minyak.
Meski dengan segala keterbatasannya, Keuskupan Tanjung Selor mewujudkan semangat belarasanya kepada lingkungan sekitar dalam situasi pandemi coronavirus atau covid-19 ini.
Berikut ini sejumlah foto dokumentasinya yang dikirim oleh Bapak Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF kepada Sesawi.Net hari Minggu pagi tanggal 5 April 2020.