Puncta 07.03.23
Selasa Prapaskah II
Matius 23: 1-12
DALANG kondang Ki Seno Nugroho almarhum selain pandai menghibur, tetapi juga suka memberi tuntunan atau nasihat kepada penonton.
Ia juga tidak segan-segan mengkritik keadaan di sekitarnya melalui tokoh Punakawan Bagong.
Dalam lakon Semar mBangun Kahyangan, Pandita Durna bermaksud memboyong Semar ke Hastina. Tetapi karena Durna memaksa, meremehkan dan menghina rakyat kecil, maka Bagong dengan celana training merah memuncak kemarahannya.
Kedatangan Pandita Durna tidak bikin “adem ayem“, malah bikin geger di Karang Kadempel.
“Kamu itu pandita, pujangga, gurunya para Kurawa harusnya memberi keteladanan, kesejukan dan kedamaian,” kata Bagong.
“Sampeyan niku pandita lho panemban, sampeyan wis gelem nganggo surban, kethu putih mbok sing suci. Aja mung sandhanganmu sing putih thok, ning atimu ya sucia, atimu ya resika. Ning nek sandhanganmu kaya ngono kuwi bisa tak sebutake kowe pandita “endog bosok,” njabamu putih jeromu mambu. Ora ana gunane sampeyan dadi pandita,” kata Bagong berkobar-kobar.
(Kamu itu pendeta lho sang resi. Kamu itu sudah pakai surban, tutup kepala putih seharusnya hidupnya suci. Jangan hanya bajumu yang putih, tetapi hatimu ya harus suci dan bersih. Tetapi kalau kelakuanmu seperti itu, aku bisa menyebutkan kamu itu pendeta “telur busuk,” penampilan luarnya putih tetapi dalamnya bau busuk. Tidak ada gunanya kamu jadi pendeta seperti itu).
Yesus menasihati para murid-Nya untuk berhati-hati dengan Ahli-ahli Taurat dan para Farisi.
“Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukannya.”
Hanya kemunafikan yang dipertontonkan para ahli kitab dan kaum Farisi. Ciri-ciri kemunafikan adalah suka mengajarkan tetapi tidak melakukannya, membebani orang dengan aturan ketat, tetapi dia sendiri tidak mentaatinya, suka pamer kesalehan biar dinilai suci.
“Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil rabi.” kata Yesus.
Ada pemimpin agama dan mengaku ahli kitab yang berpenampilan saleh, tetapi kotbahnya tidak membawa kesejukan malah menjelek-jelekan agama lain, mengadu domba, memprovokasi dan mengajak orang untuk membenci sesamanya.
Apakah ada Kitab Suci yang mengajarkan demikian?
Mari kita terus berjuang demi kebenaran, keadilan, kebaikan bagi segala makhluk.
Mari berlomba-lomba menebarkan hal-hal baik penuh damai dan kesejukan bagi sesama kita, agar Indonesia menjadi rumah bersama yang aman, tentram dan damai.
Naik ke bukit di dekat Ungaran,
Ada tempat semadi di Kendalisada.
Guru yang baik adalah keteladanan,
Kebaikan akan dikenang selamanya.
Cawas, belajar rendah hati…