Panel Sesion 3 Conference on Religions and Climate Change: Agama, Sains, dan Perubahan Iklim – Perspektif dan Pengalaman (5)

0
73 views
Romo Ferry Sutrisna Wijaja Pr dari Eco Camp Bandung tampil di forum Conference on Religions and Climate Change Southeast Asia 2023 di Jakarta, 4 Oktober 2023. (Dok. Romo Ferry SW)

SESI ini dimoderatori oleh Agus P. Sari – CEO Landscape Indonesia and Belantara Foundation

Prof. Datuk Dr. Azizan Baharuddin, Director of Center for Civilisational Dialogue, Universiti Malaya, Malaysia

Dunia saat ini sedang demam panas. Dialog antara umat beragama dengan dunia bisnis dan ekonomi sangat penting. Kita harus mengubah cara pikir kita.

Umat beragama harus berjuang dengan harapan. Jangan justru membawa semangat putus asa.

Umat beragama bisa bekerjasama untuk keberlanjutan kehidupan di bumi. Keberlanjutan bumi bukan lagi suatu pilihan melainkan kewajiban moral dan spiritual semua umat manusia.

Assoc. Prof. Dr. Ismail Lutfi Japakiya, Rector of Fatoni University, Thailand

Penganut agama yang beragam dipanggil Allah untuk merawat kehidupan. Semua umat manusia diberi kelimpahan berkat dan nikmat oleh Allah.

Semua agama mengajarkan kasih sayang dan kebaikan. Alangkah indahnya bila semua manusia melakukan kebaikan utk semua yang ada di muka bumi.

Prof. Dr. Din Syamsuddin, Chairman of Advisory Council of Indonesia’s Movement to Save the Earth (SiagaBumi), Indonesia

Saat ini seperti dikatakan Antonio Guterres Sekjen PBB pemanasan global sudah menjadi pendidihan global. Banyak orang melihat alam sebagai objek. Seharusnya kita “memuliakan” lingkungan hidup dan bukan hanya “melestarikan” lingkungan hidup.

Agama Islam adalah agama yang menghormati alam semesta. Bagi Islam alam itu bukan objek melainkan subjek. Alam itu subjek yang suci karena semua yang ada di alam semesta diciptakan oleh Allah.

Ada sekitar 800 ayat dari 6.236 ayat Alquran yang berhubungan dengan alam. Alam itu suci. Kita harus mempromosikan cara hidup sadar di kalangan umat beragama bahwa alam yang diciptakan oleh Allah itu adalah subjek yang harus dihormati dan bukan objek yang bisa diperlakukan semau-maunya.

Kesadaran ini harus diperkenalkan di semua sekolah dan keluarga-keluarga. Agama tidak boleh menjadi pembawa masalah, melainkan harus menjadi solusi bagi berbagai masalah kehidupan di bumi.

Romo Dr. Ferry Sutrisna Wijaya Pr,  Eco Camp Bandung

Eco Camp di Bandung bersifat lintas agama, karena didirikan oleh sekelompok orang dengan latar belakang iman dan agama yang berbeda-beda dan juga menawarkan program Pendidikan Kesadaran Lingkungan Hidup untuk semua orang dari berbagai usia dari berbagai latar belakang agama.

Hari ini mengikuti konferensi ini bagi saya adalah hari belajar. Hari ini saya belajar banyak sekali dari berbagai orang yang berbicara di konferensi ini, namun juga dari percakapan di meja makan dan saat duduk bersama. Semua yang hadir dari berbagai agama dan negara sangat bersemangat untuk merawat bumi dengan cara hidup yang berkelanjutan.

Eco Camp di Bandung mempunyai kaitan yang erat dengan semangat Dokumen Abu Dhabi mengenai persaudaraan manusia untuk perdamaian di bumi dan hidup bersama.

Eco Camp juga melaksanakan amanah Laudato Si’ (2015).

Hari ini dalam pesta St. Fransiskus Assisi, Paus Fransiskus menerbitkan Laudate Deum (2023) sebagai kelanjutan Laudato Si’.

Laudato Si’ dan Laudate Deum bukan doktrin agama, melainkan undangan untuk berdialog dan bekerjasama merawat bumi.

Selama ini, Eco Camp yang didirikan tahun 2014 sudah dikunjungi 30 ribu orang dan melatih 500 Green Leaders dan 75 ksatria muda lingkungan hidup.

Lewat Program Berkawan Dengan Alam yang didukung Soho Global Health dan Ultrajaya Eco Camp membuat program untuk 2.162 sekolah di 4 provinsi dan 12 kota yang melibatkan 69.628 anak dan 69.628 ibunya.

Namun, Eco Camp sadar bahwa masalah lingkungan hidup yang terbesar adalah sikap mementingkan diri sendiri, kerakusan, dan sikap tidak peduli. Para ahli ilmu pengetahuan tidak memiliki pengetahuan untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Selama 10 tahun bekerja di Eco Camp adalah saat belajar untuk melihat semua sebagai saudara dan saudari.

Ini sesuai semangat Dokumen Abu Dhabi tentang persaudaraan manusia. Sekaligus pengalaman mengalami pertobatan ekologis serta semakin mengalami bumi dan alam sebagai hadiah suci dari Allah untuk dihormati dan dirawat.

Itulah pengalaman saya di Eco Camp di Bandung Indonesia.

Semoga semakin banyak “Eco Camp” di mana-mana di seluruh dunia sebagai tempat belajar merawat bumi sebagai ciptaan Allah yang suci.

Dr. Amanda Katili Niode, The Climate Reality Project, Indonesia

Krisis dunia itu bukan krisis tunggal karena menyangkut berbagai krisis lain seperti hilangnya keanekaragaman hayati, polusi, energi, dll.

Perubahan iklim adalah masalah yang komplek dan menyangkut berbagai keterlibatan di berbagai level dan sektor.

Kita harus terus melakukan aksi nyata lewat pendidikan, pelatihan, partisipasi public, akses untuk publik, dan kerjasama internasional.

Climate Reality Project Indonesia memiliki lebih dari 1.000 sukarelawan dan sudah mendidik banyak orang muda untuk menjadi Youth Leader.

Kami juga memnerbitkan buku Memoirs of Climate Reality Leaders karena kesaksian dan aksi nyata adalah salah satu cara kampanye yang paling efektif.

Dr. Fachruddin Mangunjaya, Universitas Nasional, Indonesia

Sudah waktunya kita bekerjasama. Kami sudah melatih lebih dari 1.000 ustad. Banyak yang bertobat secara nyata misalnya berniat untuk tidak akan lagi menebang pohon dan menanam sebelum kiamat.

Ada berbagai gerakan dan deklarasi di kalangan umat Islam yang perlu terus didukung termasuk program Ekopesantren. Mari kita bekerja sama semuanya. Mari kita gulirkan bersama. Alam adalah subjek yang suci.

Penutupan

Konferensi ditutup dengan pembacaan rekomendasi Konferensi Agama dan Perubahan Iklim Tingkat Asia Tenggara oleh Bapak Lukman Hakim didampingi oleh tokoh-tokoh Agama dari Indonesia dan Asia Tenggara.

Lalu rekomendasi diserahkan kepada Sekjen Majelis Hukama Muslimin untuk dibawa ke COP 28.

Malam hari konferensi diakhiri dengan gala dinner dengan sambutan oleh TGB. Dr. Muhammad Zainul Majdi MA. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here