DI tengah pandemi Covid-19, Gereja Keuskupan Ruteng memanen ladang subur panggilannya.
Dengan protokol kesehatan ketat, pada tanggal 30 Oktober 2020, sembilan orang putera terbaiknya ditahbiskan menjadi imam diosesan oleh Uskup Keuskupan Ruteng Mgr. Siprianus Hormat di Gereja Katedral Ruteng.
Ke-9 imam baru ini adalah:
- Romo Pank Nudan Pr.
- Romo Gusty Hadun Pr.
- Romo Femoi Sando Pr.
- Romo Sandry Jas Pr.
- Romo Valdi Karitas Pr.
- Romo Prian Tangur Pr.
- Romo Rian Tagung Pr.
- Romo Jimi Mala Pr.
- Romo Sirilus San Pr.
Turut hadir dalam perayaan meriah ini Mgr. Mikael Angkur, Uskup Emeritus Keuskupan Bogor, para imam se-Keuskupan Ruteng, biarawan/biarawati, keluarga imam baru, utusan Pemda Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat serta umat .
Gembala Profetis di Tengah Dunia
Rahmat imamat menjadi bukti nyata kebesaran kasih dan kesetiaan Allah kepada manusia. Allah sangat peduli dengan mereka yang lemah, kecil dan menderita.
Ia sehati dengan mereka yang mengalami krisis perhatian dan kasih sayang dari sesama, mereka yang mengalami ketidakadilan dan kekerasan dalam hidup. Itulah sebabnya Dia memanggil dan mengutus para imam.
Demikian isi kotbah Mgr. Sipri.
Konteks dunia sekarang ini
Dalam konteks dunia dewasa ini, seorang imam perlu menjadi gembala yg profetis. Allah mengutus para imam untuk,“mengangkat kembali harkat, martabat dan derajat mereka yang seringkali tenggelam dalam struktur kehidupan sosial politik yang keras”, tandas Uskup Sipri yang juga pada tahun ini, 19 Maret 2020 lalu, ditahbiskan menjadi gembala Keuskupan Ruteng.
Beliau mengingatkan, “Imam diutus di tengah dunia yang tak jarang banyak selera gila, dunia yang anti kebenaran dan keadilan, dunia yang anti solidaritas dan belas kasihan.”
Untuk itu Mgr Sipri berpesan, “Kalian diharapkan tetap berpegang teguh pada komitmen, semangat kerja sama dan teristimewa selalu menjalankan tugas pelayanan dalam semangat kasih karena kasih bisa memenangkan segala dalam segala hal.”
Dipanggil bukan untuk Sukses
Para imam baru menyadari tugas pengutusan yang penuh tantangan dalam dunia dewasa ini. Tantangan ini juga bertolak dari kenyataan manusiawi yang dirasakan dan dihidupi oleh mereka.
Wakil dari Neomis
Hal ini terungkap dalam sambutan Romo Gusty Hadun Pr mewakili rekan-rekan imam baru. “Kami adalah manusia biasa yang tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan.”
Oleh karena itu, ia meminta dukungan terus menerus dari keluarga dan umat. “Di depan kalian, kami adalah imam. Bersama kalian kami adalah manusia biasa dalam ziarah iman yang sama. Karena itu doakanlah kami.”
Dalam dunia yg terlalu mendewakan kesuksesan, seorang imam dalam pelbagai tuntutan dan beban pastoral bisa mengalami kelelahan, capai, loyo, putus asa, dan kehilangan orientasi (burnt out).
Karena itu, Bapak Andreas Agas, Bupati Manggarai Timur mengharapkan agar para imam baru tetap setia dalam menjalankan tugas pengutusan.
Kesetiaan ini kiranya yang menjadi ciri khas identitas seorang imam Tuhan.
Ia menandaskan, “Kalian adalah orang istimewa dipanggil dan diundang oleh Allah untuk menjadi pelayan-Nya.”
Kemudian sambil mengutip Ibu Teresa dari Kalkuta dia berpesan, “Kalian dipanggil pertama-tama bukan supaya menjadi sukses. Kalian dipanggil untuk menjadi pelayan yang setia.”
Menurut Andreas, kesuksesan akan dapat diraih manakala seorang imam benar-benar setia dalam menjalankan setiap proses. Kesetiaan menjadikan seorang imam sukses dalam menjalankan tugas pelayanannya.