Bacaan 1: Kej. 44:18-21,23b-29; 45:1-5
Injil: Mat. 10:7-15
Saat orang mengalami prahara dalam hidup, banyak yang merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka.
Anjeze Gonxhe Bojaxhiu yang kemudian kita kenal sebagai Santa (ibu) Teresa dari Kalkuta, berasal dari keluarga Albania-Kosovo. Sang ayah, Nikola Bojaxhiu, adalah seorang pengusaha maupun politisi pendukung kemerdekaan Albania yang kemudian meninggal.
Kematian ayahnya tentu membuat ia dan keluarga terpukul. Setelah itu, ibunya membesarkannya sebagai seorang Katholik Roma.
10 September 1946, Teresa berkata dia mendapatkan “panggilan di atas panggilan” yang kelak mengubah hidupnya.
Kristus menyuruhnya untuk menanggalkan profesi gurunya dan fokus berkarya di Kalkuta untuk menolong orang miskin dan sakit.
“Itu adalah perintah. Tidak melakukannya sama artinya dengan saya mengingkari iman saya,” katanya saat itu.
Sejak itu Ibu Teresa tak lagi memikirkan kehidupannya sendiri dan fokus menolong orang-orang yang terpinggirkan di Kalkuta, India.
Para rasul diminta untuk fokus dalam pengutusan-Nya. Tak boleh ada hal-hal lain yang mengganjal tugas pengutusan itu termasuk kebutuhan kehidupan mereka di dunia (harta dan makanan). Mereka diminta hanya mengandalkan kemurahan-Nya selama menjalankan tugas pengutusan itu.
“Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.
Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”
Tidak boleh mendendam saat ada penolakan.
Yusuf terlahir untuk diutus memelihara kelangsungan hidup keluarganya (kelak sebagai bangsa Israel) dan juga orang-orang seluruh dunia ketika terjadi kelaparan dimana-mana.
Tuhan menunjukkan jalan kehidupan yang harus dilaluinya. Mulai dari hidup mewah perlakuan istimewa ayahnya, mendapatkan perlakuan buruk dari saudara-saudaranya yang irihati, dijual ke saudagar keturunan Ismail hingga menjadi orang nomor dua di Mesir.
Namun Yusuf tidak boleh mendendam, ia hanya diminta mengandalkan kemurahan Allah saja.
“Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir.
Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”
Pesan hari ini
Rencana Allah selalu indah meski kadang sulit dimengerti.
Kamu hanya diminta untuk mengandalkan kemurahan-Nya maka baru bisa memahaminya apa arti hidupmu bagi orang lain. Itulah “Panggilan diatas Panggilan”.
“Percayalah, Tuhan selalu setia kepadamu. Ia memeliharamu dari segala kondisi yang jahat dan membawamu menuju terang.”