Panggilan Pertobatan

0
364 views
Tobat untuk selamat.

Minggu 21 Januari 2024.

  • Yun. 3:1-5,10;
  • Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9;
  • 1Kor. 7:29-31;
  • Mrk. 1:14-20.

PENYESALAN bisa dialami siapa saja dan wajar terjadi dalam kehidupan. Penyesalan terjadi ketika kita merasa tidak senang atau tidak bahagia karena telah melakukan sesuatu yang kurang baik seperti dosa, kesalahan, dan lain sebagainya.

Memang tidak mudah menghadapi dan mengatasi penyesalan. Yang perlu kita ingat adalah kenyataan bahwa kita tidak bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu. Apa pun yang sudah dilakukan, kita harus menerima segala konsekuensinya.

Jangan sampai larut dalam penyesalan. Penyesalan tanpa pertobatan adalah sia-sia. Untuk itu, marilah kita jadikan masa lalu sebagai pengalaman dan pelajaran hidup.

“Hal yang paling berat dalam hidup ini adalah mengakui kesalahan dan memaafkan diri sendiri. Butuh jiwa yang besar untuk bisa melakukan itu. Dan aku masih harus belajar banyak,” kata seorang ibu.

“Saya lahir sebagai anak bungsu, orang tuaku sangat sayang padaku, namun beberapa kali saya kecewakan,” lanjutnya.

“Kekecewaan pertama adalah memutuskan studi jauh dari mereka, lalu kedua menikah dengan orang jauh hingga tidak kembali pada ke kota kelahiran,” ujarnya.

“Orang tuaku semakin kecewa pada saat suamiku memintaku konsentrasi mengurus anak, hingga tidak bekerja lagu di kantor,” sambungnya.

“Karena keinginan saya mengabdi sepenuhnya pada suami dan keluarga baruku maka aku jarang pulang kunjung ke orang tuaku. Mengurus keluarga dengan tiga anak sungguh merepotkan apalagi aku tidak punya asisten rumah tangga,” paparnya.

“Maka ketika orang tuaku sakit sampai meninggal hanya saya yang tidak bisa hadir dan menemani mereka pada waktu sakitnya,” katanya.

“Inilah penyesalan saya yang paling dalam, saya tidak pernah menuruti pikiran dan nasihat orang tua, bahkan ketika mereka sakit dan perlu kehadiran saya, saya tidak bisa memenuhinya,” paparnya.

“Terlambat aku mencintai orang tuaku, kini aku ngampang menyalahkan diri sendiri, menyalahkan suamiku, menyalahkan keluargaku,” lanjutnya.

“Dalam situasi ini, saya hanya ingin bertobat, saya telah bertindak salah,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”

Perubahan dari dalam diri sendiri, yang dimulai dari pikiran, yaitu tekad untuk berbalik arah, lalu hal tersebut mendorongnya untuk tidak lagi melakukan kebiasaan yang selama in mendarah daging dalam dirinya. Inilah yang dinamakan pertobatan.

Pertobatan adalah keadaan di mana seorang berdosa menyesal karena perbuatannya oleh Roh Kudus dalam dirinya. Kemudian ia mengubah pikirannya, berbalik dari kesalahannya dan menujukkan pikirannya kepada Allah.

Semua orang perlu bertobat! Bertobat bukan hanya karena telah melakukan kejahatan saja. Namun, bertobat karena manusia-ini yang paling banyak-sering tidak mau melakukan kebaikan.

Di sini soalnya: bukan tidak mampu berbuat baik, tetapi tidak mau. Karena itu, bertobatlah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku telah memilih bertindak baik dan mau bertobat dari perilaku salahku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here