
Siapa itu Paulus?
Penulis sekarang bukan bermaksud menceritakan secara lengkap dan terperinci tentang pribadi paulus, namun kiranya beberapa hal yang penting untuk ditulis.
Tentang Paulus dan latar belakangnya memang agak sulit didapat. Sumber informasi utama tentang Paulus hanya ada dalam Perjanjian Baru. Namun dalam Perjanjian Baru tidak secara detail menulis riwayat Paulus. Tidak ada kepastian kapan dia dilahirkan, akhir hidupnya tak ada waktu yang jelas.
Sekitar tahun 32-34, Ketika diakon Stefanus. Menjadi Martir, Paulus masih dikatakan muda (Kis7:5-8). Dengan demikian para ahli sepakat bahwa Paulus lahir kira-kira antara tahun 6-10M, kemungkinan besar sewaktu Yesus masih tinggal di Nazaret. Kemungkinan lain, ia lahir di Tarsus di tanah Kilkia (Kis 22:3).
Paulus mempunyai dua nama: Saul-Saulus (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani). Nama Paulus banyak dipakai setelah pertobatannya. Mungkin juga karena pendekatan pengucapannya dengan Saul (Saulus).
Ia sendiri selalu memakai nama Yunaninya:
Paulus (Kis 13:6-9). Ia memiliki dua Kewarganegaraan yakni Roma dan Yahudi. Tempat kelahirannya adalah Roma. (Kis. 22:28).
Pertobatan Paulus adalah berkat langsung dari Kristus sendiri, dalam perjalanannya ke Damsyik. Maksud awal kunjungannya ke Damsik adalah untuk menekan perkembangan umat Kristen di sana berdasarkan perintah dan kepercayaan dari imam besar di Yerusalem. Diberilah kepadanya sebuah surat pengantar untuk membunuh umat Kristen di Damsyik. (Kis 9:1-9).
Sangat jelas dalam Kisah Para Rasul (9:1), semangat Paulus berkobar-kobar untuk membunuh umat Kristen atau murid-murid Tuhan. Dalam perjalanannya ini suatu keajaiban terjadi di luar kemampuan Paulus. Justru dalam perencanaan yang jahat ia dipakai oleh Tuhan.
Tuhan Yesus sama sekali tidak memperhitungkan kejahatan Saulus sebelumnya. Hal ini ingin menekankan bahwa Kristus “bukan hanya memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Perbuatan Saulus justru menjadi suatu pedoman penting sebagai contoh untuk menjadi saksi Kristus. Ia yang berkobar-kobar ingin membunuh pengikut Tuhan, lalu berubah dan dipilih atau dipakai untuk berkobar-kobar menjadi saksi-Nya di mana-mana.
Paulus berjumpa dengan Tuhan membutakan matanya secara fisik. Mata Saulus secara fisik dibutahkan oleh Yesus, agar ia melupakan pengelihatannya akan dunia kejahatan dan nantinya dia Kembali melihat terang baru. Bukan lagi kebencian akan umat Kristen, tetapi menjadi saksi Kristus.
Meskipun buta, secara rohani ia tetap sadar akan Kristus yang bangit, karena itu waktu ia ditegur oleh Yesus ia berseru “Siapakah Engkau Tuhan?”
Dengan kebutaannya ia tetap ke Damsyik. Perjalanan selanjutnya ke Damsik Paulus dalam keadaan buta. Buta secara fisik artinya ia tak mungkin melihat dan pastilah pandangannya diliputi kegelapan. Karen kegelapa itu, maka harus ada orang yang menuntun dia. Teman seperjalanannya menuntun dia hingga Damsyik. Ia buta selama tiga hari. Dan di Damsyiklah ia disembuhkan.
Sesuai perintah Tuhan Yesus, ia dibaptis di Damsyik, oleh Ananias dan ia bertobat. Setelah dibaptis matanya kembali melihat terang dan terang itu membawanya pada kehidupan yang baru. Di sana ia yang mulanya datang dengan maksud lain, kini melanjutkan perjalanan sebagai seorang yang telah berubah.
Pertobatan (metanoia) mengandung suatu makan yang besar yakni keterbukaan hati akan kehendak Allah, ia bukan lagi berjalan atas kehendaknya melainkan atas kehendak Allah.
Keterbukaan hati terhadap kehendak Allah merupakan hal luar biasa dalam diri seorang Paulus. Paulus mendapat Wahyu suatu misteri tentang Kristus. Ketika dibaptis ia melanjutkan misi para nabi, juga sebagai imam dan raja.
Misionaris ini membawa pesan dan melanjutkan misi pelayanan Kristus di tengah dunia. Jangan takut menjadi saksi Kristus di mana saja. Paulus dalam pelayanannya tak pernah takut dan selalu punya keberanian meski harus mendapat cemoohan dan siksaan.
Karena keberaniannya ia disebut juga Rasul meskipun bukan termasuk dari keduabelas rasul Yesus. Paulus mendapat tugas sebagai pelayan Allah juga di Korintus.
Tugas utamanya adalah mewartakan kabar baik kepada bangsa-bangsa. Menjadi saksi universalitas keselamatan dan senantiasa dipimpin oleh Roh.
Paulus dalam pelayanannya (2kor. 1-18)
Sangat jelas bahwa tugas pelayanan adalah kewajiban setiap orang yang telah dibaptis. Paulus dibaptis menjadi manusia baru yang penuh semangat dalam pelayanan.
Baptisan yang kita terima bukan semata-mata hanya melantik kita menjadi milik Tuhan atau muridNya. Namun baptisan yang kita terima, merupakan suatu pemberian tugas yang besar yakni menjadi saksi Kristus.
Paulus dalam pelayanannya menasihati supaya kita jangan sia-siakan karunia Allah yang telah kita terima dariNya. Yakni karunia untuk mewartakan Kabar Baik.
Sebab Tuhan sendirilah yang bekerja dalam diri kita dan menolong kita dalam segala hal, termasuk dalam pelayanan-pelayanan kita. Jadilah pelayan dan saksi Allah.
Menjadi pelayan Allah pertama-tama harus bersabar dan setia, serta penuh tanggung jawab melaksanakan tugas peutusan kita. Tak perlu takut akan segala cobaan, tak ada kemunafikan, melainkan mempunyai kemurnian hati, kesabaran dan kemurahan hati, selalu menggunakan senjata keadilan dalam segala penghinaan atau pujian.
Hadapi situasi dengan kebijaksanaan karena kehendak Allah adalah kebaikan dan bukan kekerasan. Bersukacitalah bila menjadi yang terkecil, dan bersukacitalah selalu dalam Kristus.
Pelayanan untuk perdamaian (2Kor 5:11-20)
St. Yohanes Krisostomus, seorang Bapa Gereja, menyebutkan St. Paulus seperti berikut;
“Hanya satu hal saja yang ditakuti dan dihindari oleh St. Paulus ialah menyakiti hati Tuhan dan demikian pun sebaliknya yang ia dambakan hanyalah berkenan kepada Tuhan. Karena demikian bagaimana kita dapat menyenangkan hati Tuhan? Pelayanan bagi sesama dengan hati dan keikhlasan adalah jalan yang benar untuk menyenangkan hati Tuhan.
Dalam segala pelayanannya Paulus sangat berwaspada dan hanya takut kepada Allah yang mengutusnya untuk suatu tugas yaitu pelayanan. Misi utama pelayanannya adalah membangun tubuh Kristus. Ia sama sekali tidak mementingkan keutamaan manusiawi semata tetapi demi kerajaan Allah, pemberitaannya adalah kabar baik dan penuh tanggungjawab.
Pelayanan untuk suatu perdamaian mengandung makna tertentu bagi para pengikut Kristus. Murid Kristus harus mampu menguasai diri demi melayani Allah, agar Ketika menguasai diri hal ini adalah berguna bagi orang tersebut yang mengikuti ajaranNya.
Apabila setiap murid menaati ajaranNya maka, kasih Kristuslah yang menaungi dia, dan menguasai dirinya.
Pertama-tama untuk mencapai perdamaian dengan sesama yang dilayani adalah dengan berdamai terlebih dahulu dengan diri sendiri.
Berdamai dengan diri berarti mempunyai ketenangan batin. Bila kita sudah hidup dalam kasih Kristus, maka kedamaian Kristus pasti ada dalam batin yang tak tenang.
Apabila kita telah berdamai dengan diri sendiri maka kita pasti mampu menciptakan kedamaian dengan orang lain, pun dalam pelayanan kita.
Kita dipanggil untuk melayani dengan kedamaian untuk mencapai perdamaian yang erat dengan sesama yang kita layani.
Kristus telah mendamaikan dunia dengan kebangkitanNya dan tidak memperhitungkan pelanggaran dan kesalahan manusia. Kristus sendiri mengajarkan perdamaian ini, untuk selalu memaafkan dan mengampuni tanpa batas.
Kita juga menurut Paulus telah didamaikan dengan Dia yakni Kristus, agar dalam tugas sebagai Murid kita benar-benar melayani untuk perdamaian.
Pelayanan Kasih (2Kor 8:1-24)
Pewartaan Sabda merupakan alasan dasar pertama berkumpulnya orang yang percaya kepada Yesus. Mendengarkan. Kita perlu ketahui bahwa Allah adalah kasih.
Kasih telah menjadi ajaran dan hukum dasar iman Katolik. Tuhan telah menjadikan ini sebagai hukum yang pertama dan utama.
Kasih bukanlah berawal dari manusia sendiri, namun kasih pertama-tama adalah dari Allah yang lebih dahulu mengasihi kita.
Allah adalah kasih, maka kita sebagai anak Allah harus saling mengasihi.Tuhan mengasihi kita, dan mencintai kita, karena Ia tahu kita sangat membutuhkanNya.
Kasih dan cinta-Nya membuat hidup kita lebih bermakna.
St. Paulus menguji tentang kasih jemaat di Makedonia, apakah benar bahwa kasih mereka adalah suatu keikhlasan ataukah tidak. Karena mereka telah mengenal kasih karunia Yesus Kristus, bahwa “Ia yang kaya telah menjadi miskin, supaya oleh kemiskinan-Nya mereka menjadi kaya.”
Hal ini sebetulnya bukan di lontarkan hanya kepada murid-murid kala itu, namun sekarang pun pertanyaan sama perlu direfleksikan dan dijawab. Kasih yang perlu adalah keikhlasan dan bukan karena paksaan Kristus telah memberikan contohnya.
Kita dapat menyebarkan Injil atau kabar sukacita dengan tingkah laku kita sesuai teladan Kristus yakni dengan mengamalkan hukum cinta kasih.
Demikian diungkapkan oleh Paus Fransiskus, dan ia melanjutkan, kita berkembang dalam cinta kasih, dengan merendahkan diri menjadi pelayan bagi orang lain.
Kasih kita perlu dibuktikan dengan pelayanan dan aksi atau tindakan kita. Santo Paulus kaya akan cinta Kristus dan karena cinta itu ia menjadi orang yang paling bahagia.
Kebahagaiaan bersama sebenarnya tujuan utama pelayanan kita. Melayani dengan kasih pasti akan menghasilkan suatu kebahagiaan. Ajaran utama setiap agama adalah cinta kasih. Karena “kebencian tidak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan berakhir jika dibalas dengan cinta.”
Dalam ajaran agama Hindu ada istilah untuk mengungkapkan kasih itu ialah “Tat Twam Asi
Tat Twam Asi berarti “dia adalah engkau”mencakup pengertian, menyayangi orang lain adalah menyayangi diri sendiri, menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri, menolong orang lain berarti menolong diri sendiri.
Sebetulnya perkataan ini mengandung makna sama dengan ajaran kita sebagai pengikut Kristus “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Mat. 7:12). Ketika kita mengasihi diri sendiri kita dapat mengasihi orang lain dan Ketika kita membenci diri sendiri, bagaimana mungkin kita dapat mengasihi orang lain? “berbuatlah kepada orang lain apa yang ingin orang perbuat terhadap anda.”
Cinta kasih diwujudkan dengan pengurbanan kepada sesama. Berkurban merupakan suatu ajaran etika setiap agama. Banyak sekali bentuk pengurbanan, yakni menghargai, menghormati, dan berbakti kepada orang lain.
Pelayanan yang baik bagi sesama adalah pelayanan dengan kasih dan kasih itu adalah ikhlas dari dalam karena hasrat untuk benar-benar mengasihi. Pelayanan kasih adalah merasakan apa yang orang lain rasakan, sebab itulah Kasih Yesus.
Kasih Yesus haruslah nyata juga dalam keseharian kita sebagai muridNya. Karena hidup sebagai anak Allah maka kita harus melaksanakan kehendak Allah. Allah mengasihi kita agar dalam pelayanan, kita juga saling mengasihi.
Ajaran cinta kasih Kristus merupakan hukum tertinggi untuk dihidupi. Bagaimana kita dapat mengasihi Allah yang mengasihi kita?
Dia telah menyebut kita juga sahabat-Nya. Kita adalah sahabat Kristus harus mampu mengikuti ajaran dan meneladani perintahNya. Dia telah mengatakan “Inilah peritah-Ku, supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh. 15:12). (Berlanjut)
Baca juga: Sekilas Surat Paulus Kedua kepada Jemaat di Korintus (2)