Panti Asuhan St. Maria Pasang Surut – Sumsel: Membangun Anak Jadi Kreatif dan Penuh Harapan

1
4,116 views
Anak-anak binaan Panti Asuhan St. Maria di Pasang Surut di Banyuasin, sebuah permukiman penduduk di kawasan rawa-rawa yang mengandalkan air hujan sebagai pasokan air bersih. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

CUACA panas terik begitu terasa, siang itu matahari seolah sedang memamerkan sengatnya. Pohon Mangga berdaun hijau dengan buahnya yang masih kecil-kecil tampak diam mematung, tak sedikit pun bergerak, angin sepoi pun enggan berhembus. Suasana terasa hening. Di kejauhan sesekali terdengar suara mesin speed boat atau ketek yang melaju kencang membelah air berwarna cokelat di kanal yang tak begitu lebar.

Jalanan berlubang tampak kering berdebu, saat motor atau mobil melintas debu pekat pun segera terbang tak tentu arah.

PA St. Maria Pasang Surut

Pada Selasa (24/10), di halaman yang rindang penuh tanaman hijau tampak sejumlah anak bermain sambil berteduh di bawah pohon Kedondong. Anak-anak itu tinggal di Panti Asuhan (PA) St. Maria Pasang Surut, Purwodadi, Jalur 20, Kec. Muara Padang, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan.

Mereka datang dari berbagai macam latar belakang keluarga dan asal daerah.

Jika dilihat dari latar belakang keluarga maka bisa ditemukan bahwa anak-anak yang dibina di sini ada yang berasal dari keluarga yang orangtuanya peduli dengan pendidikan anak. Ada anak dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, ada anak dari keluarga yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan ada pula anak yang telah yatim piatu.

Jika melihat asal mereka, maka daerah Pasang Surut menjadi penyumbang terbesar, lalu disusul daerah lainnya, seperti Palembang, Belitang, Jambi, Mentawai, Lampung dan Flores.

Kondisi menuntut demikian

Romo Antonius Effendi SCJ, Pemimpin PA St. Maria saat ini, menuturkan bahwa gagasan untuk mendirikan Panti Asuhan St. Maria berawal dari buah pemikiran Romo Petrus Abdi Putra Raharja SCJ.

Ide ini lahir berdasarkan pada kondisi masyarakat Pasang Surut pada masa itu.  Pasang Surut  adalah sebuah kawasan permukiman daerah transmigrasi yang didominasi dengan lahan berrawa, air tanah terasa asam dan air sungai terasa asin.  Keduanya tak bisa dikonsumsi.

Romo Petrus Abdi Putra Raharja SCJ.

Satu-satunya sumber pasokan air bersih adalah air hujan.

Sejak Maret 1986 pengelolaan panti dilaksanakan oleh Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo yang berpusat di Palembang. Seiring perjalanan waktu, pada tahun 2003, Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo menyerahkan penanganan panti ini kepada Keuskupan Agung Palembang dan sejak 1 Maret 2003, oleh Keuskupan Agung Palembang, pengelolaan panti ini diserahkan kepada Kongregasi SCJ Provinsi Indonesia.

Romo  Effendi SCJ, imam yang pernah berkarya di Paroki St. Maria Tugumulyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan ini menjelaskan bahwa anak-anak panti yang diasuh dan dibina di tempat ini tinggal satu atap. Laki-laki dan perempuan ruang tidurnya terpisah.  Hal ini merupakan bagian dari usaha untuk menjaga relasi anak panti putra dan putri.

Program pendampingan disusun berjenjang. Mereka dikelompokkan sesuai tingkatan usia dan pendidikan, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi dan Program Pengabdian Setahun. Jenjang Program Pengabdian Setahun ini diberikan kepada anak-anak panti yang sudah menyelesaikan pendidikan minimal SMA/SMK dan siap dilepas dari panti. Selama menjalani masa pengabdian, anak-anak ditugaskan melayani di sejumlah tempat, seperti  Panti Asuhan St. Maria, Asrama Dehonian Metro dan Komsos Keuskupan Agung Palembang.

88 anak binaan

Saat ini PA St. Maria memiliki 88 orang anak asuh yang tersebar di beberapa tempat bina. Di Pasangsurut sendiri anak yang diasuh berjumlah 54 orang, terdiri dari 39 laki-laki dan 14 perempuan. Anak-anak asuh tersebut sedang menempuh pendidikan SD dan SMP.

Selain itu ada pula 9 orang anak yang sedang menjalani masa pengabdian di panti.

Sebagai catatan, daerah ini belum memiliki SMA, maka anak-anak asuh yang berada di jenjang ini akan melanjutkan ke SMA di luar Pasangsurut, seperti Belitang, Lampung, Palembang, dan Jakarta.

Aktivitas anak-anak di panti ini, seperti kegiatan doa, bekerja, belajar dan makan dilakukan secara bersama.

Ada 12 orang pengasuh, di antaranya ada seorang imam dan seorang biarawati dari Kongregasi Suster Fransiskus Charitas (FCh) yang siap mendampingi, menjaga, dan menyediakan kebutuhan anak-anak panti. Para pengasuh itu adalah orang-orang sederhana yang tidak semuanya memiliki pendidikan memadai.

Saat ini baru ada satu orang yang telah lulus pendidikan di bidang konseling. Harapannya  di masa mendatang anak-anak bisa memperoleh bimbingan yang lebih memadai. Salah satu usaha yang ditempuh dalam proses pendampingan adalah menjalin kerjasama dengan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

Meski berjalan dalam beragam kesulitan dan tantangan, selama kurun waktu 32 tahun Tuhan telah menebar benih-benih panggilan di panti ini dan telah menjadikannya kado indah bagi Gereja, khususnya di wilayah Keuskupan Agung Palembang. Dalam kurun waktu itu panti ini telah melahirkan delapan orang imam, empat bruder, satu frater dan tujuh suster. Selain itu, tentu panti ini juga sukses mencetak anak-anak asuhnya  yang kini berkiprah sebagai pengusaha, guru dan pegawai.

Salah satu alumnus dari panti ini adalah Romo Martinus Widiyanto Pr. Ia berasal dari Desa Sugih Waras, Jalur 16 Pasangsurut.

Imam diosesan Palembang yang kini berkarya di Paroki St. Yohanes Penginjil Bengkulu ini menuturkan bahwa ada begitu banyak pengalaman indah dan pelajaran berharga yang dapat ia temukan selama menjalani proses pembinaan di tempat ini.  Hal yang tampaknya berat dan sulit terasa menjadi ringan dan mudah saat dilakukan bersama-sama dengan teman yang lain. Itulah indahnya hidup bersama.

Wahana pembinaan

Romo Effendi, pemimpin panti yang berasal dari Sungai Bahar, Jambi ini memaparkan visi bersama yang dihidupi oleh seluruh warga panti, bahwa PA St. Maria merupakan wahana pembinaan, pelatihan dan pembentukan pribadi bermartabat dan berkarakter, penuh kasih, disiplin dan rela berbagi. Melalui visi ini ia ingin agar tumbuh cara pandang baru tentang panti asuhan.

Selama ini kalau orang datang ke panti lalu tergerak untuk membantu itu karena merasa kasihan, iba atau dalam bahasa Jawa mesakne. Harapannya ke depan orang datang ke panti itu bukan pertama-tama karena kasihan atau mesakne, tetapi karena melihat anak-anak yang kreatif dan penuh harapan, bisa saling belajar, berbagi cerita dan pengalaman sehingga setiap orang yang berkunjung memiliki kerinduan untuk datang kembali.

Semangat mandiri

Ia ingin menanamkan semangat kemandirian dan semangat berbagi dalam diri anak-anak. Meski ia sadar bahwa untuk merubah cara pandang itu tentu bukan hal yang mudah, ada banyak tantangan yang siap menghadang, baik tantangan dari luar maupun dari dalam. Berbagai cara pun mulai ditempuh, antara lain mereka wujudkan dengan menanam pisang, sayuran, ubi kayu, memelihara bebek pedaging dan bebek petelur yang jumlahnya mencapai ratusan ekor.

Aneka kripik produksi anak-anak Panti Asuhan St. Maria di Pasang Surut, Banyuasin, Sumsel. (Romo Titus Pr)

Selain itu,  mereka juga membuat beragam olahan makanan dari hasil kebun, seperti kripik ubi rasa original, kripik ubi pedas merah, kripik ubi pedas hijau, kripik pisang, peyek teri, peyek kacang, peyek rebon (udang kecil), kripik tempe, ubi mentega, ikan asin gabus, dan gabus presto.

Ikan asin gabus

Sebagian hasil olahan ini telah dipasarkan secara terbatas di Jakarta dan sejumlah paroki di Kota Palembang. Hasil olahan yang cocok untuk menemani saat-saat santai bersama keluarga ini ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau.

Ikan asin berbahan baku ikan gabus atau kutuk yang banyak ditemui di perairan rawa-rawa di kawasan Pasang Surut di Banyuasin –sekitar tiga jam perjalanan darat dari pusat kota Palembang menuju arah Selat Bangka. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

Aneka kripik dijual mulai harga Rp. 15.000/bungkus, aneka peyek Rp. 10.000/bungkus, Ikan asin Gabus Santa Maria (SanMa) mulai Rp. 50.000/500gr, ubi mentega Rp. 10.000/bungkus. Menyusul produk selanjutnya adalah Ikan Gabus Presto yang juga akan menjadi salah satu produk andalan mereka.

Ikan Gabus adalah salah satu ikan khas air tawar yang banyak ditemukan di rawa-rawa Pasangsurut.

Baca juga:  Musi Rawas – Sumsel: Asrama Putera Prevot untuk Generasi Muda

Kemasan meski tampak sederhana pun tak kalah menarik. PA St. Maria bekerjasama dengan Citra Sriwijaya Advertising yang hadir membantu memberi sentuhan terhadap kemasan sehingga produk hasil olahan anak-anak panti menjadi semakin menarik dan menggiurkan.

Usaha peternakan ayam dan bebek untuk program keuangan mandiri sebagaimana diusahakan oleh Romo Antonius Effendi SCJ, pemimpin Panti Asuhan St. Maria di Pasang Surut. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

I have a dream. Ada banyak mimpi kami dalam bingkai mewujudkan cara pandang baru dan semangat kemandirian. Kami ingin PA St. Maria menjadi tempat belajar bersama dengan membangun kemitraan yang bisa melibatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Seperti halnya ubi mentega, saat ini untuk pasokannya kami juga telah bekerjasama dengan masyarakat,” jelas Romo Effendi SCJ.

“Kami masih punya banyak mimpi, seperti kata pepatah, gantungkan mimpimu setinggi bintang di langit. Kami tak akan lelah menggantungkan mimpi dan terus berusaha dengan penuh semangat untuk mewujudkannya. Mimpi kami untuk memiliki alat pendingin makanan dan alat presto daging berkapasitas besar sudah terwujud melalui tangan pribadi-pribadi yang baik hati,” ungkapnya.

“Saat ini, sedikit demi sedikit hasil penjualan kami sisihkan untuk ditabung, karena kami punya mimpi untuk memiliki kendaraan roda empat jenis pikap  sebagai sarana distribusi hasil olahan. Kami juga punya mimpi suatu saat nanti memiliki sebuah mini market di salah satu sudut Kota Palembang yang khusus menjual produk-produk panti. Adanya mini market ini kelak dapat juga menjadi sarana belajar bagi anak-anak tentang aneka ilmu pemasaran atau marketing dengan segala resiko untung ruginya”, tegas Romo  Effendi mantap disambut tepuk tangan meriah anak-anak.

Bagaimana, Anda berminat dengan hasil olahannya? Anda berminat berkunjung ke sana? Atau Anda tergerak hati untuk ikut serta mewujudkan mimpi-mimpi penuh semangat itu? J

Jangan ragu berbagi untuk mewujudkan mimpi melalui Rekening Bank BCA atas nama Antonius Effendi – Agustinus Kelik Pribadi, dengan No. Rekening 0213204xxx.

Untuk donasi ini, sebaiknya terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada Romo melalui Redaksi Sesawi.Net di portalsesawi@gmail.com

Itulah potret inspiratif yang lahir dan mengemuka penuh harapan di Tanah Pasangsurut. Sekali lagi, suara mesin speed boat yang melaju cepat di kanal terdengar menderu kencang, melesat membelah air kecokelatan, membawa serta harapan dan mimpi dalam deburan gelombang Sungai Musi.

1 COMMENT

  1. Yth.Romo Titus,

    Mohon informasi Romo jika saya ingin menjadi donatur Panti Asuhan, berapa nomor rekeningnya?

    Terima kasih atas bantuannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here