Pap Smear: Tiga Tahun Sekali, bukan Setahun Sekali

0
3,571 views

KANKER cervix adalah hantu di siang bolong bagi kaum hawa. Makanya tes pap smear dianggap penting untuk bisa mendeteksi dini apakah terkena hantu siang bolong ini atau tidak. Namun banyak yang salah menerima informasi seberapa lama sebaiknya dilakukan tes pap smear.

Sudah jamak terdengar, hingga kini tes pap smear masih direkomendasikan para ahli medis sebagai cara terbaik mencegah kanker leher rahim (cervical cancer). Kanker leher rahim merupakan kanker nomor dua yang sering terjadi pada wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hampir semua kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini relatif kecil dan hanya dapat dilihat dengan alat bantu mikroskop elektron. Sampai saat ini belum ada pengobatan untuk infeksi HPV, maka tindakan pencegahan sangatlah penting.

Tindakan pencegahan yang disarankan oleh Departemen Kesehatan RI adalah: (1) tidak berperilaku seksual berisiko seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual. (2) menghindari paparan asap rokok, menindak lanjuti hasil pemeriksaan Pap dan IVA dengan hasil positif, meningkatkan daya tahan tubuh dengan diet seimbang (3) melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah terinfeksi HPV (4) melakukan vaksinasi HPV, kendalanya adalah biaya vaksinasi masih sangat mahal.

Setahun sekali berlebihan

Sejak tahun 2003, terutama di negara maju, para wanita dewasa yang telah berusia 21 tahun ke atas dan aktif secara seksual disarankan menjalani tes pap smear setahun sekali.

Tetapi menurut informasi terbaru yang dirilis oleh media terkemuka dunia seperti Reuters dan The New York Times, rekomendasi tersebut diubah Selasa, 18 Oktober 2011 oleh Panel Pencegahan Amerika Serikat yang didukung pula oleh Lembaga Kanker Amerika.

Mereka menyatakan pap-smear setahun sekali tersebut berlebihan; berdampak negatif lebih banyak daripada positifnya. Dampak negatif dari overtesting bisa berakibat pada pendarahan, rasa sakit, infeksi, resiko melahirkan prematur, dan dampak psikologis menghadapi diagnosa kemungkinan mengindap kanker, selain tentunya biaya tes yang harus dikeluarkan.

Wanita di bawah usia 21 tahun juga dianjurkan tidak melakukan tes pap smear, demikian juga penapisan HPV berkala. Wanita di atas usia 65 tahun dan wanita yang telah diangkat rahimnya juga tidak disarankan untuk menjalani penapisan (skrining).

Memang sejak pap smear secara intensif diperkenalkan kepada wanita, angka kematian akibat kanker mulut rahim yang dulunya dikenal sebagai pembunuh nomor satu bagi wanita di negara-negara maju, turun drastis.

Tidak perlunya setiap tahun melakukan pap-smear bukan berarti tidak perlunya pemeriksaan berkala bagi wanita. Check-up tahunan selain pap-smear sebaiknya tetap dilakukan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here