PERTEMUAN Internal Franciscan For Justice, Peace and Integrity of Creation (INFO JPIC) Indonesia tahun 2016 ini diselenggarakan di Rumah Doa Guadalupe, Duren Sawit, JakartaTimut, 19-25 Agustus 2016. Pertemuan ini diikuti oleh para Fransiskan penggiat keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Adapun tema pertemuan kali ini ialah Pemberantasan Korupsi: Tanggungjawab demi Keadilan dan Iman.
Para Fransiskan yang mengikuti pertemuan INFO JPIC Indonesia kali ini berjumlah 40 terdiri dari para Koordinator dan Animator Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan dari Ordo/Tarekat religius Fransiskan antara lain OFM Indonesia, OFMCap Medan dan OFMCap Nias, OFM Conventual, Bruder MTB, Suster OSF Semarang, FMM, FSE, FSGM, KFS, DSY, SMFA, Fch, dan OFS dari Negeri Sabah Malaysia.
Sejak tahun 2003, Pertemuan INFO JPIC ini diselenggaraakan setiap tahun, sebagai upaya sharing pengalaman dan peneguhan antar sesama Fransiskan dalam melakukan pelayanan dalam bidang keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.Panggilan sebagai religius pengikut semangat Fransiskus Assisi menjadi landasan utama dalam melakukan pelayanan pada masyarakat yang membutuhkan, teristimewa bagi mereka yang lemah, miskin dan tak berdaya.
Semangat Fransiskan
Pastor Adrinaus Sunarko OFM dalam kotbahnya pada ekaristi pembukaan mengajak pada para pengikut Fransiskus Assisi agar para Fransiskan sungguh-sungguh memberi warna dalam gerakan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan dimana pun berada.
“Dimana-mana saya selalu bertemu dengan orang yang bukan keluarga Fransiskan, tetapi ternyata mereka mengenal sosok St. Fransiskus Assisi sebagai pencinta lingkungan hidup, hal ini merupakan tantangan bagi kita sebagai keluarga Fransiskan agar lebih mengenal dan melakukan sesuatu sesuai dengan spiritualitas St. Fransiskus Assisi untuk melayani mereka yang lemah dan alam ciptaan yang diperlakukan tidak adil,” ajak Provinsial OFM Indonesia ini.
Pengalaman di Brazil
Pertemuan INFO JPIC kali ini menjadi sangat istimewa karena hadir juga Br. Rodrigo Peret OFM, penggiat JPIC Fransiskan Brazil yang ikut mensharingkan pengalamannya dalam pembelaan masyarakat korban pertambangan. ”Kita memang membutuhkan hasil tambang dalam kehidupan ini, namun demikian jangan sampai aktivitas tambang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keutuhan ciptaan itu sendiri hanya demi mengejar uang,” ujar Rodrigo, OFM yang selam kurang lebih 30 tahun melakukan advokasi pada masyarakat korban tambang di Brazil.
Selain itu hadir juga Bapak Budi Tjahyono selaku utusan Fransiskan Internasional yang membawahi Asia-Pasific. Pada kesempatan ini, Budi Tjahyono yang selama sebulan ini berkeliling Indonesia mengajak para Fransiskan Indonesia untuk terus berjuang bersama dalam upaya menegakan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
Centang perenang kasus korupsi
Para peserta pertemuan tampak antusias ketika dalam sesi seminar yang disampaikan oleh Alexander Marwata selaku Wakil Ketua KPK. Selama kurang lebih tiga jam di hadapan para Fransiskan, Alexander Marwata memaparkan beberapa kasus-kasus korupsi dan upaya pemberantasannya. “Tugas berat pemerintah Presiden Joko Widodo dua tahun pertama ini adalah menangani kasus korupsi yang terjadi hampir merata diseluruh Indonesia,” imbuhnya.
Pemberantasan Korupsi bukan hanya menjadi tugas KPK semata, tetapi merupakan tugas kita semua. Seluruh elemen masyarakat perlu melakukan pencegahan, pengawasan dan penindakan bersama-sama penegak hukum. “Jika terjadi gejala penyimpangan, masyarakat berhak untuk melaporkan tindakan penyimpangan tersebut kepada KPK,” ujar pria kelahiran Klaten, Jateng, ini.
Alexander Marwata juga mengungkapkan bahwa kemiskinan pada negeri kita yang kaya ini merupakan akibat dari tindakan korup dari sebagian oknum pejabat negara, eksekutif, legislatif, yudikatif dan pengusaha tidak tersentuh oleh hukum kita. Bahkan mereka yang melakukan tindakan korup ini pada umumnya berpendidikan tinggi dan sangat rajin beribadah, sejak tahun 2004-2016 telah dijebloskan ke penjara sejumlah 533 orang pelaku korupsi dan setiap tahun KPK menerima 7.000-8.000 pengaduan dari masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi kita dalam memberantas korupsi.
Dalam dialog interaktif, beberapa peserta menanyakan beberapa kejadian nyata yang dialami terkait bantuan-bantuan dari pemerintah yang diberikan pada masyarakat. Salah satu Suster dari Pontianak dan Pastor dari Medan menanyakan terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Sosial yang seringkali terlambat disalurkan, dan jika disalurkan pun selalu ada potongan biaya administrasi yang besarannya 10%.
Menanggapi hal tersebu, Alexander Marwata menyarakan agar segala sesuatu yang kiranya disinyalir sebagai tindakan korupsi tolong dilaporkan pada KPK agar tim kerja KPK langsung turun ke lapangan. Pada akhir seminar, Alexander Marwata yang lama bergelut dalam bidang Auditor dan juga Hakim Ad Hoc Tipikor, berpesan dan mengajak pada para Fransiskan, agar bersama-sama berpartisipasi melakukan perlawanan terhadap tindakan korupsi melalui pendidikan, budaya dan keagamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Agus Sunaryanto dari ICW memaparkan beberapa kasus tindak korupsi yang terjadi di Indoensia. Kita mesti bersama-sama melakukan upaya pencegahan korupsi agar uang negara diselamatkan demi kemaslatan masyarakat banyak. Sala hsatu yang perlu kita galakkan adalah penyadaran dan kampanye melalui pendidikan disemua tingkatan, karena melalui pendidikan ini sangat efektif untuk upaya pencegahan tindakan korupsi.