31 Frater tingkat IV Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret-Maumere-Flores-NTT mengadakan kegiatan Pastoral Kitab Suci, Jumat, 9-11 Oktober 2015. Kegiatan ini terjadi di Paroki St. Maria Gunung Karmel Wolofeo-Keuskupan Maumere-Flores-NTT. Sebuah paroki yang memiliki umat yang sederhana dan ramah dan penuh persaudaraan. Para Frater menuju lokasi kegiatan tepat pukul 03.00 (Wita) menggunakan Bus Kayu Sanpedro. Kurang lebih satu setengah jam lamanya perjalanan.
Para Frater sendiri sangat bahagia akan tugas pewartaan Kitab Suci ke tengah umat. Kegiatan ini dibuat atas dasar pertimbangan minimnya pengetahuan dasar tentang Kitab Suci. Sejauh ini sebagian dari umat hanya mengetahui model Kitab Suci bahkan ada yang tidak pernah membacanya dan menyimpannya sebagai ‘simbol’. Realitas ini memang sangat miris. Melihat kondisi ini, para Frater tingkat IV Ritapiret terjun ke tengah umat Paroki St. Maria Gunung Karmel -Wolofeo untuk memberikan pencerahan secara mendalam tentang pengetahun Kitab Suci kepada umat setempat.
Para Frater telah meramu kata-kata dan menyiapkan jurus jitu agar apa yang diwartakan dapat diterima dan dipahami secara baik. Selain dalam kelompok umat basis (KUB), para Frater pun melakukan ‘blusukan’ ke sekolah-sekolah setempat (SD,SMP, SMA). “Para frater tingkat IV tidak hanya mewartakan pengetahuan dasar tentang Kitab Suci, tetapi juga terlibat dalam beberapa kegiatan yaitu animasi SEKAMI, tanggungan koor, dan sosialisasi Bulan Kitab Suci Nasional 2015 (BKSN). Kurang lebih ada empat kegiatan yang terjadi selama kurang lebih dua hari berada di umat Paroki Wolofeo” Ujar Fr. Felin Sando (Ketua kelas tingkat IV).
Tujuan dari kegiatan ini adalah pertama, menyadarkan setiap keluarga Kristiani akan pentingnya mencintai Kitab Suci dan membacanya setiap hari serta merefleksikannya dalam hidup. Kedua, Mengaktualisasikan nilai-nilai injil dalam kebersosialan kita. Ketiga, agar umat mengetahui pengetahuan dasar tentang kitab suci, sehingga mampu menjelaskan kepada umat non katolik secara baik dan benar. “Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendegar friman saja” Ujar St. Yakobus. Transformasi akan menjadi sebuah kenyataan yang kasat mata bila firman dan cara hidupnya menjadi satu.