Para Guru dari 9 SMAK di Ende Ikuti Pembekalan Kompetensi

0
265 views
Para guru SMAK Ende ikuti pembekalan kompetensi ( Frater Efer Haseng)

PARA GURU dari 9 Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) NTT yang bernaung di bawah Kementerian Agama mendapat pembekalan kompetensi dari tim Direktorat Pendidikan Katolik, Dirjen Bimas Katolik Jakarta, di Hotel Flores Mandiri, Ende, 26-29 September.

Kegiatan ini  mengusung tema “Dengan Pembinaan Kompetensi Tenaga Pendidik Sekolah Menengah Agama Katolik, Kita Bangun SMAK Sebagai Lembaga Pendidikan Terpercaya”.

Ketua panitia Yustina Srini dari Direktorat Pendidikan Katolik Kementerian Agama manyatakan pembekalan kompetensi bertujuan menciptakan guru-guru profesional.  “Guru pofesional berarti guru yang menguasai bidang tugasnya baik secara teoretis maupun praksis. Untuk menjadi guru profesional, tenaga pendidik terus membarui pengetahuan dan keahliannya sesuai dengan tuntutan zaman,” katanya.

Hari kedua Rabu 27 September peserta diajak mengenal Kurikulum 2013 (K13). K13 mendorong keseimbangan dalam proses pendidikan yang meliputi penguatan pendidikan karakter, kecakapan abad 21, dan gerakan literasi.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende Petrus Pedo Beke, mengatakan implementasi K13 di SMAK tidak terlepas dari karakter dasar pendidikan katolik. “Pendidikan Katolik mengedepankan pengetahuan yang berpangkal pada kebenaran ilahi, Kitab Suci, dan nilai-nilai universal,” kata Pedo.

Didi Kasmudi, anggota tim penyusun buku pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti mengajak segenap guru-guru keagamaan di setiap SMAK agar memperhatikan kualitas materi pembelajaran. “Pelajaran harus memperhatikan konfigurasi nilai sosial, kultural, dan psikologis anak-anak didik. Nilai-nilai ini diperoleh melalui usaha olah pikir, olah hati, olah raga, dan rasa,”ujar Didi.

K13 ini disempurnakan dengan gerakan literasi agama. Literasi agama menjadi jawab atas minusnya sikap toleransi. Literasi agama memimpikan warga Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang tradisi dan pengetahuan akan keyakinan agama-agama. Rendahnya literasi ini mengakibatkan salah paham dan prasangka (buruk) terhadap agama lain, sikap kurang kritis, mudah percaya hoaks, sikap stereotipe negatif, dan intoleransi.

Frans Ndoi, SVD dalam materinya memaparkan masalah literasi agama ini berakar dari rendahnya minat membaca, buruknya sistem pendidikan, hiburan menarik ( TV, games, FB, WA), tempat hiburan, budaya lisan, orang tua sibuk, sedikit waktu untuk anak, sarana buku sulit didapat, buku mahal, daya beli rendah, belum adanya lembaga yang meningkatkan minat baca, dan minimnya perpustakan.

“Gerakan literasi ini sesungguhnya sudah diatur oleh Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan gerakan ini untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar mau membaca dan menulis. Budaya literasi ini bertumbuh jika, adanya penggerak literasi, adanya alokasi waktu untuk membaca secara khusus, tersedianya buku-buku bacaan, dan adanya program baca.” katanya.

“Budaya literasi adalah kunci dari kemajuan sebuah bangsa, syarat peradaban, dan kunci ilmu pengetahuan. Untuk itu perlu meningkatkan literasi agama melalui usaha melengkapi perpustakaan dengan buku semua agama, mengalokasikan waktu khusus untuk membaca, membeli buku, memanfaatkan waktu menunggu, membaca waktu istirahat dan sebelum tidur, membuat target membaca, dan membentuk komunitas membaca untuk sharing buku”, tegasnya.

9 SMAK yang hadir meliputi SMAK St. Mikhael Solor, SMAK St. Karolus Riung, SMAK St. Maria Imakulata Adonara, SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, SMAK St. Peregrinus Laziozi Watumingan Mbata, SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka, SMAK St. Petrus Kewapante-Maumere, SMAK St. Dominikus Tambolaka-Sumba Barat Daya, dan SMAK St. Thomas Morus Ende.

Setiap sekolah mengirim 4-7 orang guru-guru mata pelajaran keagamaaan Katolik, mencakup mata pelajaran  Pastoral Katekese, Kitab Suci, Doktrin dan Moral Kristiani, Liturgi, dan Sejarah Gereja. Selain itu, hadir pula 4 orang perwakilan dari Ditjen Bimas Katolik di Jakarta, Direktur Pendidikan Katolik Regio NTT, kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende, dan beberapa narasumber.

Penulis : Fr. Efer Haseng

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here