Paradigma Baru tentang Kebahagiaan

0
38 views
Ilustrasi - Ditolak.

Rabu, 11 September 2024

1Kor 7:25-31.
Mzm 45:11-12.14-15.16-17.
Luk 6:20-26.

SABDA bahagia dan celaka. Dalam ajaran ini, Yesus memberikan perspektif yang sering kali bertentangan dengan pemahaman duniawi tentang berkat dan malapetaka yang menimpa kita.

Setiap orang berlomba mencari kebahagiaan yang diwarnai dengan kepemilikan dan jaminan hidup. Kekayaan dan harta benda menjadi sebuah prasyarat untuk bahagia.

Namun Yesus justru menampilkan kebahagiaan yang jauh berbeda dengan apa yang dikonsepkan oleh dunia ini. Orang miskin, lapar, bersedih, menangis, dihina, disingkirkan disebut bahagia karena dekat dan bergantung pada kemurahan Allah.

Di samping mengucapkan Sabda Bahagia kepada kaum miskin, yang lapar, menangis dan dianiaya, Yesus juga mengecam orang-orang yang mendengar-Nya tetapi hati mereka masih tertutup untuk menerima sesama yang miskin, lapar, menangis dan dianiaya.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan, kepuasan, kepemilikan harta duniawi, hormat akan membawa orang menutup dirinya terhadap sesama dan Tuhan sendiri. Orang tidak lagi mengandalkan Tuhan dan membuka dirinya kepada sesama.

Namun di sisi lain, ketika orang memilih Tuhan, bukan berarti segalanya akan mudah dijalani. Banyak tantangan dan rintangan yang akan menghalangi keutuhan niat mengabdi Tuhan dan sesama.

“Saya sudah banyak berderma dan memberikan rumahku sebagai tempat doa selama ini, mengapa selalu ada permasalahan bahkan kekecewaan dalam hidupku,” kata seorang bapak.

“Anakku putus sekolah bahkan kemudian menikah dengan orang yang berkeyakinan lain. Rasanya sedih sekali jika melihat semua pengorbananku pada Tuhan namun saya harus menghadapi kenyataan hidup yang tidak mudah ini.

Semakin saya mencintai Tuhan semakin banyak tantangan dan rintangan yang aku rasakan harus aku hadapi. Saya hanya berpasrah pada Tuhan bahwa sesulit apa pun masalah yang saya hadapi Tuhan tidak meninggalkan saya,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”

Tuhan Yesus, memberikan paradigma baru tentang kebahagiaan. Dalam pandangan dunia, kebahagiaan sering kali diukur dari popularitas, kekayaan, atau keberhasilan pribadi. Namun, Yesus menunjukkan bahwa kebahagiaan yang sejati tidak selalu sejalan dengan standar duniawi ini.

Penolakan dan celaan karena mengikuti Kristus sering kali berarti kita telah memilih jalan yang benar. Ini adalah indikasi bahwa kita berdiri teguh dalam iman dan prinsip kita, meskipun itu tidak populer atau tidak disukai oleh banyak orang. Yesus sendiri mengalami penolakan dan penganiayaan ini adalah bagian dari pengalaman iman kita sebagai pengikut-Nya

Yesus mengaitkan penolakan dan celaan dengan janji upah besar di surga. Dalam hal ini, Yesus mengarahkan pandangan kita pada janji kekal yang lebih besar daripada segala kesulitan yang kita hadapi di dunia ini.

Upah di surga bukanlah sesuatu yang bisa kita ukur dengan cara duniawi. Ini adalah bentuk imbalan yang melampaui pengalaman manusia dan kesenangan duniawi.

Ketika kita mengalami penolakan karena iman kita, kita sedang berinvestasi dalam sesuatu yang kekal dan tidak akan pernah pudar. Ini adalah pengingat bahwa Allah menghargai kesetiaan kita dan akan memberikan imbalan yang sesuai dengan kasih dan kebaikan-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku memiliki perhatian kepada sesama yang papa miskin, yang lapar dan haus, yang menangis, yang mengalami penganiayaan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here