INJIL Yohanes merupakan Injil yang agak sulit dipahami; bila dibandingkan dengan Injil sinoptik. Namun demikian, Injil Yohanes mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan umat tentang keilahian Yesus. Melalui sesi Kursus Kitab Suci Injil Yohanes, peserta kursus diharapkan dapat menangkap, menghayati tentang kekhasan Injil Yohanes dibanding dengan Injil sinoptik.
Demikian disampaikan oleh Yohanes Yudi Hartono. Ketua Bidang Pelayanan Pewartaan dan Evangelisasi Paroki Kleco Solo.
Hal itu disampaikan pada pembuka Kursus Kitab Suci di Gereja Santo Paulus Paroki Kleco, Kamis, 22 Februari 2024 di Ruang Berthier. Kursus diikuti 65 orang lebih umat Paroki Kleco: para katekis, prodiakon dan ketua lingkungan.
Nara sumbernya adalah Romo Ambrosius Heri Krismawanto Pr, dosen Kitab Suci STPKat Fransiskus Assisi Gedangan Semarang. Kursus mengambil tema “Kitab Suci sumber Iman Katolik, Injil Yohanes: Keselamatan dari Atas”.
Yohanes murid paling muda
Yohanes adalah murid Yesus paling muda di antara 12 rasul yang dipilih Yesus. Yohanes, penulis Injil, tampak pada lukisan Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci. Yohanes terlihat duduk di sebelah kanan Yesus. Tampak paling muda di antara para rasul yang berjenggot.
Diperkirakan Yohanes dipanggil Yesus pada usia antara 12 sampai 15 tahun. “Dalam tradisi orang-orang Yahudi, orang diperbolehkan menyampaikan pewartaan, ketika sudah berusia 12 tahun. Seperti saat Yesus berdialog dengan para imam kepala di Bait Allah. Maka saat mengikuti Yesus, Yohanes masih sangat muda,” kata nara sumber: Romo Heri Pr.
“Injil Yohanes ditulis tahun 90-100 masehi. Penulis Injil ini adalah Yohanes, anak Zebedeus yang disebut Yohanes Muda atau murid yang dikasihi Yesus. Tempat penulisan di Pulau Patmos. Dengan situasi jemaat yang dihadapi murid-murid Yesus diaspora karena aksi penganiayaan; baik di Yerusalem maupun di luar Yerusalem,” kata Romo Heri.
Tidak termasuk Injil Sinoptik
Injil Yohanes tidak termasuk Injil Sinoptik. Itu karena pendekatan penulisan Injil Yohanes menggunakan “teologi dari atas”.
Injil Sinoptik lebih memperhatika sisi kemanusiaan Yesus. Misalnya Yesus yang lelah, menangis, tertidur saat badai, dan marah. Perasaan-perasaan kemanusiaan Yesus tersaji di dalam Injil Sinoptik.
Pada Injil Sinoptik, penceritaan Yesus diawali dengan Yesus dilahirkan oleh Maria. Sedangkan Injil Yohanes mengawali dengan kalimat: “Pada mulanya adalah firman dan firman itu menjadi manusia.”
Gaya bahasa penulisan Injil Yohanes sangat tinggi, karena memandang Yesus dari keilahian atau ke-Allah-an-Nya. Ini perlu dipahami sejak awal, jika membaca Injil Yohanes.
Jika Injil Sinoptik dengan para penulisnya Markus, Matius dan Lukas menulis secara material atau secara fisik tentang sosok pribadi Yesus. Maka, Injil Yohanes menulis tentang Yesus secara spiritual.
Memahami Injil Yohanes bagi umat, demikian menurut Romo Heri akan lebih mudah kalau juga membaca buku Mengenal Tulisan Injil Perjanjian Baru karya Kardinal Suharyo. Dalam buku itu, Injil Yohanes dibagi dalam dua kelompok. Buku pertama disebut Buku Tanda. Buku kedua disebut Buku Kemuliaan.
Buku Tanda
Buku pertama Buku Tanda tentang sabda dan karya Yesus merupakan tanda pewahyuan diri Allah. Tetapi banyak orang tidak memahaminya. Krisis inilah yang menentukan nasib Yesus dan sikap orang terhadap dia.
Yang kedua Buku Kemuliaan ini memuat kenyataan dan pelaksanaan karya Yesus, tetes darah-Nya yang terakhir. Perpisahan dengan para murid, Yesus memuliakan Bapa dan dimuliakan oleh-Nya.
Roh Kudus dalam Injil Yohanes
Pada saat mendampingi belajar bersama Kitab Suci Injil Yohanes, Romo Heri juga menjelaskan tentang Roh Kudus yang ditulis Penginjil Yohanes. Roh Kudus merupakan Roh Penolong, Roh Kebenaran dan Roh Penghibur.