PADA hari Rabu 12 Juli 2017, pkl. 19.00 WIB dan bertempat di Pendopo Kabupaten Lumajang, seorang imam katolik menari bersama Orang Muda Lintas Agama dan Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang. Secara bersama, mereka tampil naik panggung menyuguhkan tarian Merah Putih.
Tarian ini menggambarkan kondisi Indonesia yang sangat beragam, namun tetap bersatu dalam harmoni kehidupan yang indah. Tarian Merah Putih ini merupakan hasil kolaborasi tarian dan lantunan lagu lintas agama. Dampaknya segera terasa yakni bisa semakin menyemarakan dinamika acara lintas pemuka agama bertajuk “Dialog Kebangsaan”. Acara ini semain cair dan nyaman diikuti.
Siapa pastor penari itu?
Ia adalah Romo Andreas Adhi Pasetyo Pr, imam praja Keuskupan Malang. Sekarang ini, Romo Adhi Pr menjabat Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Malang sekaligus pastor rekan di Gereja St. Maria Ratu Damai Paroki Lumajang.
Rupanya tarian Merah Putih yang ditampilkan dengan indah itu tidak lepas dari peran Romo Adhi, sang koreografer sekaligus penari.
“Saya bersyukur boleh ikut ambil bagian dalam acara Dialog Kebangsaan yang dihelat oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang. Saya sebagai koreografer dan penari dalam tarian Merah Putih ingin memperkenalkan Gereja Katolik menjadi bagian dari masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
“Gereja Katolik harus mau membangun hidup persaudaraan sejati dengan siapa pun: masyarakat lintas agama dan kepercayaan sebagaimana ditegaskan dalam Dekrit Nostra Aetate,” katanya memberikan alasannya mengapa ia menyenangi acara forum lintas agama ini.
“Sambutannya pun juga luar biasa. Kami, Orang Muda Lintas Agama bisa bekerja sama dengan Dinas Pariwisata menampilkan Refleksi Hidup Persaudaraan di Kabupaten Lumajang agar semua ini menjadi kesaksian nyata,” demikian ungkapan hati yang disampaikan kepada penulis.
Menjadikan Indonesia sesungguhnya
Dialog Kebangsaan yang diadakan di Pendopo Kabupaten Lumajang, Rabu (12/7) menghadirkan dua narasumber. Mereka adalah Bupati Lumajang Drs. As’at, M.Ag. Satunya lagi adalah Raja Ubud dari Bali yakni Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Dialog Kebangsaan tersebut mengambil tema “Menjadikan Indonesia Sesungguhnya”.
“Kegiatan Dialog Kebangsaan seperti ini dapat dijadikan momentum sekaligus forum yang bermanfaat untuk berdialog, bertukar pikiran dan mencari solusi bagi upaya membangun kehidupan dan kerukunan umat beragama yang lebih baik. Tujuannya menjaga keberagaman bangsa Indonesia menjadi modal persatuan dan kesatuan bangsa”, ujar Bupati Lumajang Drs. As’at, M.Ag.
Sedangkan Cok Atje menegaskan kebanggaan akan budaya Indonesia. “Budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai toleransi, budaya bisa menyatukan keberagaman. Budaya merupakan modal perekat persatuan,” ujar Cok Atje.
Sambutan hangat Pemda Lumajang
Sambutan hangat dan harapan untuk Kabupaten Lumajang disampaikan Oleh Bupati As’at demikian.
“Keberagaman agama, suku maupun ras –jika dipahami dengan baik– bisa memberi kekuatan pendorong kemajuan. Juga mampu memberi landasan masyarakat yang berakhlak, bermoral, dan beretika yang mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, harmonis, dan ber-Bhinneka Tunggal Ika,” katanya berapi-api.
“Malam ini merupakan contoh bagaimana Indonesia yang sesungguhnya dan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan,” ujarnya mantap penuh percaya diri.
Dialog Kebangsaan bertema “Menjadikan Indonesia yang Sesungguhnya” ini tidak hanya dihadiri oleh jajaran Pemerintahan Kabupaten Lumajang. Forum dialog ini juga dihadiri perwakilan lintas agama, perwakilan perguruan tinggi dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lumajang.