PERAYAAN Ekaristi Novena Roh Kudus hari ke-7 di Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Paroki Wedi, Kabupaten Klaten pada Kamis (1/6/2017) sore berlangsung ‘spesial’. Selain karena berbarengan dengan Peringatan Wajib (PW) Santo Yustinus, ekaristi sore itu juga bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila.
Tema Ekaristi Novena Roh Kudus hari ke-7 di Paroki Wedi adalah “Roh Kudus Sumber Persatuan”. Sedang tema besarnya yaitu “Roh Kudus Menggerakkan Gereja untuk Menjadi Pelopor Peradaban Kasih”.
Ekaristi Novena Roh Kudus hari ke-7 di Gereja Wedi ini dipimpin oleh Romo Emanuel Maria Supranowo, Pr. Dalam homilinya, Romo mengajak umat untuk mensyukuri Pancasila yang telah mempersatukan bangsa, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
“Kita bersyukur karena Pancasila telah menyatukan bangsa Indonesia,” kata Romo.
Romo asal Paroki Banteng, Yogyakarta, ini menyatakan, dalam tameng atau perisai Pancasila terdapat simbol-simbol dari setiap sila yang ada di Pancasila. Simbol-simbol yang bermakna itu disatukan, dan kemudian diletakkan di dada burung Garuda.
“Ini melambangkan bahwa persatuan, kebersamaan itu penting. Di keluarga misalnya, kalau tidak ada kebersamaan, pasti tidak akan nyaman. Di komunitas , kalau tidak ada kebersamaan, pasti akan berjalan sendiri-sendiri,” ujar Romo.
Romo Supranowo mengatakan, Injil hari ini (Yohanes 17:20-26) berisi doa permohonan Yesus agar semuanya menjadi satu. Sama seperti Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
“Berkat Roh Kudus kita dapat mengenal Bapa dan Putra. Karena Roh Kudus adalah sumber persatuan,” tandas Romo.
Persatuan itu indah
Menurut Romo berambut gondrong ini, persatuan itu indah. Persatuan memungkinkan kita dapat mengembangkan potensi dan daya yang ada seoptimal dan semaksimal mungkin.
“Kita merasa bangga karena dipersatukan oleh Pancasila. Kita juga bersyukur karena dipersatukan oleh Roh Kudus. Untuk itulah, kita harus terus membangun persatuan. Kita berharap, dalam Novena Roh Kudus ini, kita dikarunia roh yang mempersatukan, bukan roh yang memecah belah,” ujar Romo.
Ekaristi sore itu menjadi mengesan karena diakhiri dengan lagu penutup Garuda Pancasila. Koor dari Lingkungan Santa Faustina Glodogan Indah mengajak umat untuk menyanyi bersama lagu tersebut dengan penuh semangat. Sungguh, semangat nasionalisme umat kembali tergelorakan.
Tak berhenti di situ. Usai ekaristi, saat anak-anak meminta tanda tangan Romo untuk mengisi buku kegiatan, anak-anak itu “di-tes” dengan pernyataan bunyi sila-sila dalam Pancasila. Ada anak yang lancar menjawab, ada yang plegak-pleguk (menjawab tidak lancar), ada juga yang geleng-geleng kepala.