PAROKI Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten, menggelar aksi sosial donor darah pada Minggu (8/10/2017) pagi. Aksi sosial yang rutin dilakukan setiap tiga bulan sekali ini bersamaan dengan Perayaan Ekaristi para Lanjut Usia (lansia).
Koordinator Tim Kesehatan Paroki Wedi, Antonius Dwi Noorwahyudi menjelaskan, aksi donor darah ini merupakan wujud kepedulian umat kepada sesamanya. Karena menurut informasi, saat ini, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Klaten seringkali kehabisan (kekurangan) stok darah karena banyaknya permintaan. Sebab belakangan ini jumlah warga yang sakit dan harus melakukan transfusi darah semakin meningkat.
“Pada umumnya untuk penderita CRF (Chronic Renal Failure) atau gagal ginjal. Hitung saja, untuk cuci darah, satu pasien gagal ginjal membutuhkan minimal dua kantong darah. Kalau sepekan, misalnya harus cuci darah dua kali, sudah berap kantong darah yang dibutuhkan. Oleh karena itu, donor darah sangat dibutuhkan,” katanya.
Dwi menyatakan, selain sangat berguna bagi sesama, donor darah juga berguna bagi kesehatan tubuh pendonornya. Sebab secara tidak sadar, setiap satu kantong darah yang didonorkan akan diperiksa atau ditest sebelum ditransfusikan ke orang lain. Seperti tes Hepatis B, Hepatitis C, HIV, VDRL atau sifilis, dan sebagainya.
“Apabila kurang dari seminggu setelah donor pendonor tidak mendapat surat dari PMI, berarti hasil (darah)-nya normal dan sehat,” ujarnya.
Ada hal yang menarik dan membanggakan pada donor darah kali ini. Karena jumlah pendonor di Paroki Wedi semakin meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan, kali ini tercatat sebagai rekor terbanyak jumlah pendonor sepanjang donor darah diadakan di Paroki Wedi, yakni 47 pendonor. Dan juga, banyak pendonor yang baru pertama kali mendonorkan darahnya, yakni dari ibu paroki dan orang muda.