PERAYAAN Ekaristi Hari Raya Santa Maria Bunda Allah di Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten pada Minggu (1/1/2017) pagi berlangsung meriah. Momen ini menjadi spesial karena bertepatan dengan pesta pelindung Gereja Wedi.
Dalam homili, Vikaris Parokial Paroki Wedi Rama Christophorus Sutrasno Purwanto Pr menyampaikan, Bunda Maria adalah Bunda Allah sekaligus Bunda Kristus.
Dalam ajaran Gereja, ada dua sosok wanita yang sering “dibandingkan”, yaitu Maria dengan Hawa. Manusia jatuh ke dalam dosa dan maut, serta menjadi budak dosa karena wanita, yaitu Hawa. Tetapi manusia diselamatkan dari dosa juga karena perantaraan wanita, yakni Bunda Maria. Karena pohon pengetahuan yang baik dan yang buruk, manusia terusir dari Firdaus. Tetapi karena Kristus yang disalibkan, manusia diselamatkan dan diajak kembali ke Firdaus.
“Maria sering disebut Hawa yang baru. Karena itu, nama Eva (Hawa) sering dibalik menjadi Ave (Maria). Nama atau kata Ave menjadi titik tolak atau awal bagi sebuah keselamatan,” kata rama.
Rama Sutrasno mengatakan, dalam kehidupan, antara harapan dan realita sering berbeda, tidak sinkron. Meski begitu, Bunda Maria selalu taat menjalani kehidupan ini. Bunda Maria menyimpan semuanya itu di dalam hatinya. Bunda Maria selalu mengatakan: Aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu… (Lukas 1:38)
“Maka kita diajak untuk selalu mengulangi ‘mantra’ Maria ini. Mantra ini perlu diulang sepanjang hidup kita. Mantra ini perlu didaraskan setiap hari, sehingga mantra Maria ini menjadi cara hidup kita. Mantra ini menjadi semangat hidup kita,” ujar rama.
Pada Misa itu Rama Sutrasno mengajak umat untuk selalu menyadari bahwa kita ini adalah hamba Tuhan. Maka setiap kali kita “diperintah” atau diminta, maka kita harus menjawab: “ya”. Menjawab: “nggih, sendika ing dhawuh Dalem”.
“Memasuki tahun 2017 ini, kita diajak untuk menyerahkan hidup kita di tahun ini kepada kehendak Allah, kepada penyelenggaraan Tuhan. Kita ingin selalu ndherek Dewi Mariyah. Kalau kita ikut Bunda Maria, pasti, kita akan selalu berbesar hati. Kita tidak gampang cemas. Karena Bunda Maria tidak akan meninggalkan kita,” tandas rama.
Pelantikan Ketua Wilayah
Dalam Misa Tahun Baru itu, Pastor Kepala Paroki Wedi Rama Andrianus Maradiyo Pr melantik lima Ketua Wilayah (gabungan lingkungan) dan dua Ketua Lingkungan “antar waktu” masa bakti 2016-2018. Mereka yang dilantik adalah Ketua Wilayah I Yosef Didik Wijayanto, Ketua Wilayah II Antonius Yunianto, Ketua Wilayah III Antonius Supriyadi, Ketua Wilayah IV Thomas Ari Purnawan, Dan Ketua Wilayah V Apolinaris Sudarto. Sedang Ketua Lingkungan yang dilantik yaitu Ketua Lingkungan Fransiskus Xaverius Klaten Selatan FX Marjono dan Lingkungan Thomas Kutu Lusia Rini Setyowati.
Sebelum dilantik, Rama Maradiyo mengingatkan bahwa tugas ketua wilayah dan ketua lingkungan itu ialah melayani Tuhan dan umat di wilayah dan lingkungannya dalam mengembangkan, mengungkapkan, dan mewujudkan iman mereka. “Karena itu, ketua wilayah dan ketua lingkungan harus senantiasa menyelaraskan hidup dengan suri teladan Kristus, dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tekun, setia, dan penuh tanggung jawab,” pesan rama.
Karawitan Anak Parikesit
Misa Hari Raya Santa Maria Bunda Allah di Gereja Wedi pagi itu berlangsung semuwa (meriah). Suasana misa yang diiringi Karawitan Anak Parikesit ini terasa sangat beda. Umat begitu menikmati gendhing-gendhing yang dimainkan Parikesit ini.
“Bagus banget lho (penampilan) anak-anak kita (Parikesit) itu… Saya saja tidak bisa (memainkan gamelan) seperti itu…,” puji Rama Sutrasno saat homili.
Karena menariknya, sampai-sampai Parikesit diberi waktu untuk menampilkan kemampuannya sebelum berkat penutup. Parikesit menampilkan dua lagu atau gendhing, yaitu Bowo Asmoro Begadang (ciptaan Ki Narto Sabdo) dan Ilir-ilir. Umat dan rama pun ikut “tersihir” untuk menyanyi bersama.
Usai misa, digelar “pesta umat” di halaman Gereja Wedi. Umat menikmati hidangan yang telah disiapkan lingkungan. Berbagai menu dihidangkan seperti nasi gudangan, nasi pecel, nasi gudeg, nasi liwet, dan sebagainya.
Juga ada prosesi ngalap berkah Gunungan “Roti Hijau” sumbangan salah satu umat. Di dalam Roti Hijau ini diselipkan sejumlah perhiasan cincin emas sebagai door prize. Umat yang hadir sangat menikmati pesta umat ini.