Paskahan Bersama 400-an Pendidik di KAP: Jadilah Terang dan Tampakkan Wajah Gereja

0
380 views
Pontianak - Paskahan Bersama denga 400-an guru dan karyawan Yayasan Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak. (Br. Bernardinus Kasta MTB)

SEKITAR 400-an guru dan karyawan sekolah-sekolah Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelas Pendidikan Katolik) Keuskupan Agung Pontianak merayakan Paskah bersama di komplek Persekolahan Gembala Baik Pontianak, Rabu, 1 Mei 2019.

Paskah bersama ini diawali dengan Perayaan Ekaristi pada pukul 08.00 pagi di Gereja Paroki Santa Cesilia Sui Raya Pontianak. Lokasi gereja ini tidak jauh dari komplek Persekolahan Gembala Baik Pontianak.

Misa Kudus dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Pontianak Pastor William Chang OFMCap sebagai selebran utama dengan konselebran para pastor yang menjabat pengurus yayasan–yayasan Sekolah  Katolik di KAP.

Para pengurus yayasan yakni para pastor, bruder, suster berikut guru dan karyawan itu datang dari Pontianak, Kubu Raya, Singkawang, Landak, Nyarumkop, Sambas, Pemangkat, dan Bengkayang.

Pontianak – Paskahan Bersama guru dan karyawan yayasan Katolik dengan Vikjen KAP Pastor William Chang OFMCap memimpin Perayaan Ekaristi.

Guru sebagai pembawa terang

Dalam kotbahnya, Pastor William Chang OFMCap menekankan pentingnya peran seorang guru dalam proses pendidikan.

Dicontohkan bagaimana Kaisar Hirohito berhasil kembali Jepang paska negara itu hancur dan terpuruk karena dijatuhi bomdi Hirosima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II.

Yang dia lakukan adalah memprioritaskan pendidikan, memberi perhatian khusus kepada guru-guru hingga kemudian Jepang kemudian menjadi negara yang kuat.

Bangsa Jepang tahu bahwa mereka belajar agar mampu bangkit dan maju.

Pastor mengutip salah satu ayat dalam Injil yang dibacakan dalam Perayaan Ekaristi tersebut: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan.” (Yoh 3:19).

Pastor William Chang OFMCap menegaskan kembali bahwa mengikuti teladan Sang Guru Sejati, maka seorang guru dipanggil untuk berperan sebagai ‘terang’. Menjadi terang dalam arti bahwa kehadirannya menyelamatkan, bukan menghancurkan.

“Terang berarti membawa keselamatan, sedangkan kegelapan menyebarkan, kekhawatiran, ketakutan dan kejahatan-kejahatan,” jelasnya.

Misa Paskahan bersama para guru, karyawan dan para pastor yang bekerja di Yayasan Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak.

Menghadapi zaman yang selalu berubah, lebih–lebih pada era Revolusi Industri 4.0 dengan kemajuan yang mengarah melupakan nilai-nilai kemanusiaan, maka pastor mengajak agar guru-guru Katolik berani mengemban tugas dan tanggungjawab dengan tetap mempertahankan hal-hal berikut ini:

  • ‘Budaya cinta kasih’ terus hidup dalam proses pendidikan;
  • Menghargai martabat anak sebagai sesama manusia;
  • Membawa harapan dalam setiap perjumpaan dengan peserta didik.

Menutup kotbahnya, Pastor William melontarkan beberapa pertanyaan sebagai bahan refleksi diri para guru:

  • Benarkah dunia pendidikan sungguh membawa terang ?
  • Benarkah budaya cinta kasih dalam diri kita sudah muncul dalam bentuk persaudaraan iman Kristiani?
  • Apakah pendidikan Katolik telah memerdekakan kita sehingga kita menjadi yakin, mampu serta  tabah dan kuat dalam mengemban misi pendidikan Katolik?

Menampakkan wajah Gereja Katolik

Sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Pontianak rata-rata merupakan karya kerasulan tarekat, selain milik Keuskupan Agung Pontianak. Tarekat religius yang menangani sekolah adalah SFIC, KFS, SMFA, OSA, MTB, CP, CDD, OFMCap, dan SVD.

Beberapa sekolah dikelola oleh awam seperti Yayasan Pancur Kasih, Yayasan Santa Monika. Sekolah-sekolah itu tersebar di seluruh wilayah keuskupan dan beberapa tarekat memiliki sekolah-sekolah di wilayah keuskupan lain.

Kelompok koor para guru mengisi menu lagu-lagu liturgi dalam Misa Paskahan bersama guru dan karyawan yayasan Katolik.

Dalam kata sambutannya, Br. YM Vianney MTB –Ketua MPK Keuskupan Agung Pontianak– mengatakan bahwa di wilayah Keuskupan Agung Pontianak ini ada 10 Yayasan Pendidikan Katolik yang telah  bergabung di MPK, dengan 70 sekolah katolik.

Meskipun setiap yayasan milik tarekat memiliki spiritualitas pendiri yang menjadi ciri khas masing-masing sekolah, namun kerjasama perlu dibangun agar tantangan-tantangan peningkatan sumber daya manusia, tata kelola, manajemen, penguatan pendidikan karakter dan reksa pastoral dalam menghadapi zaman millenial dapat ditanggung bersama.

Ketua MPK Keuskupan Agung Pontianak Br. Vianney MTB.

Dalam hal itu, Br. Vianney MTB mengajak yayasan–yayasan yang telah bergabung dalam MPK dapat bekerjasama. Ia menegaskan, MPK (Majelis Pendidikan Katolik) Keuskupan Agung Pontianak itu merupakan wadah bersama bagi yayasan-yayasan pendidikan Katolik.

Ia juga mengajak bergerak bersama, maju bersama demi kemajuan dunia pendidikan.

“Kehadiran MPK bukan mau mengintervensi LPK-Yayasan, melainkan menjadi wadah LPK  untuk dapat berbicara bersama, bersatu mewujudkan visi misi Gereja agar ‘wajah’ Gereja semakin tampak dalam sekolah-sekolah Katolik,” demikian harapnya.

Setia sebagai guru Katolik

Perayaan Ekaristi Paskah Bersama para guru sekolah Katolik Keuskupan Agung Pontianak pagi itu dimeriahkan oleh kelompok koor dari para guru dan karyawan dari Yayasan Pendidikan Gembala Baik Pontianak.

Sebelum berkat penutup, Pastor William Chang OFMCap menekankan kembali bahwa kerjasama antara LPK dengan MPK itu akan berdampak positif terhadap LPK-Yayasan Sekolah Katolik baik secara bersama atau pada masing-masing sekolah.

Ditawarkan “4S” agar kerjasama ini dapat memperoleh hasil maksimal yaitu Strategi, Struktur, Skill, dan Speed Target (baca: ketepatan sasaran).

Poin-poin pokoknya ialah bahwa MPK perlu memikirkan secara matang dan benar hal-hal yang berkaitan dengan, rencana, gagasan serta pelaksanaannya. Perlu juga membangun jaringan baik secara daring (dalam jaringan) maupun luring (luar jaringan).

MPK juga perlu mengembangkan dan mengasah keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama. Lalu, sebagai Lembaga Pendidikan Katolik, MPK harus mempunyai komitmen bersama sebagai ‘pembawa terang’.

Perayaan Paskah bersama ini ditutup dengan makan siang bersama di halaman persekolahan Gembala Baik Pontianak.

Gembira dan sukacita bersama para guru dan karyawan Yayasan Katolik di Keuskupan Agung Pontianak.


Kepala SD Gembala baik Sr. Petronela CP mengaku terkesan dengan acara Paskahan bersama ini, namun kesempatan terlalu singkat untuk saling mengenal. ”Acara ini akan lebih berkesan, jika setiap LPK diberi kesempatan untuk saling memperkenalkan diri,” celetuknya.

Sementara P. Paulus Toni OFMCap, Ketua Yayasan Pendidikan Gembala Baik, mengucapkan terimakasih karena telah dipercaya sebagai tempat terselenggaranya acara ini. Ia berharap kerjasama antar Lembaga Pendidikan Katolik ini semakin mantap.

“Kerjasama ini akan berhasil jika masing-masing dari kita tetap setia dan memiliki komitmen kuat sebagai guru Katolik,” pesannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here